News

Daya Beli Masyarakat Subang Menurun, Ekonom: Perlu Perhatian Pemkab

Harga Pasar
EKONOMI: Aktivitas pedagang dan pembeli di Pasar Pagaden Subang, beberapa waktu lalu. BPS mencatat, pada September 2024 Kabupaten Subang mengalami deflasi dibandingkan dengan Agustus 2024.

SUBANG-Ketua Tim Distribusi Statistik BPS Subang, Affan Afriana SP mengungkapkan, pada September 2024 Kabupaten Subang mengalami deflasi dibandingkan dengan Agustus 2024. Deflasi merupakan fenomena penurunan harga. Deflasi karena kekurangan jumlah uang beredar yang menyebabkan daya beli masyarakat menjadi turun.

"Untuk Kabupaten Subang, dari bulan ke bulan yaitu bulan September terhadap Agustus 2024 itu kita mengalami deflasi yakni -0,38 persen," ucapnya. 

Sementara itu, Kabupaten Subang sempat mengalami inflasi pada bulan Agustus 2024 sebesar 0,12 persen. Dirinya mengungkapkan terjadinya deflasi pada bulan September ini disebabkan oleh beberapa faktor. 

"Dari 11 kelompok pengeluaran, ada tiga yang mengalami deflasi, yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau, kemudian kelompok transportasi, serta kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya," ucapnya. 

Ia melanjutkan, deflasi yang terdalam diantara 11 kelompok pengeluaran tersebut berada di kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Pada kelompok tersebut besaran deflasinya sebesar -1,13 persen dengan andil inflasinya -0,43 persen. 
Kemudian diikuti oleh kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya memiliki deflasi -0,58 persen dengan andil inflasinya -0,01 persen. Sedangkan pada kelompok transportasi deflasinya sebesar -0,23 persen, dengan andik inflasinya -0,02 persen. 

Affan juga membagikan lima komoditas yang memiliki andil besar dalam terjadinya inflasi di Kabupaten Subang walaupun tidak besar, diantaranya emas perhiasan sebesar 0,03 persen, makanan ringan sebesar 0,01 persen, upah ART sebesar 0,0095 persen, sewa rumah sebesar 0,0085 persen, serta bawang putih sebesar 0,0068 persen. 

Disamping itu, terdapat juga lima komoditas yang memiliki andil besar dalam deflasi, yaitu cabai rawit sebesar -0,08 persen, telur ayam ras sebesar -0,08 persen, cabai merah sebesar -0,06 persen, daging ayam ras sebesar -0,05 persen, dan tomat sebesar -0,02 persen. 

Selain inflasi bulan ke bulan, ia juga membagikan inflasi dari tahun ke tahun yakni September 2024 terhadap September 2023 sebanyak 2,18 persen. Sedangkan untuk tahun kalender, yaitu September 2024 terhadap Desember 2023 mengalami deflasi sebesar -0,01 persen. 

Pengamat Ekonomi Asep Kurniawan, SE., MM., M.Sc merespon deflasi yang dialami Subang saat ini. Menurutnya, hal tersebut disebabkan karena daya beli masyarakat yang menurun, sementara kebutuhan yang dibutuhkan cukup banyak. Sehingga masyarakat memutuskan untuk lebih selektif lagi dalam berbelanja. 

Ia juga menambahkan, masyarakat juga bisa jadi melakukan penundaan pengeluaran atau belanja. Hal ini menyebabkan permintaan masyarakat menjadi menurun. 

"Ketika demandnya rendah, sementara dari sisi produsen mereka tetap memproduksi komoditasnya, sehingga terjadilah ketidakseimbangan antara jumlah barang dan jasadipasar, atau antara permintaan dengan penawaran," ungkap dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sutaatmadja Sutaatmadja.

Dampaknya, produsen akan menurunkan harga jualnya demi menjaga kelangsungan operasinya. Ini dilakukan agar barang yang telah diproduksi dapat tetap terjual.

Dirinya juga berpendapat turunnya daya beli masyarakat bisa juga dikarenakan adanya kebijakan pembatasan BBM, yang pada hakikatnya memainkan peranan penting dalam aktivitas perekonomian masyarakat. 

"Bisa jadi juga karena ada pembatasan BBM, karena kita semua mengetahui bahwa BBM itu dianggap sebagai urat nadi aktivitas ekonomi, sebab setiap aktivitas produksi itu perlu bahan bakar. Belum lagi kalau barang itu jadi, kemudian komoditasnya harus segera didistribusikan  ke tempat-tempat pemasaran," ucapnya. 

Melihat situasi tersebut, Asep berharap Pemerintah Kabupaten Subang dapat lebih memperhatikan daya beli masyarakat. 

"Bagi pemerintah diharapkan untuk senantiasa memperhatikan daya beli masyarakat. Jangan sampai daya beli masyarakat itu menurun," ucapnya. 

Selain itu, dirinya juga berharap pemerintah dapat memperhatikan keseimbangan supply and demand di tengah masyarakat. 

"Kemudian memperhatikan juga keseimbangan permintaan dan penawaran, misalkan bagaimana caranya kemudian agar komoditas serta perputaran uang di Kabupaten Subang dapat terjaga atau lebih stabil lagi," ucapnya.(fsh/ysp) 

Berita Terkait
Terkini Lainnya

Lihat Semua