SUBANG-Kasus dugaan perundungan di lingkungan sekolah kembali terjadi di Kabupaten Subang. Seorang siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN), berinisial DPA (8), menjadi korban tindakan kekerasan oleh lima teman sekelasnya.
Akibat perundungan ini, DPA mengalami trauma mendalam hingga menolak untuk kembali bersekolah.
Menurut keterangan ibunda korban, NM, aksi perundungan ini telah berlangsung berulang kali.
“Anak saya dicekik, dipukul badannya, dan kepala anak saya dipukul pensil, bahkan penggaris besi. Anak saya juga sering dikurung di toilet sekolah,” ungkap NM.
Dia menyebut, kasus ini terungkap saat DPA pulang sekolah dalam keadaan menangis dengan seragam penuh kotoran.
Setelah didesak, DPA akhirnya menceritakan kejadian yang dialaminya kepada orang tuanya.
Saat ini DPA mengalami trauma hingga membuat dia tidak mau berangkat ke sekolah selama tiga hari terakhir.
Menanggapi kejadian ini, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Subang, Nunung Suryani, menyatakan pihaknya akan melakukan langkah-langkah tegas. Sejauh ini sosialisasi anti perundungan sudah sering dilakukan di sekolah-sekolah.
“Kami akan melakukan langkah-langkah tegas. Pertemuan dengan orang tua korban dan pihak sekolah telah dilakukan untuk mencari solusi terbaik,” ujarnya.
Nunung Suryani menegaskan, pihaknya telah menindaklanjuti laporan tersebut. "Iya, kami langsung menindaklanjutinya dan sekarang sudah beres," ucapnya.
Ia mengatakan untuk langkah selanjutnya, pihaknya akan terus melakukan sejumlah upaya pencegahan agar kejadian seperti ini tidak terjadi lagi.
"Tentunya kami akan terus melakukan sosialisasi baik kepada guru, orang tua juga kepada para siswa," ucapnya.
Ia mengungkapkan, Disdikbud Subang sendiri saat ini sangat perhatian terhadap isu bullying atau perundungan, apalagi selepas adanya korban meninggal dunia yang di alami AR di Kecamatan Blanakan beberapa waktu lalu.
Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah aksi perundungan di lingkungan sekolah, mulai dari menjamin perlindungan korban, penegakan hukum, penyuluhan di sekolah, pelatihan guru dan orang tua, kampanye dan edukasi di berbagai media, perbaikan dan pengembangan program, dan upaya-upaya lainnya.(cdp/fsh/ysp)