Internasional

Analisis Forensik Ungkap Tembakan Dekat dalam Serangan yang Tewaskan Petugas Medis di Gaza

Analisis Forensik Ungkap Tembakan Dekat dalam Serangan yang Tewaskan Petugas Medis di Gaza
Analisis Forensik Ungkap Tembakan Dekat dalam Serangan yang Tewaskan Petugas Medis di Gaza (Image From: Illustration/wavevisual.com)

PASUNDAN EKSPRES - Insiden tragis yang terjadi pada 23 Maret 2025 di Gaza kembali menjadi sorotan dunia setelah analisis forensik audio terbaru mengungkap bahwa pasukan Israel menembakkan lebih dari 100 kali tembakan, termasuk dari jarak sangat dekat, dalam serangan yang menewaskan 15 petugas darurat Palestina.

Laporan investigasi ini diungkap oleh BBC Verify, yang mengautentikasi rekaman video berdurasi 19 menit dan menganalisisnya dengan bantuan dua ahli audio forensik independen.

Fakta Baru: Tembakan dari Jarak 12 Meter

Para ahli audio, Robert Maher dari Montana State University dan Steven Beck, mantan konsultan FBI yang kini menjalankan Beck Audio Forensics, menyatakan bahwa tembakan awal terdengar dari jarak sekitar 40–43 meter.

Namun, menjelang akhir rekaman, suara tembakan terdengar berasal dari jarak hanya 12 meter.

Steven Beck juga mencatat adanya suara "pop" yang tidak biasa, kemungkinan berasal dari ban kendaraan yang tertembak.

Ia menambahkan bahwa ada gelombang kejut yang menunjukkan adanya peluru melintas sangat dekat dengan mikrofon perekam, yang berarti tembakan diarahkan ke arah korban. 

Analisis ini mendukung klaim dari Palang Merah Palestina (Palestinian Red Crescent), yang menyebut bahwa para petugas medis diserang dari jarak sangat dekat.

Kronologi: Konvoi Medis Diserang

Rekaman video yang dianalisis berasal dari ponsel seorang petugas medis bernama Rifaat Radwan yang turut menjadi korban dalam serangan tersebut.

Video tersebut merekam perjalanan konvoi ambulans pada malam hari, dengan lampu depan menyala dan lampu darurat berkedip.

Dalam video terlihat setidaknya satu petugas mengenakan rompi berwarna cerah (high visibility jacket), memperkuat dugaan bahwa pasukan Israel dapat dengan mudah mengidentifikasi mereka sebagai personel non-kombatan.

Perubahan Narasi dari Militer Israel

Sebelumnya, militer Israel menyatakan bahwa konvoi petugas kesehatan tersebut mendekat secara mengejutkan dengan lampu yang mati.

Namun, setelah video tersebut muncul, mereka mengubah pernyataan mereka dan mengakui bahwa lampu kendaraan memang menyala saat kejadian. 

Seorang pejabat IDF (Pasukan Pertahanan Israel) dalam jumpa pers 5 April menyatakan bahwa pasukan menembak dari kejauhan. Namun, analisis BBC Verify menyanggah klaim ini.

Menurut ahli militer Chris Cobb-Smith, mantan perwira Angkatan Darat Inggris, jarak 50 meter sudah cukup dekat untuk mengenali bahwa konvoi tersebut bersifat kemanusiaan dan personelnya tidak bersenjata.

Lebih dari 100 Kali Tembakan

Maher dan Beck mencatat bahwa dalam kurun lebih dari lima menit, seringkali terdengar lebih dari satu senjata api digunakan secara bersamaan. Hal ini membuat perhitungan tembakan menjadi sulit.

Namun, keduanya sepakat bahwa total tembakan dalam insiden ini melebihi 100 kali. Beck juga menyebut adanya beberapa letusan senjata otomatis penuh (fully automatic gunfire) dalam rekaman.

Teknik Forensik: Analisis "Crack-Pop"

Para ahli menggunakan teknik analisis gelombang suara dan spektrogram untuk mengidentifikasi jarak antara suara letusan senjata dan suara peluru yang melintas. Peluru yang bergerak melebihi kecepatan suara menciptakan dua suara terpisah: suara "crack" dari gelombang kejut dan suara "pop" dari ledakan senjata.

Ketika senjata ditembakkan dari jarak dekat, kedua suara ini akan sulit dibedakan secara akustik oleh manusia. Namun, melalui analisis visual pada bentuk gelombang (waveform), para ahli dapat mengukur jeda waktu antara suara "crack" dan "pop", lalu menghitung jarak tembakan.

Robert Maher menjelaskan bahwa semakin besar jaraknya, semakin lama jeda antara dua suara tersebut. Sebaliknya, jika jedanya sangat pendek, berarti tembakan berasal dari dekat.

(ipa)

Terkini Lainnya

Lihat Semua