Subang

Pemuda Subang Ingin Jadi Aktor Utama, Terhadap Dua Proyek Strategis Nasional

Pemuda Subang
Pemuda Subang suarakan harapan dan tantangan hadapi mega Proyek Strategis Nasional.(Hadi Martadinata/Pasundan Ekspres)

SUBANG-Kabupaten Subang kini menjadi pusat perhatian nasional seiring dengan hadirnya dua proyek strategis besar, yakni Kawasan Industri Surya Cipta dan Pelabuhan Internasional Patimban. Kedua proyek ini diyakini akan mengubah wajah Subang secara drastis dalam aspek infrastruktur, ekonomi, dan sosial budaya. Namun, di balik optimisme tersebut, terdapat sejumlah harapan, kekhawatiran, serta tuntutan dari para pemuda dan elemen masyarakat setempat agar Subang tidak hanya menjadi tempat berjalannya proyek, tetapi juga menjadi aktor utama dalam perubahan yang terjadi.

Ketua Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PC PMII) Kabupaten Subang, Yulistia Sintawat menegaskan, posisi strategis Subang sebagai pusat dari dua megaproyek ini harus disikapi dengan cermat oleh generasi muda. "Menjadi central dua proyek besar tentu akan menumbuhkan perekonomian di Kabupaten Subang. Maka dari itu peran dan kontribusi generasi muda sangat-sangat diperlukan," ujarnya saat ditemui di sela kegiatan diskusi pemuda, Rabu (24/4).

Yulistia menekankan generasi muda tidak boleh hanya menjadi penonton di tanah sendiri. "Kita harus bersiap, kita harus punya skill, keterampilan, dan kesiapan mental untuk bisa masuk dan mengambil bagian dalam perkembangan ini. Jangan sampai proyek besar ini justru membuat kita tersingkir karena kalah saing," ujarnya.

Menurutnya, pendidikan vokasi, pelatihan kerja, dan pemberdayaan keterampilan menjadi hal yang sangat penting untuk segera dikembangkan di kalangan pemuda. Ia juga menegaskan bahwa kritik terhadap pemerintah atau investor adalah hal wajar, namun yang lebih penting adalah generasi muda bisa membekali diri untuk berperan aktif. "Jangan hanya mengkritik. Kita juga harus jadi bagian dari solusi. Miliki keterampilan, kuasai teknologi, dan pahami kebutuhan industri agar kita bisa sejajar bahkan unggul dari tenaga kerja luar yang masuk," imbuhnya.

Di sisi lain, Yulistia juga mengingatkan hadirnya proyek besar ini membawa konsekuensi yang tidak ringan, terutama terkait kerusakan lingkungan dan infrastruktur. "Sudah berkali-kali pemuda bersuara mengenai kerusakan lingkungan akibat mobilitas proyek ini. Jalan rusak, sungai tercemar, dan ekosistem terganggu, tapi sayangnya belum semua mendapat tanggapan serius dari pemerintah. Ini harus jadi perhatian utama," tegasnya.

Ia meminta agar pemerintah daerah tidak hanya fokus pada pencapaian target ekonomi, namun juga memastikan bahwa pembangunan berjalan dengan prinsip berkelanjutan dan tidak merugikan masyarakat sekitar.

Sementara itu, Direktur Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Maju Sejahtera dari Desa Balingbing, Kecamatan Pagaden Barat, turut menyampaikan harapannya atas kehadiran proyek besar ini. "Kita berharap ini membawa dampak nyata bagi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Subang," ucapnya.

Setidaknya ada tiga poin utama yang diharapkan dari keberadaan Kawasan Industri Surya Cipta dan Pelabuhan Patimban, yaitu: Peningkatan daya saing produk lokal dan UMKM. "Kami berharap pelaku UMKM bisa bersaing dan dapat akses pasar yang lebih luas, baik di kawasan industri maupun ke luar daerah bahkan ekspor," ungkapnya.

Selain itu, kata dia, ketersediaan lapangan kerja bagi tenaga kerja lokal. "Jangan sampai lapangan kerja yang tercipta justru diisi oleh pekerja dari luar daerah, sementara warga lokal hanya jadi penonton," jelasnya.

Pemerataan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. "Bukan hanya di pusat-pusat proyek, tapi hingga ke pelosok desa agar ada keadilan ekonomi," ujarnya.

Namun, ia juga menyuarakan kekhawatiran terhadap dampak negatif yang mungkin muncul. "Kami juga berharap kepekaan semua pihak, terutama terkait dampak kerusakan lingkungan dan ekosistem laut. Ini tak bisa dianggap enteng," katanya.

Ia mengingatkan  proyek besar berpotensi menimbulkan ketimpangan sosial, urbanisasi besar-besaran, dan perubahan pola konsumsi masyarakat yang bisa menggerus nilai-nilai sosial budaya lokal. "Pemerintah harus benar-benar peka terhadap potensi kesenjangan sosial dan tergesernya budaya lokal. Jangan sampai modernisasi merusak jati diri masyarakat Subang," tukasnya.

Ketua Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kabupaten Subang, Iqbal, juga memberikan pandangan kritisnya terkait hadirnya kawasan industri dan pelabuhan internasional ini.

Menurutnya, Subang kini berada di titik strategis, namun juga rentan jika tidak dikelola dengan baik. Ia menekankan pentingnya sinergi antarelemen, terutama kaum muda, untuk mengawal dan ikut terlibat dalam pembangunan. "Kita harus memobilisasi kekuatan kolektif pemuda. Ini bukan cuma urusan pemerintah, tapi urusan kita bersama. Subang adalah rumah kita," ujar Iqbal.

Ia menyoroti perlunya kebijakan afirmatif yang jelas dari pemerintah daerah terhadap keterlibatan pemuda dalam sektor-sektor strategis. "Harus ada quota atau skema khusus bagi tenaga kerja lokal. Pemerintah perlu kerja sama dengan sektor industri untuk memastikan itu," tegasnya.

Iqbal juga menyinggung pentingnya pendidikan politik dan literasi pembangunan bagi pemuda agar mereka tidak hanya reaktif tapi juga proaktif. "Kita butuh lebih banyak pemuda yang memahami isu-isu pembangunan, paham tentang rencana tata ruang, regulasi industri, dan bisa berdialog dengan pemerintah maupun investor. Jangan cuma bisa demo, tapi nggak ngerti konteks," katanya. 

Secara umum, para pemuda dan pelaku desa di Kabupaten Subang memberikan dukungan terhadap pembangunan yang sedang digencarkan. Namun, dukungan tersebut disertai dengan harapan agar pemerintah tidak lalai dalam hal pengawasan dan pelibatan masyarakat.

Mereka menekankan perlunya regulasi yang adil dan berpihak kepada rakyat lokal, pelibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, serta pengawasan ketat terhadap dampak lingkungan dan sosial dari proyek yang ada.

Pemerintah juga diharapkan membentuk lembaga atau tim khusus yang fokus dalam mendampingi masyarakat terdampak, mulai dari pelatihan kerja, edukasi lingkungan, hingga penyuluhan sosial budaya.

Pembangunan kawasan industri dan pelabuhan di Subang membuka peluang besar bagi transformasi daerah, namun juga menyimpan tantangan yang kompleks. Generasi muda, pelaku desa, dan organisasi masyarakat menaruh harapan besar sekaligus menunjukkan sikap kritis dan solutif agar pembangunan ini benar-benar membawa kesejahteraan yang merata.

Dari semua suara yang muncul, satu pesan yang jelas tergambar, pemuda Subang tidak ingin hanya jadi penonton. Mereka ingin jadi aktor utama.(hdi/sep)

Terkini Lainnya

Lihat Semua