SUBANG-Musim tanam rendeng tahun ini menimbulkan beberapa tantangan bagi petani, terutama terkait dengan pengolahan sawah dan ketersediaan pupuk di kios-kios pupuk.
Seorang PPL Desa Margahayu Kecamatan Pagaden Barat Ari SP mengungkapkan, saat ini sebagian besar petani sudah memulai proses pemupukan. Namun, ia juga mengakui bahwa masih ada beberapa petani yang menggunakan mesin sedot air, karena curah hujan yang cenderung menurun.
Meskipun demikian, Ari menyatakan bahwa pasokan air masih mencukupi, meskipun beberapa petani menggunakan mesin sedot.
"Pasokan air masih mencukupi, meskipun beberapa petani menggunakan mesin sedot," ungkap Ari.
Terkait dengan minimnya pupuk di kios-kios, Ari menyebutkan bahwa hanya tersedia 145 kg urea dan 75 kg Amonium Sulfate (ZA) per hektar.
"Ketersediaan pupuk sedikit, sehingga penggunaan pupuk kimia dikurangi menjadi hanya 145 kg per hektar untuk urea dan 75 kg untuk Amonium Sulfate (ZA)," jelasnya.
Untuk mengatasi kekurangan pupuk kimia, pihak PPL siap memfasilitasi petani dalam cara membuat pupuk organik. Mereka juga menganjurkan penggunaan pupuk organik untuk mengimbangi penggunaan pupuk kimia yang minim saat ini.
Maman, seorang petani dari Desa Mekarwangi Kecamatan Pagaden Barat, mengonfirmasi bahwa pasokan air cukup. Namun, ia menghadapi kesulitan dalam mendapatkan pupuk, dengan jumlah yang terbatas di kios-kios. Ia terpaksa membeli pupuk non-subsidi dengan harga yang lebih tinggi.
"Soal pupuk, saya sudah mengaplikasikan dan menggunakan pupuk organik, baik yang padat maupun cair," kata Maman.
Penggunaan pupuk cair dapat dilakukan setelah proses pemupukan dan bisa digunakan secara berkala hingga menjelang panen.(dan/ysp)