SUBANG-Yanti bersama Wati rekan purna pekerja migran Indonesia di Kp. Sukaseneng Desa Compreng Kecamatan Compreng, berhasil mengembangkan usaha rumahan, hingga mampu miliki Warjos Purnama (Warung Pojok Sahabat Purnama).
Warjos Purnama itu, tidak hanya sebagai warung tempat makan dan nongkrong saja, tetapi juga dijadikan tempat konsultasi bagi para calon TKI dan belajar.
Konsultasi yang dimaksud yaitu tempat diskusi bagi para calon TKI, juga seputar pengembangan usaha para purna pekerja migran Indonesia. Selain itu juga sebagai tempat belajar, bagaimana mengawali usaha dan cara mengembangkannya.
Seperti yang disampaikan Yanti pemilik Warjos Purnama Subang ini, bahwa modal usaha sedikit kalau dikembangkan dengan sungguh-sungguh, maka lama-lama usaha itu akan berkembang dan mungkin saja bisa menjadi besar. "Saya ingat, waktu itu sekitar tahun 2016 kebutuhan keluarga begitu banyak, ada uang Rp 60.000, lalu terpikir uang kecil ini lebih baik, buat modal usaha kecil kecilan, bikin donat," katanya mengingat cerita tempo dulu.
Sebelum kemudian dia milki Warjos Purnama, melalui Program Pengembangan Masyarakat Pertamina EP Zona 7 Subang Field dengan nama "Purnama Subang" yang artinya Purna Pekerja Migran Indonesia Berdaya Bersama Subang.
Dari uang Rp 60.000 itulah, sekira tahun 2016 sambung Yanti, mulai mencoba usaha rumahan. Karena uang hasil kerja di luar negeri (Taiwan) lama kelamaan habis, untuk bangun rumah, biaya sekolah anak, nikahkah anaknya dan kebutuhan keluarga lainnya.
Kondisi Sulit
Dari kondisi sulit itulah, Yanti akhirnya mencoba usaha rumahan dengan modal Rp 60.0000 tadi, mulai membuat donat. Donat produksinya itu, ia jual ke tetangga dan warga kampung lainnya dengan cara keliling.
Selain donat, kemudian Yanti juga memproduksi es lilin, yang ia jual ke sekolah sekolah dan menyimpannya di warung warung. "Alhamdulillah ada kemajuan usaha kecil kecilan ini, cukup membantu memenuhi kebutuhan keluarga," kata Yanti.
Idenya untuk mengembangkan usaha tak hanya disitu, Yanti kemudian mencoba produksi krupuk pangsit, yang ia kemas sederhana di jual dengan cara keliling kampung-kampung, pelangganpun terus bertambah seiring berjalannya waktu.
Selain krupuk pangsit, dia pun menambah kembali produksi makanan olahan lainnya yaitu rempeyek, dipasarkan dengan cara yang sama, keliling kampung.
Setelah empat tahun berjalan, kemudian sempat ada kenaikan harga bahan pokok terutama minyak goreng, akhirnya dia pun sempat berhenti, sambil menunggu harga stabil kembali.
Setelah harga stabil, Yanti kembali memproduksi usaha rumahan itu.
Dan sekitar tahun 2022 mulai kenal dengan orang Pertamina EP melalui Pak Supi, akhirnya ketemu sama Bu Aslik, bu Saripah, mereka mencoba makanan produk olahannya, mungkin karena pas dan cocok di lidah dagangannya laku. Karena kejujuran juga, akhirnya Yanti disuport dibantu pembuatan kemasan bermerk Purnama.
"Maka saya didukung dan masuk program Purnama Subang dari Pertamina EP Zona 7 Subang Field, dengan nama Warjos Purnama Subang," tuturnya.
Dan sekitar bulan Agustus lalu, kemudian Yanti mendapat bantuan dari Pertamina EP, yaitu fasilitas yang mendukung usahanya itu.
Bantuan itu berupa warung contemer, toilet, pelataran warung, juga pembuatan kemasan dan label produk yang bisa ditempel di plastik transparan.
Produksi rumahannya itu saat ini, yaitu sistik mangga, tempe kriuk, kembang goyang, rempeyek renyah, yang kemasannya sudah bermerk Purnama.
Berjalan dari bulan Agustus 2024 atau hampir dua bulan berjalan ini, penjualan omzet terus berputar untuk modal jualan yang lain. Aneka makanan ringan dan minuman panas atau dingin siap saji.
Ada pula untuk menu makan seperti, Ayam Goreng Timbel, Ikan bawal, tongkol, ikan etong sesuai pesanan. "Alhamdulillah mas, jualan jalan terus, dan menambah aneka dagangan lain di Warjos ini. Ada minuman panas dan dingin, juga nasi timbel, ayam goreng, sayur asem plus sambal, dan siap menerima pesanan, untuk acara acara atau hajatan," kata Yanti.
Dengan kegigihan dan keuletan itu, Yanti memberi pesan kepada mereka yang berminat dan hendak bekerja ke luar negeri menjadi TKI atau pekerja migran Indonesia. "Saya ingatkat untuk calon TKI ke luar negeri, pertama harus bisa bahasa negara tujuan tempat bekerja nanti, bahasa menjadi dasar kita berkomunikasi di sana. Selain itu harus beretika dan sopan santun, dan kalau bisa punya keterampilan khusus," pesanya.
Sementara untuk para purna pekerja migran Indonesia yang sudah kembali ke kampung halaman, harus bisa berhemat. Karena saat kerja di sana, tiap bulan dapat gaji, sementara hidup di kampung lain lagi, kebutuhan hidup terus berjalan dan terus bertambah. Bahkan mada panen juga ada masanya. Mulailah untuk membuka usaha mandiri apa saja, yang penting halal.
"Hidup sehemat mungkin, jangan bergaya di negeri orang, dan mulailah untuk punya usaha sendiri, warungan atau memproduksi apa saja, yang modalnya enteng di kantong, untung di kantong," pungkasnya.(dan/sep)