SUBANG-Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi atau Kemendikbudristek mengumumkan akan menghapus jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di jenjang pendidikan SMA secara penuh pada Tahun Ajaran 2024-2025.
Penghapusan jurusan di SMA adalah bagian dari implementasi Kurikulum Merdeka yang sudah diterapkan secara bertahap sejak tahun 2021. Peniadaan penjurusan ini sontak menimbulkan pro dan kontra dikalangan masyarakat.
Guru SMAN 4 Subang Andri Novi Lestari, S.TP., M.Pd mengatakan bahwa sekolahnya merespon baik kebijakan tersebut.
"SMAN 4 Subang merespon baik program kurikulum merdeka tersebut, kemudian kami mulai melaksanakan kurikulum merdeka dengan tipe merdeka berubah sejak tahun ajaran 2022-2023," ucapnya.
Dirinya mengungkapkan sekolahnya mengimplementasikan kebijakan tersebut sesuai dengan karakteristik sekolah, siswa, serta lingkungan sekitar.
"Terkait penjurusan yang dihapuskan, sejak diimplementasikan kurikulum merdeka berubah tersebut, SMAN 4 Subang mengikuti alur yang diberikan. Tentunya dengan pertimbangan karakteristik sekolah, siswa, dan lingkungan sekitar," ucapnya.
Ia menjelaskan implementasi tersebut mulai dilakukan pada kelas 11. Nantinya pada tingkatan tersebut, para peserta didik akan dibebaskan memilih mata pelajaran yang akan diperdalam.
"Kebebasan di sini bukan berarti anak itu di kotak-kotakan, sebelumnya kan ada kelas IPA, kelas IPS, dan kelas Bahasa, tidak. Jadi anak dibebaskan memilih sesuai minat, bakat, dan masa depan yang ingin mereka capai," ucapnya.
Mulai tahun kedua masa sekolah, nantinya para peserta didik akan memilih 5 mata pelajaran pilihan, dan mata pelajaran tersebut diperkenankan untuk dicampur antara soshum, saintek, dan bahasa, serta tidak menutup kemungkinan ada perubahan di tengah jalan.
"5 mata pelajaran tersebut tidak harus satu alur, misalkan anak tersebut ingin menjadi dokter, pasti dia akan memilih biologi, kimia, dan matematika. Tapi dua lainnya dia memilih ekonomi dan PKWU, karena mungkin dia ingin menjadi dokter kecantikan yang paham bisnis seperti pengemasan produk dan lain-lain," ucapnya.
Adapun beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh SMAN 4 Subang dalam menjalankan kebijakan tersebut, salah satunya mengenai fasilitas yang terbatas.
"Karena SMAN 4 Subang adalah Unit Sekolah Baru (USB), tantangan terbesarnya adalah fasilitas dan jumlah bangunan yang terbatas. Sedangkan animo masyarakat untuk menyekolahkan di SMAN 4 Subang sangat besar, ditambah dengan tidak adanya penjurusan yang dulu hanya ada tiga IPA, IPS, dan Bahasa, sekarang kan lebih beragam dan lebih banyak lagi," ucapnya.
Selain keterbatasan fasilitas yang ada, tantangan lainnya yaitu kesiapan dari guru dalam mengimplementasikan kebijaka tersebut, sebab para peserta didik memiliki peminatan yang lebih majemuk.
"Pola mendidiknya juga berbeda, jadi guru itu harus bisa memfasilitasi minat, bakat, dan potensi siswa. Maka dari itu kita sebagai guru harus mengupgrade diri seperti lewat workshop," ucapnya.
Untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut, SMAN 4 Subang telah menyusun modul dalam menjalankan kebijakan tersebut sesuai dengan karakteristik sekolah, siswa, serta lingkungan sekitar.
"Keseriusan kami dalam menjawab tantangan ini tentu saja kami membuat modul-modul sesuai dengan karakteristik sekolah, siswa, serta lingkungan sekitar. Memang ada modul-modul yang diberikan oleh Kementerian, tetapi itu belum tentu bisa diimplementasikan secara penuh di SMAN 4 Subang," ucapnya.(fsh/sep)