Oleh : Yulia Enshanty, M.Pd
(Guru Geografi di SMAN 1 Warungkiara Kabupaten Sukabumi)
Kasepuhan Gelar Alam, yang berada di Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu komunitas adat yang menjadi contoh keberhasilan dalam mewujudkan kemandirian energi berbasis potensi lokal. Di tengah tantangan geografis dan keterbatasan infrastruktur yang umum dihadapi oleh banyak wilayah terpencil, masyarakat Kasepuhan Gelar Alam menunjukkan inisiatif yang luar biasa dalam memenuhi kebutuhan energinya secara mandiri, tanpa bergantung pada jaringan listrik nasional. Sejak tahun 1988, masyarakat Kasepuhan Gelar Alam telah mulai membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) dengan memanfaatkan sumber daya air dari lingkungan sekitar. Upaya ini berawal dari penggunaan kincir kayu sederhana sebagai alat penggerak turbin. Meskipun dengan peralatan yang terbatas dan teknologi yang sederhana, masyarakat mampu menghasilkan energi listrik yang cukup untuk menerangi pemukiman mereka dan mendukung aktivitas sehari-hari.
Air dari aliran lokal dibendung dan diarahkan untuk menggerakkan empat mesin turbin yang dirakit menggunakan bahan-bahan alami dan lokal, seperti kayu, logam, plastik, dan berbagai material penyambung lainnya. Proses pembangunan dan pengoperasian PLTMH ini seluruhnya dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat, mengandalkan keterampilan tradisional dan pengetahuan teknis sederhana yang dikembangkan secara turun-temurun. Pembangunan PLTMH ini tidak hanya menjawab kebutuhan dasar akan energi, tetapi juga memperkuat nilai-nilai kemandirian, solidaritas, dan kepedulian terhadap lingkungan yang menjadi bagian penting dari budaya Kasepuhan Gelar Alam. Dengan memanfaatkan energi terbarukan, mereka mampu menjaga kelestarian alam di sekitar mereka, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, serta menghindari dampak negatif dari eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan.
Kemandirian energi di Kasepuhan Gelar Alam bukan hanya sekadar pemenuhan kebutuhan listrik, melainkan juga mencerminkan ketahanan energi yang lebih luas. Dalam konteks ini, kemandirian energi berarti bahwa suatu komunitas dapat memenuhi kebutuhan energi mereka sendiri tanpa bergantung pada sumber eksternal. Di Kasepuhan Gelar Alam, pemanfaatan aliran sungai yang ada di sekitar mereka untuk menghasilkan listrik menjadi langkah strategis yang sangat penting, terutama bagi daerah yang sulit dijangkau oleh infrastruktur listrik nasional. Hal ini memungkinkan masyarakat untuk mengakses energi dengan cara yang efisien dan berkelanjutan, tanpa harus mengandalkan pasokan dari luar yang rentan terhadap gangguan. Kemandirian energi ini juga memperkuat rasa kepemilikan dan tanggung jawab masyarakat terhadap sumber daya alam yang mereka miliki. Ketika masyarakat dapat mengelola sumber daya mereka sendiri, mereka tidak hanya menciptakan sistem yang lebih resilient, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Salah satu manfaat utama dari PLTMH di Kasepuhan Gelar Alam adalah penyediaan listrik yang stabil untuk penerangan rumah, sekolah, dan fasilitas umum. Dengan adanya listrik, masyarakat dapat menikmati penerangan di malam hari, yang memungkinkan mereka untuk melanjutkan aktivitas pendidikan dan sosial tanpa hambatan. Hal ini sangat penting, terutama bagi anak-anak yang dapat belajar lebih lama dan bagi orang dewasa yang dapat terlibat dalam kegiatan produktif di malam hari. Selain itu, dalam situasi darurat atau bencana, kemandirian energi menjadi krusial. Hal ini memastikan bahwa komunikasi dan kegiatan penting tetap berjalan meskipun terjadi gangguan pada sistem listrik konvensional, sehingga masyarakat dapat tetap terhubung dan mengakses informasi yang diperlukan. Kemandirian ini juga memberikan rasa aman, karena mereka tidak perlu khawatir tentang pemadaman listrik yang dapat mengganggu kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, PLTMh tidak hanya memberikan manfaat praktis, tetapi juga meningkatkan ketahanan sosial dan ekonomi komunitas secara keseluruhan.
Program PLTMH di Kasepuhan Gelar Alam melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam seluruh tahapan, mulai dari proses perencanaan hingga pengelolaan operasional. Keterlibatan ini menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kepemilikan yang kuat terhadap sumber daya yang mereka manfaatkan. Masyarakat tidak hanya berperan sebagai pengguna energi, tetapi juga menjadi pengelola aktif yang bertanggung jawab atas keberlanjutan sistem tersebut. Dalam mengelola PLTMH, masyarakat adat Kasepuhan Gelar Alam berpegang pada prinsip Pikukuh Karuhun, yaitu pedoman hidup yang berisi berbagai aturan dan larangan dalam upaya menjaga serta melestarikan alam. Prinsip ini mengutamakan keseimbangan ekosistem, dengan fokus pada pelestarian hutan sebagai sumber utama air yang menjadi penggerak turbin. Dengan pendekatan ini, mereka mampu menyeimbangkan pemanfaatan energi dengan upaya pelestarian lingkungan, sehingga ketersediaan energi bersih tidak hanya dapat dinikmati oleh masyarakat saat ini, tetapi juga tetap terjaga untuk kebutuhan generasi yang akan datang.
Belajar dari pengalaman Kasepuhan Gelar Alam, kita dapat melihat bahwa kemandirian energi bukanlah sekadar mimpi, tetapi sebuah kenyataan yang dapat dicapai melalui pemanfaatan sumber daya lokal secara berkelanjutan. Upaya ini tidak hanya meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat, tetapi juga memberikan pelajaran berharga bagi daerah lain di Indonesia. Indonesia, sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam, memiliki banyak sungai yang mengalir di seluruh pelosok negeri. Sungai-sungai ini dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi terbarukan, seperti melalui Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro, yang dapat mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Jika lebih banyak komunitas mengadopsi model ini, kita dapat mendorong pengelolaan energi yang lebih baik dan berkelanjutan di seluruh negeri. Dengan demikian, Kasepuhan Gelar Alam tidak hanya menjadi contoh, tetapi juga inspirasi bagi masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan bagi semua. Melalui pemanfaatan sungai-sungai ini, Indonesia dapat mengembangkan sistem energi yang lebih ramah lingkungan, menjaga ketersediaan sumber daya, dan mendorong pembangunan yang berkelanjutan bagi generasi mendatang.(*)