Program Studi Agribisnis Universitas Subang Dorong Pemanfaatan Limbah Sayuran Jadi Ekoenzim di Tanjungsiang

Gambar Kloase: Prodi Agribisnis universitas Subang melaksanakan pengabdian kepeda Masyarakat di kelompok tani saluyu Kecamatan Tanjungsiang
SUBANG — Program Studi Agribisnis Universitas Subang melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Kelompok Tani Saluyu, Kecamatan Tanjungsiang, Kabupaten Subang. Kegiatan ini difokuskan pada pemanfaatan limbah sayuran menjadi produk ekoenzim yang memiliki nilai ekonomis dan mendukung praktik pertanian berkelanjutan.
Kecamatan Tanjungsiang merupakan salah satu wilayah strategis di Kabupaten Subang. Terletak pada ketinggian 700 meter di atas permukaan laut (mdpl), daerah ini memiliki kontur berbukit, lahan yang subur, dan ketersediaan air yang melimpah. Berbatasan langsung dengan Kabupaten Sumedang dan Bandung Barat, serta dilintasi jalan provinsi, menjadikan Tanjungsiang penting dalam perekonomian regional.
Daya dukung alamnya yang tinggi menjadikan wilayah ini sebagai salah satu sentra pertanian, khususnya padi dan sayuran semusim. Pada tahun 2020, Tanjungsiang mencatat produksi padi sebanyak 29.000 ton dan sayuran semusim mencapai 704,4 ton. Bersama Kecamatan Cisalak dan Serangpanjang, Tanjungsiang menjadi salah satu dari tiga wilayah di Subang yang mampu menanam lebih dari 10 jenis sayuran dalam satu musim. Komoditas utama antara lain bayam, kangkung, timun, terung, dan labu siam.
Namun, tidak semua hasil panen terserap pasar. Sering kali, kelebihan produksi menjadi limbah yang tidak termanfaatkan dan menimbulkan kerugian bagi petani.
BACA JUGA: Haji Jalal Salurkan Bantuan Modal Usaha untuk 38 UMKM di Purwakarta
Berangkat dari permasalahan tersebut, sivitas akademika Prodi Agribisnis Universitas Subang menawarkan solusi melalui teknologi fermentasi sederhana untuk mengolah limbah sayuran menjadi ekoenzim. Teknologi ini menggunakan bahan yang mudah ditemukan di desa, seperti gula merah atau gula aren, untuk mengolah limbah menjadi produk multifungsi.
Ekoenzim dapat digunakan sebagai pupuk organik, pengganti pestisida, hingga pembersih alami. Secara ekonomis, produk ini mampu menurunkan biaya produksi pertanian dan dapat dijual sebagai produk komersial skala rumah tangga atau kelompok tani. Selain itu, ekoenzim mendukung ekonomi sirkular dengan mengurangi ketergantungan terhadap pupuk dan pestisida kimia, serta menurunkan jumlah sampah organik.
Dari sisi pertanian, ekoenzim mampu meningkatkan kualitas tanah dan hasil panen. Unsur hara yang terkandung dapat diserap langsung oleh tanaman untuk menunjang pertumbuhan bunga, buah, maupun batang. Ekoenzim juga membantu mengusir beberapa jenis hama, mengurangi penggunaan pestisida kimia yang berdampak buruk bagi lingkungan.
Lebih dari itu, ekoenzim bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan rumah tangga, seperti disinfektan alami, pembersih saluran air, hingga pengurai limbah di septic tank.
BACA JUGA: SMPIT - SMKIT Assyafaq Purwakarta Kenalkan Deep Learning Sejak MPLS
Melalui kegiatan ini, Universitas Subang berharap dapat mendorong kemandirian petani, meminimalisasi kerugian akibat limbah pertanian, serta mengedukasi masyarakat akan pentingnya praktik pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan di Kecamatan Tanjungsiang.