Perjuangan Seorang Ibu di Subang Pada Hari Pertama Sekolah, Antarkan Anak Masuk Sekolah Jam 06.30 Pagi

Perjuangan Seorang Ibu di Subang Pada Hari Pertama Sekolah, Antarkan Anak Masuk Sekolah Jam 06.30 Pagi

Seorang ibu yang sedang mengantarkan anaknya kelas 1 SD yang baru masuk ke Sekolah jam 06:30 WIB Pagi pada Senin, (14/7/2025).(Hadi Martadinata/Pasundan Ekspres)

SUBANG-Di tengah perdebatan tentang efektivitas dan dampaknya, kisah Yusri, seorang ibu rumah tangga di Kabupaten Subang, menggambarkan sisi lain dari kebijakan tersebut, sebuah cerita perjuangan sederhana dan penuh kasih.

Kebijakan baru Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kabupaten Subang tentang penyesuaian jam masuk sekolah menjadi pukul 06.30 WIB menuai berbagai reaksi dari masyarakat. 

Yusri adalah seorang ibu dari tiga anak yang tinggal di wilayah Jalancagak, dan tahun ini menjadi momen istimewa baginya karena anak bungsunya, Farhan, baru saja memulai perjalanan pendidikan formalnya di bangku kelas 1 SD. 

Namun tahun ini, hari-hari pertama sekolah bukan hanya soal mengenalkan dunia baru kepada sang anak, tapi juga tentang menyesuaikan diri dengan jam masuk yang lebih pagi dari biasanya.

BACA JUGA: Relokasi Pedagang Nanas di Subang Belum Jelas, Sudah Dua Bulan Berkutat di Pendataan

"Dulu masuk sekolah jam 07.00, sekarang 06.30. Kelihatannya cuma beda 30 menit, tapi bagi kami para orang tua, itu membuat kami harus menyesuaikan rutinitas dari subuh," ujar Yusri saat ditemui usai mengantar anaknya ke sekolah, Senin (14/7/2025).

Namun, Yusri tak serta-merta mengeluh. Ia menyebut perubahan ini justru menjadi momen membangun kedekatan lebih erat dengan anak, terutama dalam hal kebiasaan bangun pagi dan membentuk disiplin.

"Saya memang sudah biasa bangun subuh. Tapi sekarang, saya lebih bersemangat membangunkan Farhan untuk shalat subuh berjamaah dulu di rumah, lalu sarapan ringan, dan langsung bersiap sekolah," katanya sambil tersenyum.

Bagi Yusri, kebijakan ini menjadi tantangan, tetapi juga bentuk pembelajaran bersama. Ia mengaku harus menyiapkan semua kebutuhan sekolah anaknya lebih awal dari biasanya.

BACA JUGA: BLT DD di Subang, Kades Nanggerang: Bantu Ringankan Ekonomi Masyarakat

Mulai dari seragam, bekal makan, hingga memastikan anaknya cukup istirahat malam sebelumnya.

"Malam harus lebih disiplin tidur. Kalau tidak, bangunnya susah dan nanti ke sekolah dalam keadaan mengantuk. Saya belajar mengatur semuanya pelan-pelan," ucapnya.

Menurut Yusri, anak-anak pada dasarnya bisa mengikuti pola baru ini asalkan ada pendampingan dan keteladanan dari orang tua.

Ia bahkan mulai mengurangi waktu bermain gawai anaknya di malam hari, menggantinya dengan membaca buku sebelum tidur agar tidur lebih cepat dan berkualitas.

Terkait jarak, Yusri bersyukur karena sekolah anaknya masih berada di radius satu kilometer dari rumah. Namun ia memahami bahwa tidak semua orang tua seberuntung dirinya.

"Kalau teman saya yang tinggalnya di daerah kebun atau sawah, mereka harus jalan kaki cukup jauh. Kasihan kalau harus sampai sekolah jam setengah tujuh," ujar Yusri, menyoroti sisi lain dari kebijakan ini.

Meskipun demikian, Yusri tetap mendukung kebijakan jam masuk lebih pagi ini, asalkan pemerintah juga memperhatikan kondisi sosial masyarakat yang berbeda-beda.

"Bagus untuk melatih disiplin, tapi semoga pemerintah juga bantu sediakan sarana penunjang seperti transportasi atau kantin sehat di sekolah. Kasihan kalau anak belum sempat sarapan," harapnya.(hdi/sep)


Berita Terkini