PasundanEkspres - Tajikistan, sebuah negara di Asia Tengah, telah memblokir akses terhadap permainan Grand Theft Auto (GTA) dan Counter-Strike. Langkah ini diambil karena pemerintah setempat menilai bahwa kedua permainan tersebut mendorong perilaku kriminal di kalangan anak muda.
Pemerintah Tajikistan, melalui analisis para ahli sejarah dan budaya dari Kementerian Kebudayaan, menilai bahwa permainan buatan Rockstar dan Valve ini mengandung unsur kekerasan serta tindakan tidak bermoral, seperti adegan pembunuhan dan perampokan.
"Warga negara, khususnya pemilik pusat permainan komputer, diberitahu bahwa sesuai dengan persyaratan undang-undang Republik Tajikistan, distribusi video dan permainan yang tidak etis dan berisi kekerasan sangat dilarang," tulis Kementerian Dalam Negeri Tajikistan, mengutip laporan dari Dexerto yang dilansir PasundanEkspres pada Kamis (7/11/2024).
Pihak kepolisian di Dushanbe, ibu kota Tajikistan, berencana melakukan razia dan inspeksi terhadap toko-toko yang masih menjual permainan tersebut. Di samping itu, pemerintah mengimbau para orang tua agar mengawasi anak-anak mereka supaya tidak terpengaruh oleh permainan yang dapat memicu perilaku kriminal.
"Sehubungan dengan hal tersebut, Departemen Dalam Negeri di Dushanbe meminta seluruh pemilik pusat tersebut untuk tidak mengizinkan distribusi permainan tersebut di kemudian hari," lanjut pernyataan Kementerian Dalam Negeri.
Langkah ini tidak hanya dilakukan oleh Tajikistan. Sejumlah negara juga memberlakukan larangan atau pembatasan terhadap video game tertentu karena kekhawatiran mengenai dampak kekerasan, konten eksplisit, dan sensitivitas budaya atau politik.
Pada Agustus 2024, Turki memblokir akses ke permainan Roblox. Pemerintah Turki beralasan bahwa permainan ini berpotensi menyebabkan eksploitasi anak, di mana predator memanfaatkannya untuk mendekati dan membujuk anak-anak. Di samping itu, para pengembang muda di platform tersebut juga mengungkapkan ketidakpuasan mereka terkait dugaan eksploitasi finansial.
Baru-baru ini, pada Oktober 2024, Kuwait menolak merilis Call of Duty: Black Ops 6, sehingga para pemain dari negara tersebut menerima pengembalian dana dari pihak Activision. Namun, alasan spesifik penolakan tersebut belum diumumkan secara resmi.