Headline

Perjalanan Karier Kompol H. Acep Hasbullah, dari Anak Kampung Jadi Pejabat Polisi Senior

Kompol H. Acep Hasbullah
TUGAS: Kompol H. Acep Hasbullah saat masih bertugas di Polsek Jalancagak. Dia memiliki latar belakang kehidupan yang penuh perjuangan.

Lahir di daerah yang dikenal rawan kriminalitas, tepatnya Cicadas Bandung Tengah Kota Bandung pada 21 Juli 1968, Acep kini menutup karier panjangnya di kepolisian dengan jabatan terakhir sebagai Kabaglog di Polres Purwakarta, setelah sebelumnya menjabat sebagai Kapolsek Jalancagak di Subang.

Kompol Acep memulai kiprahnya di kepolisian pada tahun 1989 sebagai siswa Secapa (Sekolah Calon Perwira) Polri. Setahun berselang pada tahun 1990, ia resmi bergabung dengan institusi kepolisian dan mendapat penempatan awal di Polda Jawa Barat, yang saat itu dikenal dengan sebutan Polwil (Polisi Wilayah). "Pertama kali penempatan saya itu di Polwil Jabar, langsung diarahkan ke Polrestabes. Di sana saya bertugas kurang lebih tiga tahun," ujar Acep mengenang.

Tahun 1992 menjadi titik baru dalam perjalanan kariernya ketika ia dipindahkan ke Polsek Bandung Timur. Selama lebih dari satu dekade, ia menempuh berbagai penugasan, mulai dari satuan penjagaan, satuan lalu lintas, hingga ke intelijen. 

Tahun demi tahun, Acep terus menapaki jenjang karier, dari Satgatur, Satlantas, hingga Kasat Intel Polres Subang. "Saya banyak belajar di lapangan. Saya tahu betul situasi sosial masyarakat, terutama karena saya memang lahir di daerah rawan kejahatan. Itu yang memotivasi saya ingin menjadi polisi," katanya.

Kisah hidup Kompol Acep adalah cermin nyata dari kerja keras dan ketekunan. Ia lahir dari keluarga besar dengan delapan bersaudara, dan yang lebih berat lagi.

Ia kehilangan ayahnya pada usia masih belia, tepatnya tahun 1974. Ibunya yang tidak menikah lagi, harus menghidupi dan membesarkan kedelapan anaknya sendirian. "Saya anak ke-6 dari 8 bersaudara. Waktu daftar polisi dulu, saya sering bolak-balik naik angkot, tidak ada kendaraan pribadi, tidak ada kemudahan. Tapi saya tetap semangat," ucapnya dengan nada penuh keharuan.

Dari delapan saudara tersebut, hanya dirinya yang memilih jalur sebagai anggota Polri. Dua saudaranya menjadi anggota TNI AD, dan beberapa lainnya menjadi PNS. 

Ia mengaku tidak ada dorongan khusus dari keluarga untuk menjadi polisi. Keinginannya untuk menjadi aparat penegak hukum muncul dari pengalaman hidupnya sendiri, terutama karena tinggal di lingkungan dengan tingkat kriminalitas yang tinggi.

Kompol Acep dikenal sebagai sosok yang berdedikasi tinggi dan penuh tanggung jawab. Selama 35 tahun mengabdi di kepolisian, ia mengaku tidak pernah tersandung masalah ataupun pelanggaran.

Kariernya juga tidak hanya berpusat di satu daerah. Selain di Bandung dan Subang, Acep juga pernah ditugaskan di Polres Cirebon Kota, di mana ia menjabat sebagai Kabagren dan Kabagops. 

Semua jabatan tersebut ia emban dengan penuh integritas, hingga akhirnya dipindahkan ke Polres Purwakarta sebagai Kabaglog di tahun 2025 ini, menjelang masa pensiunnya. "Selama bertugas, saya selalu berpegang pada nilai-nilai kejujuran dan kerja keras. Tidak ada jalan pintas. Apa yang saya capai hari ini adalah hasil dari proses panjang yang penuh pengorbanan," ungkapnya.

Kompol Acep tak hanya berhasil membentuk dirinya sebagai pribadi yang disiplin dan sukses, namun juga berhasil menjadi teladan bagi keluarganya. Ia memiliki tiga anak, dan masing-masing telah menempuh jalan hidup yang membanggakan.

Anak pertamanya mengikuti jejak sang ayah dan kini bertugas sebagai anggota Polri di Polres Subang. Anak keduanya berprofesi sebagai guru di SMAN 4 Subang, sementara anak ketiganya baru saja lulus menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). "Alhamdulillah, anak-anak saya tumbuh jadi anak yang baik dan bertanggung jawab. Saya bersyukur bisa memberi contoh dari kerja keras dan pengabdian," katanya dengan bangga.

Memasuki masa purna tugas, Kompol Acep sudah memiliki rencana matang. Ia kini menetap di Indramayu, bukan di kota besar, melainkan di sebuah desa. 

Di sanalah ia berencana menekuni dunia pertanian, sesuatu yang sudah ia rencanakan jauh-jauh hari. "Saya ingin kembali ke desa, bertani. Hidup sederhana tapi penuh makna. Saya pikir, setelah puluhan tahun mengabdi, sekarang waktunya mengabdi untuk alam dan keluarga," ujarnya. 

Pilihan ini bukan tanpa alasan. Selain karena pertanian merupakan sektor yang penting, Acep merasa bahwa kembali ke akar kehidupan bisa memberinya ketenangan setelah bertahun-tahun menjalani pekerjaan dengan tingkat stres tinggi.

Kisah Kompol H. Acep Hasbullah adalah contoh nyata asal-usul bukanlah hambatan untuk meraih kesuksesan. Lahir dari keluarga sederhana, hidup di lingkungan keras, dan tumbuh tanpa sosok ayah, tidak membuatnya menyerah pada keadaan.

Sebaliknya, ia menjadikan semua kesulitan sebagai bahan bakar untuk bergerak maju, meraih pendidikan, masuk ke institusi kepolisian, dan terus berkembang hingga mencapai puncak karier yang membanggakan.(hdi/sep)

Terkini Lainnya

Lihat Semua