Oleh
1.Drs.Priyono,MSi (Dosen Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta)
2.Dona Heri Satyani (Guru Geografi SMAN 1 Tunjungan Blora)
3.Rosyid Muswindiarto ( Guru Geografi SMAN 1 Cepu)
Sektor informal adalah sektor usaha berskala kecil, yang memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dengan tujuan untuk menciptakan kesempatan kerja dan memperoleh pekerjaan bagi pelaku usahanya. Sektor ini muncul akibat berkembangnya angkatan kerja dan tingginya angka migrasi desa kota serta ketidakmampuan sektor formal menyerap tenaga kerja karena keterbatasan. Sektor ini berkembang sangat pesat menempati ruang kosong di perkotaan yang berpotensi untuk berkumpulnya orang, biasanya di alun alun pusat kota, di jalan protokol, di dekat pertokoan,pasar dan tempat keramaian lainnya. Bahkan saat ini berkembang sektor informal yang menempati pinggir jalan di sebelah kiri ataupun kanan jalan menuju pusat kecamatan. Mereka menempati ruas jalan yang tak bisa digunakan untuk jualan dengan aneka makanan , minuman dan buah buahan. Keterbatasan ekonomi dan pendidikan mereka menjadi sebab mereka tidak punya tempat yang menetap tetapi mereka punya pangsa pasar pembeli dan keunikan makanan yang dijual serta harga yang terjangkau serta lokasi yang bisa memberi kemudahan pada pembeli. Jadi beda pendekatan antara sektor formal yang sudah mapan ekonominya dengan sektor informal yang masih mencari bentuk. Jika sektor formal, pembeli harus mendekati unit kegiatan ekonomi sedangkan sektor informal justru kegiatan ekonomi mendekati pembeli.
Sektor informal di perkotaan bisa kita lihat wujudnya antara lain pedagang kaki lima(PKL),Pedagang keliling,pedagang asongan, pedagang atau kegiatan ekonomi di lampu bangjo, dan lainnya yang tidak punya tempat menetap dan selalu mobil untuk menjual dagangannya. Kadang sektor informal dinilai mengganggu ketertiban kota karena berada di jalur transportasi dan sering menyebabkan kepadatan dan kemacetan lalu lintas maka Pemerintah harus bijak dalam memberi peluang usaha masyarakat menengah ke bawah ini karena mereka butuh usaha untuk hidup dan di sisi lain kota yang kreatif dengan sektor informal menjadi kota yang hidup. Di kabupaten Blora, sektor ini diberi tempat dan akses yang baik , dikumpulkan di alun alun kota maupun di luar alun alun sepanjang trotoar dan pinggir jalan yang tidak mengganggu jalan . Seperti diketahui bersama bahwa Blora merupakan kota selevel kabupaten yang tersohor dengan kota minyak, kota sate dan kota hutan jati yang menyediakan kayu jati untuk bangunan di Jawa Tengah dan kota lain sehingga interaksi dengan daerah cukup bagus. Kabupaten yang terletak di ujung timur Jateng ini di sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Grobogan, di sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Pati dan Rembang, di sebelah selatan berbatasan deng kabupaten Ngawi Jatim dan di sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Bojonegoro dan Tuban Jatim. Kabupaten ini berada pada rangkaian perbukitan kapur yaitu rangkaian pegunungan Kendeng utara dan Selatan.
Sektor informal tentu punya peran penting dalam pengembangan ekonomi lokal, regional maupun Nasional karena keberadaannya dapat menyerap tenaga kerja meskipun tidak banyak sekaligus memberikan peluang usaha mandiri bagi ekonomi menengah kebawah sehingga dapat mengurangi angka pengangguran di perkotaan. Semua kegiatan ekonomi formal perkotaan di Indonesia tentu tidak mampu sediakan tenaga kerja karena jumlahnya terbatas. Maka sektor informal harus menjadi bagian yang diperhatikan dan diupayakan memiliki sinergi dengan sektor usaha yang lainnya, saling bersinergi bukan saling mematikan. Kebijakan beberapa kota di Jawa Tengah seperti Blora sudah menerapkan Car Free Day di jalan protokol tiap hari ahad yang dipusatkan di Bundaran alun alun Blora sebagai bentuk pro PKL dan meningkatkan budaya hidup sehat bagi masyarakatnya.
Beberapa kali penulis menjadi bagian dari kegiatan ini dan melakukan pengamatan di malam ahad, terlihat volume kegiatan pedagang unit ekonomi kecil hingga menengah saat malam ahad dan ahad pagi meningkat pesat dibanding hari hari lain. Pedagang kaki lima di dalam dan di luar alun alun sangat tertib dan diberi fasilitas usaha oleh Pemerintah baik malam ahad maupun ahad pagi dimana ada kegiatan car free day pada ahad pagi yang menjadi konsentrasi penduduk dan bagian dari pembeli. Pembeli menikmati indahnya kota Blora sambil menikmati makanan dan minuman yang dihidangkan. PKL memasang tenda untuk menjual waktu ashar tiba dan malam pk 23.00 tenda tenda itu sudah bersih kembali, jadi mereka sangat patuh dan tertib.
Kegiatan PKL malam ahad banyak beraktivitas di dalam alun alun Blora dengan mempersiapkan tenda sebelumnya dan aneka makanan rakyat yang lengkap dengan duduk lesehan, sedangkan PKL ahad pagi, kebanyakan menggelar dagangannya di di luar alun alun di trotoar dengan menggunakan mobil sebagai tempat usaha dan tikar untuk duduk lesehan. Disamping menggunakan mobil juga ada yang menggunakan sepeda motor. Meskipun di sekitar alun alun banyak kegiatan sektor formal seperti alfamart/Indomart, unit usaha ekonomi yang besar tetapi ternyata semuanya sudah punya pangsa pasar sendiri, jadi tidak ada masalah dengan peran keduanya. Lebih lebih Blora terkenal dengan makanan khas yang gak bisa ditinggalkan seperti sate ayam, sate kambing, soto kletuk, lontong opor ngloram, nasi pecel dibungkus daun jati, lontong tahu, kopi santan dll tentu punya daya tarik sendiri dan bisa lestari.Tersedia fasilitas hotel yang bertebaran di pusat kota seperti hotel Al Madina yang bersih dan dekat alun alun serta masjid, hotel kencana, Hotel California, Hotel Blora Indah ,dll akan membuat wisatawan betah tinggal di Blora. Dilengkapi dengan akses jalan dari Blora ke kota lain yang sudah bagus dan bisa lewat tol dengan menuju Ngawi terlebih dahulu baru ke kota lain.
Kebijakan car free day dan pengembangan sektor informal Pemerintah Blora perlu diberikan apresiasi mengingat peran sektor informal sangat strategis dan memberikan ekonomi lebih meningkat untuk masyarakat menengah ke bawah yang merupakan populasi terbesar di negeri ini. Dengan menyusutnya peran sektor pertanian karena adanya konversi lahan yang menggila serta beaya produksi pertanian yang meningkat, perlu upaya alternatif untuk mempertahankan hidup masyarakat ekonomi menengah ke bawah yaitu menghidupi sektor informal . Pengembangan alun alun dengan menggelontorkan dana rp 600 juta sebagai daya tarik masyarakat untuk datang, menjadi bagian yang penting dan bukti upaya serius Pemerintah Blora untuk menata kotanya. Keberadaan PKL juga bisa berdampak pada pengembangan sektor lain misalnya jasa perhotelan, jasa transportasi, jasa parkir, perdagangan sehingga pengembangan sektor ini memiliki dampak ganda yang saling menghidupi.(*)