PASUNDAN EKSPRES - Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa pola makan masyarakat di perkotaan sangat kekurangan serat. Hal ini dikhawatirkan dapat mengubah cara usus manusia mencerna bahan-bahan nabati dan berakibat pada kesehatan metabolisme.
Bagaimana Manusia Mencerna Serat?
Meskipun buah dan sayuran merupakan bagian penting dari makanan manusia, pemahaman tentang bagaimana tubuh memecah selulosa, senyawa organik yang merupakan pelapis dinding sel tanaman, masih terus berkembang.
Sebelumnya, selulosa diasumsikan tidak dapat diuraikan oleh tubuh manusia. Baru pada tahun 2003, ilmuwan menemukan bakteri usus manusia yang mampu mencerna serat-serat tersebut.
BACA JUGA:Mengenal Lebih Dalam Tentang DBD Tahapan, Gejala, dan Penanganannya
Penemuan Baru: Kesamaan Usus Manusia dengan Hewan Ternak
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa manusia memiliki lebih banyak kesamaan dengan hewan ternak dalam hal pencernaan serat. Usus manusia ternyata memiliki beberapa spesies mikroba pengunyah selulosa yang sebelumnya luput dari perhatian. Ketiganya termasuk dalam genus Ruminococcus dan memiliki gen yang terlibat dalam pencernaan selulosa.
Kekurangan Mikroba Pencerna Serat pada Masyarakat Modern
Namun, mikroba usus yang sama ini sangat jarang ditemukan pada populasi masyarakat modern dan industri. Hal ini diduga karena peralihan gaya hidup dan pola makan yang rendah serat.
Para peneliti menjelaskan bahwa kekurangan serat tanaman dapat menyebabkan penurunan jumlah mikroba Ruminococcus di usus. Kekhawatirannya adalah spesies ini, yang berkontribusi pada kesehatan metabolisme, akan hilang di kalangan masyarakat perkotaan modern.
BACA JUGA:Efek Minum Kopi Hitam Jika dikonsumsi Setiap Hari, Kamu Wajib Tau!
Kekurangan serat pada pola makan masyarakat perkotaan dapat berdampak pada kesehatan usus dan metabolisme. Hal ini perlu menjadi perhatian dan mendorong perubahan pola makan dengan meningkatkan konsumsi serat dari buah, sayuran, dan sumber nabati lainnya.