Daerah

Jelang HUT RI, Penjual Bendera di Subang Kalah Saing, Omzet Merosot Dampak Toko Online

Penjual Bendera di Subang
Amat penjual Bendera asal Garut yang berjualan di depan Pemda Subang.(Hadi Martadinata/Pasundan Ekspres)

SUBANG-Menjelang Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-79 pada tanggal 17 Agustus 2024, penjual bendera mulai memadati berbagai sudut perkotaan Subang. Dengan hanya 18 hari tersisa menuju hari besar tersebut, para pedagang bendera sudah mulai meramaikan suasana dengan berbagai ukuran dan jenis bendera yang mereka jual.

Amat, seorang penjual bendera asal Garut, merupakan salah satu dari banyak pedagang yang telah hadir di Subang. Ia berbagi kisahnya tentang bagaimana setiap tahun, saat mendekati peringatan Hari Kemerdekaan, ia berjualan bendera di Subang. "Sudah 5 tahun berjualan bendera, tapi tidak setiap hari, hanya setiap tahun menjelang 17 Agustus," ucap Amat kepada Pasundan Ekspres, Selasa (20/7).

Namun, Amat mengakui untuk penjualan per harinya tidak menentu. "Kadang tidak ada penjualan sama sekali, kadang bisa dapat Rp5.000 sehari," ungkapnya. 

Meskipun begitu, semangatnya untuk menjajakan bendera tetap tinggi, mengingat antusiasme masyarakat yang biasanya meningkat seiring mendekati hari kemerdekaan.

Amat menjelaskan, harga bendera yang ia jual bervariasi, mulai dari Rp5.000 hingga Rp300.000. Rentang harga tersebut disesuaikan dengan ukuran dan kualitas bendera. 

Dengan berbagai pilihan harga ini, Amat berharap dapat menjangkau berbagai kalangan masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam merayakan Hari Kemerdekaan dengan memasang bendera di rumah atau tempat usaha mereka.

Popon, salah satu penjual bendera di Soklat Subang, menambahkan perspektifnya tentang kondisi penjualan bendera saat ini. "Penjualan merosot terus. Kalau dulu bagus, rame, lumayan. Kalau sekarang mah merosot, apalagi ada online dan harga di online sama dengan yang kita beli. Jadi bingung mau ngambil keuntungan dari mana. Berangkat dari rumah ke sini perlu transport, ongkos, ngontrak, terus belum makan. Kalau bos-bos di sana yang online nggak ada risiko, nggak ada transport, nggak ada biaya ngontrak dan lainnya," ujarnya.

Popon telah berjualan bendera selama 24 tahun dan merasakan perubahan drastis dalam bisnisnya akibat persaingan dengan penjualan online. Ia berharap pemerintah dapat memberikan perhatian lebih kepada pedagang bendera musiman seperti dirinya. "Kalau untuk jualan bendera, kalau bisa pemerintah itu yang online jangan. Ini mah cuman musiman, waktunya juga cuman sebentar, 2 minggu. Kalau bisa, online-online yang berjualan kaya begitu nggak usah. Biarin aja yang di lapangan yang berjualan, soalnya kalau di lapangan satu orang tau oh ini mau 17 Agustus. Kalau di online kan orang kadang-kadang nggak inget perayaan. Kalau ada pedagang di jalan orang pasti inget oh mau ada 17 Agustusan, oh mau rame-rame kan tinggal beli gitu. Kalau pakai online-online kaya gitu mah kan orang bisa lupa kalau sudah nggak ada pedagang jalanan kaya sudah lupa hari memperingati hari kebesaran," harap Popon.(hdi/sep)

Berita Terkait
Terkini Lainnya

Lihat Semua