Sains

Mengapa Orang Yahudi Tidak Disukai di Eropa Sebelum Perang Dunia II?

Mengapa Orang Yahudi Tidak Disukai di Eropa Sebelum Perang Dunia II?
Mengapa Orang Yahudi Tidak Disukai di Eropa Sebelum Perang Dunia II?

PASUNDAN EKSPRES - Dalam sebuah video yang diunggah oleh kanal YouTube @Milenz, dijelaskan berbagai alasan di balik ketidaksukaan masyarakat Eropa terhadap orang Yahudi sebelum Perang Dunia II. Ternyata, ketidaksukaan ini tidak jauh berbeda dengan perlakuan masyarakat terhadap kelompok-kelompok minoritas di berbagai belahan dunia.

 

Video tersebut menyoroti beberapa kelompok yang juga dijauhi oleh masyarakat setempat, seperti suku Burakumin di Jepang dan kasta Dalit di India. Kedua kelompok ini sering mengalami diskriminasi karena pekerjaan mereka dianggap rendah atau tidak bersih. "Seperti suku Burakumin yang ada di Jepang, sepenuhnya beretnis Jepang dan merupakan penduduk asli di daerah tersebut tetapi tentu saja mereka adalah minoritas," demikian penjelasan dalam video. Burakumin bekerja di bidang yang berkaitan dengan kematian, seperti algojo, pengurus jenazah, dan penyama kulit. Hal serupa terjadi pada kasta Dalit di India, yang dijauhi karena sering berhubungan dengan pekerjaan yang dianggap kotor oleh masyarakat, seperti menangani kotoran manusia.

 

Ketidaksukaan terhadap orang Yahudi di Eropa pada masa lalu sebagian besar berkaitan dengan peran mereka dalam dunia perbankan dan peminjaman uang. Pada masa itu, gereja-gereja Kristen melarang praktik peminjaman uang dengan bunga. Namun, larangan ini tidak berlaku bagi orang Yahudi, yang kemudian terlibat dalam praktik tersebut. "Hal ini sama dengan yang dilakukan oleh Yahudi di daerah Eropa yang mana di masa lalu gereja-gereja Kristen melarang peminjaman uang dengan bunga," jelas narator video.

 

Praktik peminjaman uang dengan bunga membuat orang Yahudi tidak disukai oleh masyarakat Eropa. Mereka dianggap hidup dalam kekayaan melalui pekerjaan yang tidak diterima secara sosial. "Kelakuan mereka sangat tidak disukai oleh masyarakat Eropa karena mereka hidup dalam kekayaan namun dianggap hanya sebagai banker," tambah narator. Sebelum Nazi berkuasa, orang Yahudi di Eropa sering kali tidak bisa bekerja di bidang lain selain perbankan, yang semakin memperkuat stereotip negatif terhadap mereka.

 

Fenomena ini menunjukkan bahwa diskriminasi dan ketidaksukaan terhadap kelompok tertentu sering kali berakar pada pekerjaan atau peran sosial mereka yang dianggap rendah atau tidak bermoral oleh mayoritas masyarakat. Memahami konteks sejarah ini membantu kita melihat dinamika sosial yang kompleks yang membentuk persepsi dan prasangka terhadap berbagai kelompok di berbagai belahan dunia. Dalam konteks yang lebih luas, hal ini mengingatkan kita bahwa prasangka dan diskriminasi sering kali berakar pada pemahaman yang dangkal dan stereotip yang tidak berdasar. 

 

Memahami sejarah perlakuan terhadap orang Yahudi di Eropa, serta kelompok lain seperti suku Burakumin dan kasta Dalit, memberikan wawasan penting tentang bagaimana stereotip dan prasangka dapat merusak tatanan sosial. Ini juga menegaskan pentingnya kesadaran dan pendidikan dalam upaya mengurangi diskriminasi dan mempromosikan toleransi di masyarakat global.

Berita Terkait