Sejarah Kabupaten Subang serta Asal Usul Nya, Terpatri Sejak Zaman Purba

Foto drone di Alun-Alun kota Subang screenshot via YouTube/Rifkii_maulanafr
Selain itu, penemuan situs Kampung Engkel di Sagalaherang juga menjadi bukti perkembangan kebudayaan perunggu di Subang.
Wilayah Subang diakui sebagai bagian dari kekuasaan tiga kerajaan Hindu utama, yaitu Galuh, Pajajaran, dan Tarumanegara. Hal ini diperkuat oleh temuan pecahan keramik Cina di Patenggeng (Kalijati), mencerminkan hubungan perdagangan dengan kerajaan pada abad ke-7 dan ke-15.
Kerajaan Sunda juga memegang kendali atas Subang, seperti yang disampaikan oleh Tome' Pires dari Portugis dalam penjelajahannya di sepanjang pantai utara Jawa.
Dia mencatat bahwa wilayah timur Sungai Cimanuk hingga Banten merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Sunda.
Subang juga menjadi pusat kegiatan kebudayaan Islam. Pada tahun 1539, Wangsa Goparana, tokoh Islam dari Talaga, Majalengka, mendirikan pemukiman di Sagalaherang dan menyebarkan agama Islam di wilayah Subang.
Selama periode kolonialisme, wilayah utara Subang menjadi jalur logistik penting bagi pasukan Sultan Agung dari Mataram dalam kampanye mereka melawan Belanda di Batavia.
Beberapa pasukan Sultan Agung bahkan menetap di Subang setelah mengalami kegagalan dalam serangan tersebut, menyebarkan budaya Jawa di wilayah tersebut.
Sejak tahun 1771, wilayah Subang, khususnya di Pamanukan, Pagaden, dan Ciasem, telah diperintah oleh seorang Bupati secara turun-temurun.
Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles (1811-1816), hak kepemilikan tanah di Subang diberikan kepada pihak swasta dari Eropa, yang mengawali era perusahaan P&T Land pada tahun 1812.