Upaya Ratna Guru Penggerak Ajak Anak Putus Sekolah Agar Kembali Berpendidikan

GURU PENGGERAK: Ratna Ugih Guru Penggerak di Subang menceritakan bagaimana situasi Anak Tidak Sekolah (ATS) di Subang dalam Podcast Bincang-bincang Pasundan.
SUBANG-Guru Penggerak di Subang menceritakan bagaimana situasi Anak Tidak Sekolah (ATS) di Subang dalam Podcast Bincang-bincang Pasundan.
Salah satu Guru Penggerak Ratna Ugih SDN Pasirkareumbi menceritakan bagaimana awal dirinya berkecimpung dalam urusan ATS tersebut.
"Cerita awal saya terjun dalam masalah ATS ini ketika tergabung dalam Komunitas Guru Penggerak (KGP) Subang itu mengadakan semacam webinar tentang ATS. Setelah mendengar mengenai ATS dan bagaimana kondisinya di Subang disitukah saya tergerak," ucapnya.
"Kebetulan di lingkungan saya sendiri ada beberapa anak yang tidak sekolah, kemudian ketika saya lihat ternyata ada beberapa yang dulu jadi murid saya.
Setelah itu, saya hampiri orang tua nya secara door to door dan alhamdulillah disambut dengan baik untuk program mengembalikan ATS ini," ucapnya.
Setelah mendapati para ATS tersebit, Ratna langsung mengarahkan mereka untuk mendaftarkan dirinya untuk bersekolah di kesetaraan.
"Saya arahkan kembali untuk bersekolah di pendidikan non formal, sebab kalau sekolah di formal terhalang oleh batas usia. Maka dari itu saya daftarkan ke Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) yang ada di Subang," ucapnya.
Ia mengatakan meskipun telah dicoba diakomodir untuk mendafar tetapi masih terdapat anak yang malu untuk sekolah di kesetaraan, sebab adanya stigma sekolah kesetaraan dengan anak yang bandel dan lain sebagainya.
BACA JUGA: 5 Fakta Tragedi Ledakan di Garut yang Tewaskan 13 Orang saat Proses Pemusnahan Amunisi TNI
Ratna menegaskan agar ATS tidak perlu malu untuk berskolah di kesetaraan sebab, ijazah mereka masih tetap bisa digunakan selayak ijazah lulusan sekolah formal.
"Kesetaraan ini bukan berarti terkucilkan, semua tingkatan tiap paket yang ada setara dengan tingkatan dalam sekolah formal, jadi tidak perlu malu untuk ikut kesetaraan, karena setelah lulus pun ijazah yang didapatkan tetap dapat digunakan juga untuk bekerja, melanjutkan pendidikan, atau bahkan seandainya mau mencalonkan diri dalam Pemilu juga bisa," ucapnya.
Ia juga membagikan mudahnya untuk mendaftar untuk bersekolah di kesetaraan.
"Sebenarnya untuk daftar sekolah kesetaraan cukup mudah, yaitu tinggal datang ke SKB atau PKBM terdekat dengan membawa berkas dari anak tersebut mulai dari KK atau KTP, Akta, serta ijazah terakhir. Dan apabila putus sekolah ditengah jalan bisa dengan rapot terakhir agar bisa dikonversi kembali di SKB atau PKBM tersebut," ucapnya.
Dalam membantu ATS untuk dapat bersekolah lagi, Ratna juga menemui beberapa kendala salah satunya terkait sekolah yang masih terkesan mempersulit.
"Ada salah satu anak yang bersekolah di salah satu sekolah di Subang dan itu terputusnya ditengah-tengah. Ketika saya tanya dimana rapot terakhirnya ternyata masih di sekolah yang bersangkutan. Entah kenapa, mungkin karena berkasnya sudah lama jadi tertumpuk atau bagaimana," ucapnya.
Meskipun demikian, setelah melewati kesulitan tersebut akhirnya dengan bantuan dari SKB dan Disdikbud Subang, rapit anak tersebut akhirnya bisa diperoleh kembali.
Ratna mengatakan, jumlah ATS di Subang terbilang sangat banyak, hak tersebut disebabkan okeh berbagai faktor.
"Di Subang ini jumlah ATS nya lumayan banyak, sekitar 21.000 anak dan hal yang menyebabkannya ada berbagai faktor, mulai dari faktor ekonomi sampai dengan motivasi dari anaknya sendiri," ucapnya.