SUBANG-Dihadapi berbagai permaslahan, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang tetap optimis kejar target Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp1 miliar pada tahun 2024. Kabid Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang, Budi Rakhman mengungkapkan beberapa permasalahan perikanan tangkap yang saat ini terjadi.
"Cuaca saat ini sulit diprediksi, karena cuaca di laut beda dengan di darat. Apalagi menurut informasi BMKG dari awal tahun sampai dengan pertengahan tahun gelombang laut sangat tinggi yang membuat nelayan dengan perahu kecil sulit melaut," ucapnya.
Ia menambahkan, bahwa kebetulan di Subang ini didominasi oleh kapal perikanan yang ukurannya kecil di sekitar 5 GT ke bawah.
Selain itu, Budi mengatakan Subang juga masih mengandalkan produksi dari kapal-kapal pendatang dari luar Kabupaten Subang yang notabene berukuran besar dengan rata-rata di atas 20 GT.
Akan tetapi adanya pedangkalan sedimentasi di beberapa muara sungai membuat akses keluar masuk alur sungai menjadi terhambat.
"Sampai dengan saat ini di muara-muara sungai kita ini terjadi pedangkalan sedimentasi yang cukup tinggi, sehingga kapal-kapal besar di atas 10 GT itu akan sulit sekali keluar ataupun masuk alur sungai," ucapnya.
Dirinya menambahkan akses kapal melalui muara sungai tersebut harus dilakukan, sebab posisi Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang ada di Subang harus masuk ke alur sungai dan tidak ada di bibir pantai.
Oleh sebab itu, Dinas Keluatan dan Perikanan Subang bekerjasama dengan Dinas PUPR untuk mulai melakukan normalisasi muara sungai di Subang.
"Solusi yang sudah kita laksanakan adalah bekerja sama dengan PUPR untuk menormalisasi muara sungai dan saat ini baru satu muara sungai di Desa Blanakan, sedangkan yang lainnya masih belum," ucapnya.
Dinas Kelautan dan Perikanan Subang juga telah berupaya ke pihak Kementerian terkait untuk mengajukan alat berat. Subang sendiri memiliki 8 TPI yang artinya terdapat 8 muara sungai yang harus diatasi.
Di samping itu, adanya bakul-bakul liar yang ada juga masih menjadi permasalahan. Ia mengungkapkan para bakul liar tersebut masih belum 100 persen dapat ditertibkan.
"Kalau tertib 100 persen memang belum, masih ada. Hanya saja kita selalu melakukan pembinaan dan menginformasikan kepada mereka terutama kepada para nelayan untuk selalu melelangkan ikannya di TPI," ucapnya.
Budi juga bilang para pengurus TPI yang ada pun terus diberikan pengarahan agar turut ikut serta membantu merangkul bakul-bakul liar tersebut.
Hal-hal tersebutlah yang membuat produksi ikan di TPI menurun sehingga berdampak pada menurunnya retribusi yang didapatkan.
Hingga berita ini ditulis, PAD yang didapatkan baru di bawah 30 persen dari target yang ditetapkan Rp1 miliar. (fsh/ysp)