Mengenal Lebih Dekat Kesenian Tarawangsa dari Subang

PASUNDAN EKSPRES- Di tengah modernisasi budaya dan gempuran hiburan digital, seni tradisional tetap menjadi fondasi kuat identitas suatu daerah. Salah satu kesenian yang masih bertahan dan sarat akan nilai spiritual serta budaya adalah Tarawangsa, yang berkembang di wilayah Rancakalong, Subang dan Sumedang, Jawa Barat.

Asal Usul dan Sejarah Tarawangsa

Tarawangsa merupakan seni musik tradisional Sunda yang berasal dari tradisi agraris masyarakat Rancakalong. Kesenian ini dipercaya lahir sebagai bentuk rasa syukur masyarakat terhadap hasil panen yang melimpah.

BACA JUGA: Perumda Tirta Rangga Subang Resmikan Kantor Pemasaran AMDK, Siap Perluas Pasar Air Kemasan

Dalam praktiknya, Tarawangsa erat kaitannya dengan mitos Dewi Sri atau Nyi Pohaci, yang dalam kepercayaan masyarakat Sunda dianggap sebagai dewi padi dan simbol kesuburan.

Uniknya, alat musik tarawangsa berkembang dari rebab, alat musik gesek yang konon dibawa oleh para penyebar agama Islam dari Timur Tengah.

Meski berasal dari luar, tarawangsa kemudian diadaptasi ke dalam konteks lokal Sunda, menciptakan harmoni antara budaya lama dan ajaran baru.

BACA JUGA: Bupati Subang Dukung Program YESS untuk Regenerasi Petani Muda dan Penguatan Sektor Pertanian

Fungsi dan Nilai Ritual

Dulu, tarawangsa dimainkan dalam upacara-upacara adat dan ritual keagamaan, terutama yang berkaitan dengan panen padi. Musiknya yang mendayu-dayu mengiringi proses penghormatan kepada Dewi Sri, sebagai simbol kehadiran Tuhan dalam rezeki yang diberikan kepada manusia.

Ada juga kisah menarik dalam cerita rakyat tentang penyelundupan benih padi dari Mataram ke Rancakalong yang dilakukan dengan cara menyembunyikan benih tersebut di dalam alat musik tarawangsa.

Ini memperkuat makna simbolis kesenian ini sebagai penjaga kehidupan dan kelangsungan pangan.

Komposisi Musik dan Penampil

Dalam satu pertunjukan tarawangsa, digunakan dua alat musik utama:

Tarawangsa: alat musik gesek yang dimainkan dengan satu senar