Subang

Ketua Forum BUMDes Subang Silaturahmi ke Pasundan Ekspres, Bahas Potensi dan Tantangan Ekonomi Desa

Forum bumdes subang
Ketua Forum Bumdes Subang Bos Urip (tengah) bersama CEO Pasundan Ekspres Mohamad Fauzi (kanan) serta Sekjen Forum Bumdes Subang Kang Uming (kiri)

SUBANG– Ketua Forum BUMDes Subang, Urip Soeprianto, yang akrab disapa Bos Urip, melakukan kunjungan silaturahmi ke kantor Pasundan Ekspres.

Dalam pertemuan ini, berbagai isu strategis terkait pengembangan ekonomi desa melalui BUMDes menjadi topik utama pembahasan pada Selasa (11/3/2025). 

Menurut Bos Urip, BUMDes harus beradaptasi dengan perubahan zaman dan bersinergi dengan pemerintah daerah maupun pusat, terutama di era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto mendatang.

"BUMDes harus bisa menangkap peluang yang ada. Dengan semakin berkembangnya industri di Subang, kita harus memastikan bahwa ekonomi desa juga ikut tumbuh, bukan malah tertinggal. Salah satunya dengan memperkuat peran BUMDes dalam berbagai sektor," kata Urip.

Ketua Harian FBS, Zainal Mustofa, menambahkan bahwa sinergi antara BUMDes dan pemerintah Kabupaten Subang menjadi kunci utama dalam membangun ekonomi yang kuat di tingkat desa.

CEO Pasundan Ekspres, Mohammad Fauzi, menyambut baik kehadiran Forum BUMDes Subang (FBS) dan menegaskan pentingnya menggali potensi ekonomi desa di Kabupaten Subang yang memiliki 253 desa.

"Subang memiliki banyak potensi yang bisa dikembangkan, terutama di desa-desa. Peran BUMDes menjadi sangat krusial dalam menghadapi tantangan dan peluang, terutama dengan adanya pabrik BYD dan VinFast, serta pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Ini harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa," ujar Fauzi.

Perkembangan Kabupaten Subang yang semakin pesat, terutama dalam sektor industri dan ekonomi, membuka peluang besar bagi BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) untuk menjadi tonggak perekonomian desa.

"Kami ingin memastikan bahwa BUMDes benar-benar menjadi penggerak ekonomi desa, bukan sekadar lembaga yang ada di atas kertas. Maka dari itu, kemitraan dengan berbagai pihak, termasuk media seperti Pasundan Ekspres, sangat penting untuk membangun kesadaran dan partisipasi masyarakat," ujar Zainal.

Selain itu, perubahan struktur ekonomi di Subang, dengan masuknya investasi besar seperti pabrik BYD dan VinFast, serta pengembangan KEK, menuntut BUMDes untuk lebih inovatif dan kompetitif.

"BUMDes harus melihat ini sebagai peluang, bukan ancaman. Dengan adanya pabrik besar dan kawasan ekonomi khusus, ada banyak kebutuhan yang bisa dipenuhi oleh BUMDes, mulai dari penyediaan bahan baku, layanan transportasi, hingga produk lokal yang bisa masuk ke pasar industri," tambah Zainal.

Selain dengan sektor industri, kemitraan dengan pemerintah juga harus diperkuat. FBS akan terus berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Subang agar kebijakan yang dibuat mendukung penguatan BUMDes.

Setiap desa di Subang memiliki potensi ekonomi yang berbeda-beda, mulai dari pertanian, peternakan, perikanan, hingga pariwisata. Oleh karena itu, BUMDes perlu diarahkan untuk mengembangkan usaha sesuai dengan potensi lokal masing-masing.

"Misalnya, desa yang memiliki lahan pertanian luas bisa fokus pada pengolahan hasil pertanian, sedangkan desa yang dekat dengan kawasan industri bisa menyediakan jasa yang dibutuhkan oleh perusahaan," kata Zainal.

Salah satu kabar baik yang disampaikan dalam pertemuan ini adalah fakta bahwa dari 253 desa di Kabupaten Subang, sudah ada 145 BUMDes yang berhasil mendapatkan sertifikasi. Hal ini disampaikan oleh Kang Uming, bagian hukum dari Forum BUMDes Subang.

"Dari 253 desa di Subang, sudah 145 BUMDes yang telah tersertifikasi. Artinya, mereka sudah memenuhi standar administrasi dan legalitas yang memungkinkan mereka untuk melakukan ekspansi bisnis lebih luas," jelas Kang Uming.

Sertifikasi ini sangat penting karena membuka peluang bagi BUMDes untuk menjalin kemitraan dengan berbagai pihak, termasuk dengan sektor swasta, pemerintah, dan lembaga lainnya. Dengan demikian, BUMDes dapat berkembang lebih cepat dan memberikan manfaat lebih besar bagi masyarakat desa.

Meskipun telah ada kemajuan dalam pengelolaan BUMDes, masih terdapat sejumlah tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah minimnya literasi digital dan keterampilan manajerial di beberapa desa.

"BUMDes harus mulai beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Di era Industri 4.0, penggunaan digitalisasi sangat penting untuk pemasaran dan manajemen usaha. Ini menjadi tantangan yang harus kita hadapi bersama," kata Uming.

Untuk menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada, Forum BUMDes Subang telah menyiapkan beberapa strategi utama:

Salah satu faktor penting dalam pengelolaan BUMDes adalah sumber daya manusia (SDM) yang kompeten. Forum BUMDes Subang berencana mengadakan pelatihan dan pendampingan bagi pengurus BUMDes, terutama dalam manajemen bisnis, pemasaran digital, serta inovasi produk dan jasa.

"Kita harus memastikan pengelola BUMDes memiliki keterampilan yang cukup, baik dalam administrasi, keuangan, maupun strategi bisnis. Oleh karena itu, program pelatihan menjadi prioritas utama agar mereka bisa lebih profesional," Tambah uming.

Dengan hadirnya pabrik besar seperti BYD dan VinFast, serta pengembangan KEK Subang, BUMDes harus mulai menjalin kemitraan dengan perusahaan-perusahaan tersebut.

"BUMDes bisa menjadi penyedia jasa catering, laundry, pengelolaan limbah, atau bahkan suplier bahan baku bagi industri. Ini peluang besar yang harus dimanfaatkan," Pungkas Kang Uming.(hdi)

Terkini Lainnya

Lihat Semua