Opini

Memakmurkan Masjid: Baik di Dalam Maupun di Luar

opini

Oleh 

1.Drs.H.Priyono,M.Si ( Dosen Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Penasehat Takmir Masjid Al Ikhlas Sumberejo,Klaten Selatan,Klaten, Jateng )

2.DR.H.Ibnu Hasan,M.S.I.( Dosen  Prodi PAI Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah) )

 

 

MASJID

 Tempat suci bersihkan hati

Tempat menengadah bertebaran berkah

Pusat informasi dan pusat ekonomi

Pusat menimba ilmu dan menyatukan langkah

 

Mohon ampun dan perlindungan diri

Tempat suci bersihkan hati mendekat Illahi

Mengharap ridhaMu sebelum kami mati

Kuserahkan jiwa raga kami

 

Kini rumah Allah megah berdiri

Tegak menjulang tinggi menghadap Mentari

Kemakmuran  masjid adalah persaudaraan umatMu dulu,dan kini

Tempat melurusakan shaf di dalam maupun di luar masjid berdiri

 

Ada yang belum makmur masjidnya

Ada yang belum makmur jamaahnya

Dilema memakmurkan masjid dan ekonomi jamaah

Lurus shafnya di masjid namun belum lurus di luar masjid yang berkah

 

Empat bait puisi di atas menggambarkan kondisi masjid di Indonesia meskipun belum bisa merepresentasi setiap daerah terutama yang memiliki kekhasan, akan tetapi apa yang dapat dilihat mungkin seperti itu kondisinya. Semangat untuk membangun masjid yang luar biasa akan tetapi belum diikuti dengan semangat untuk memakmurkannya baik makmur di dalam masjid maupun di luar masjid. Baik lurus dan rapat shofnya di dalam masjid maupun di luar masjid. Memakmurkan masjid yang kaffah adalah memakmurkan masjid, memakmurkan jamaah dan memakmurkan jamaah di luar masjud agar shofnya lurus dalam satu komando. Tiga pilar utama inilah yang harus dijaga. Masjid yang makmur mestinya juga bisa memakmurkan jamaahnya. Keduanya harus simbiosis. Setelah keduanya tercapai , pada gilirannya harus memakmurkan gerakan di luar masjid agar umat Islam kuat di dalam dan di luar masjid bukan sebaliknya kuat di dalam masjid tapi keok di luar masjid.

Jumlah masjid dan mushola di Indonesia kini sudah mencapai 800.000 lebih, dengan Mushola lebih dari 1 juta. Jumlah itu merupakan negara dengan jumlah masjid terbanyak di dunia. Masjid atau Mushola tersebut baik yang berada di lingkungan masyarakat maupun yang menyertai fasilitas umum seperti SPBMU,Restauran, Rest Area dll. Jadi rata rata tiap 220 orang di  suatu wilayah pasti ada masjidnya cuma distribusi spasialnya belum merata. Rasio kota tentu lebih banyak jumlahnya dibanding desa karena kondisi ekonomi lebih baik dan kepadatan penduduknya lebih tinggi. Peningkatan jumlah tempat ibadah tersebut sebagai  salah satu indikator keimanan seseorang yang berada di dekat masjid bila ia sekaligus pemakmurnya .

Berdasarkan firman Allah dalam QS At taubah ayat 18 yang berbunyi : “ Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan sholat, menunaikan zakat, dana tidak takut( kepada apapun) kecuali kepada Allah. Maka mudah mudahan mereka termasuk orang orang yang mendapat petunjuk “. Pesan ayat tersebut adalah bahwa pemakmur masjid itu adalah orang yang beriman dan berjiwa sosial. Dimensi ganda itu harus dimiliki agar pemakmur masjid juga bisa memakmurkan jamaah di sekitar masjid, sehingga diperlukan syarat yang memiliki ekonomi yang kuat disamping keimanan yang kuat juga. Kasus yang terjadi di masjid sekitar saya karena ekonomi jamaah sangat lemah, kebanyakan bekerja di sektor yang tidak tetap terjerat bunga unit usaha rentenir sehingga hidupnya terbebani hutang yang besar.

Disamping jumlahnya yang meningkat terus, hampir semua masjid dan mushola berparas cantik dan menarik serta artistik bahkan ada desain dan ornament khusus yang mencitrakan kearabiannya. Masjid juga dilengkapi fasilitas yang memadai dan lebih menggembirakan lagi di setiap jasa pelayanan umum seperti SPBMU, warung makan, super market disediakan tempat ibadah yang cukup bagus  terutama di jalan protokol yang menghubungkan antara kota satu dengan yang lainnya. Bahkan kebanyakan bangunan masjid saat ini lebih bagus dibandingkan bangunan rumah . Masjid di setiap kota kabupaten di Jawa khususnya dilengkapi dengan tempat parkir yang luas bagi jamaah bahkan ada yang menyatu dengan alun alun sebagai simbol pusat keramaian atau pusat kegiatan.

Persoalan yang muncul adalah masjid belum banyak berfungsi untuk memakmurkan jamaahnya dan lurusnya jamaah masih terbanyak ada di dalam masjid sedangkan di luar masjid belum lurus shof jamaahnya terutama menjelang pemilihan kepala daerah , pemilihan waki,l rakyat hingga Presiden, pemilih muslim jadi rebutan parpol. Maka benarlah apa yang disampaikan Rosululloh beberapa waktu yang silam bahwa umat Islam itu esok jumlahnya sangat besar akan tetapi bagaikan buih karena banyak faktor , satu diantaranya adalah penyakit Wahn atau mencintai dunia. Uang shadaqah menjelang pilkada banyak tersebar untuk bisa mendapatkan dukungan dari si penerima shadakah. Pada tataran ini umat akan diuji keimanannya, apakah mau menerima atau menolaknya? Hal yang syubhat atau hal yang meragukan hendaklah ditinggalkan akan tidak berdampak buruk di kemudian hari.

Dibalik perkembangan dan dinamika yang menggembirakan tersebut , ada satu pertanyaan mendasar, kenapa banyak masjid yang belum makmur ? bahkan hasil penelitian kemakmuran masjid di DIY bahwa jamaah yang memakmurkan masjid baru sekitar 11-12 persen dari kapasitas masjid. Ini artinya bahwa mereka mungkin melakukan sholatnya di rumah atau tidak berjamaah atau bahkan mereka belum menjalankan sholat atau islam abangan. Pada hal, sholat adalah ibadah yang diilai yang pertama kali ketika kita dihisab. Dengan demikian pembangunan  masjid yang luar biasa perkembangannya belum diikuti dengan memakmurkan masjid atau meningkatkan peran masjid untuk mendekatkan diri pada sang pencipta. Ini sebuah ironi yang perlu dicari jalan keluarnya. Coba amati masjid di sekitar tempat tinggal kita, betapa sedikitnya umat islam yang melaksanakan sholat berjamaah , lebih lebih di waktu sholat dhuhur, ashar dan subuh. Disamping itu para jamaah umumnya para generasi tua yang berumur di atas 45 tahun. Yang muda belum dekat dengan masjid tapi lebih dekat dengan tempat keramaian seperti posko keamanaan, warung makan, warung internet,hik , bergaul dengan gadget dll.

Dampak tersebut tentu akan sangat terasa bagi kemakmuran masjid. Fenomena anak muda yang enggan datang ke masjid ini sudah terjadi di manapun baik di pedesaan maupun perkotaan dan tanpa mengenal waktu dan wilayah, pada hal memakmurkan masjid menjadi penciri untuk membawa agama menjadi pemimpin dunia, mengembalikan masa keemasan islam pada masanya. Jumlah jamaah di masjid sebagai simbol persatuan dan persaudaraan islam. Jadi selama jumlah jamaah masih sedikit itu berarti simbol persatuan islam belum kokoh.  Maka wajarlah saatnya para pemimpin akan dipegang oleh mereka yang tidak faham agama tapi punya power termasuk materi yang membius umat islam.          Mungkin ada perbedaan persepsi tentang memakmurkan masjid. Sebagian mengatakan kata memakmurkan adalah membangun masjid dengan fisik yang bagus tetapi sebagian mengemukakan bahwa memakmurkan adalah mengisi masjid dengan kegiatan ritual dan sosial kemanusiaann sebagian yang lain menafsirkan bisa keduanya . Masjid di zaman Nabi , tidak hanya dimanfaatkan untuk kegiatan ritual seperti sholat, zikir, pengajian, tahlil, iktikaf saja , tetapi dimensi pemanfaatanya lebih luas sampai menyentuh kegiatan sosial misalnya pelatihan yang naterinya umum maupun khusus religi,pencerdasan umat, perpustakaan, bhakti sosial,santunan, balai pengobatan,bank masjid bahkan menerima tamu dan strategi perang dibicarakan di masjid. Jadi fungsi masjid disesuaikan dengan kontek jaman atau kontekstual, lebih membumi di samping melangit. Al hasil syiar islam lebih menggema mendunia. Bekas bekas kebaikan perjuangan islam masa lalu harus ditiru untuk kemenangan islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin.

Sepinya masjid dan mushola di sekitar kita, belum rapatnya shaf di luar masjid  adalah sebuah problem krusial umat islam di depan mata. Oleh karenanya kita sebagai umat islam pedulikah melihat fenomena yang fenomental tersebut? Tugas berat bagi kita untuk mengembalikan fungsi masjid  sebagai pusat kebangkitan umat, pusat peradaban dan menjadi agenda mendesak umat islam di Indonesia. Selamat merenung dan beraksi ! Allah meridhai untuk kejayaan islam di Indonesia.(*)

Berita Terkait
Terkini Lainnya

Lihat Semua