Opini

Luka Mendalam di Balik Dedikasi

Luka Mendalam di Balik Dedikasi

Oleh : 

Yulia Enshanty, S.Pd

(Mahasiswa Magister Pendidikan Geografi Pasca sarjana Universitas Siliwangi, Guru Geografi SMA di Kabupaten Sukabumi)

 

Dunia pendidikan sejatinya tidak hanya diwarnai dengan keceriaan dan semangat belajar, tetapi juga diwarnai dengan kisah-kisah pilu yang jarang tersorot. Salah satunya adalah kisah tentang ketidakpedulian sekolah terhadap guru, baik itu yang sedang dilanda musibah ataupun sakit, bahkan yang kabar bahagia seperti kelahiran anak. Guru seolah terabaikan oleh institusi yang seharusnya menjadi tempat berlindung dan menghargai pengabdiannya.

Sebagai garda terdepan dalam dunia pendidikan, guru memiliki dedikasi tinggi dalam menjalankan tugasnya untuk mencerdaskan anak bangsa. Tidak jarang, guru mengabdikan waktu dan tenaganya tanpa pamrih demi kemajuan pendidikan anak bangsa dan mengesampingkan keluarganya. Namun, ironisnya, dedikasi guru tidak selalu dihargai dengan baik. 

Kisah pilu tentang ketidakpedulian sekolah terhadap keluarga guru yang sakit kerap kali terdengar. Di tengah perjuangan keluarganya melawan penyakit, guru harus dihadapkan dengan sikap dingin dan apatis dari pihak sekolah. Tidak ada dukungan moral ataupun bantuan keuangan,  bahkan sekedar rasa empati yang tulus juga tidak didapatkan. Ketidakpedulian ini dapat menimbulkan  luka mendalam di balik dedikasi guru. Di saat mereka membutuhkan bantuan, mereka justru dibiarkan berjuang sendirian. Hal ini tidak hanya berdampak pada kesehatan mental dan fisik guru, tetapi juga dapat menurunkan semangat dan motivasi mereka dalam mengajar.

Ketidakpastian dan beban finansial yang diakibatkan oleh sakit dan kurangnya dukungan dari sekolah dapat meningkatkan stres dan kecemasan guru. Hal ini dapat berakibat pada kesehatan mental mereka dan mengganggu kinerja mereka di sekolah. Ketika merasa tidak dihargai dan didukung, guru dapat kehilangan semangat dan motivasinya dalam mengajar. Hal ini dapat berdampak pada kualitas belajar mengajar dan prestasi siswa.

Ketidakpedulian terhadap guru yang sakit ataupun sedang berbahagia dengan kelahiran  bukan hanya berakibat fatal bagi para guru secara personal, tetapi juga bagi sekolah itu sendiri. Hal tersebut dapat menciptakan citra negatif bagi sekolah di mata masyarakat. Hal ini dapat merusak reputasi sekolah dan membuat sulit untuk menarik guru-guru berkualitas, bahkan guru yang di sekolah pun bisa menjadi tidak betah dan mengajukan mutasi.

Sekolah perlu meningkatkan sensitivitas dan empati terhadap kondisi guru-gurunya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan program-program edukasi dan pelatihan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental dan kesejahteraan guru. Sekolah perlu membuat kebijakan yang mendukung guru yang sedang sakit, seperti memberikan cuti sakit yang cukup ataupun bantuan keuangan. Tidak ada salahnya menyisihkan anggaran untuk memberikan bantuan ataupun dukungan materi untuk guru.

Sekolah perlu menjalin komunikasi yang terbuka dengan guru, sehingga guru merasa nyaman untuk mengungkapkan kebutuhan dan permasalahannya. Sekolah perlu membangun komunitas yang saling mendukung di antara guru-guru, sehingga mereka dapat saling membantu dan memberikan semangat saat ada yang sedang mengalami kesulitan. Sejatinya sekolah tidak hanya berperan sebagai tempat belajar bagi para siswa, tetapi juga sebagai rumah kedua bagi para guru, sehingga penting bagi sekolah untuk menciptakan lingkungan yang suportif dan penuh kepedulian terhadap guru.

Ketidakpedulian terhadap guru yang mengalami musibah ataupun dalam keadaan berduka adalah sebuah ironi dalam dunia pendidikan. Guru yang berdedikasi tinggi dalam mencerdaskan bangsa patut mendapatkan penghargaan dan dukungan yang layak. Kepedulian terhadap guru perlu ditingkatkan demi masa depan pendidikan yang gemilang. Lingkungan pendidikan yang aman, nyaman, dan suportif bagi semua guru, dapat membuat guru fokus pada tugasnya dalam mencerdaskan bangsa tanpa rasa cemas dan khawatir. 

Menunjukkan kepedulian terhadap guru tidak hanya sebatas ucapan dan doa, tetapi juga diperlukan tindakan nyata. Salah satu bentuk tindakan nyata yang dapat dilakukan oleh sekolah adalah dengan menyisihkan anggaran sekolah untuk menengok guru yang sakit, terkena musibah,  berduka atau berbahagia karena kelahiran. Hal ini mungkin terlihat sederhana, namun memiliki makna yang sangat besar bagi para guru. Kunjungan dari pihak sekolah menunjukkan bahwa guru tidak sendirian dalam menghadapi kesulitan dan bahwa sekolah benar-benar peduli dan menghargai keberadaannya.

 

Berita Terkait