PASUNDAN EKSPRES - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyelenggarakan pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) untuk orang awam.
Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan bencana, baik itu bencana alam, non-alam, maupun sosial.
Oleh karena itu, masyarakat perlu mengetahui bagaimana cara menghadapi situasi ketika bencana terjadi di suatu wilayah.
Pusat Krisis Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyelenggarakan pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) untuk orang awam pada 13 Agustus 2024 di Menara Mega Syariah, Jakarta Selatan.
Kegiatan ini sebagai upaya meningkatkan ketahanan kesehatan dan kesiapsiagaan terhadap situasi darurat medis.
"Jadi, setelah COVID-19 kemarin, indeks risiko bencana kita cukup besar. Ada 10 program prioritas Kemenkes melalui transformasi kesehatan, salah satunya pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dalam rangka bagaimana dia bisa membantu menangani risiko terhadap terjadinya bencana alam dan non alam maupun sosial," ucap Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes RI Dr. Sumarjaya, SKM, M.M, MFP, C.F.A, dikutip dari laman resmi Sehat Negeriku Kemenkes, Jumat (16/8).
Kegiatan yang baru pertama kali dilakukan oleh Pusat Krisis Kemenkes ini dilaksanakan dengan cara pendekatan langsung (door to door) kepada orang awam.
Melalui pelatihan ini, Sumarjaya berharap hal ini dapat berkelanjutan dan sosialisasi BHD dapat menjangkau masyarakat luas, terutama perusahaan, hotel, mal, dan kantor kementerian/lembaga lainnya.
Kontribusi dari setiap individu sangat diharapkan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan.
Hal ini karena upaya pelayanan kesehatan tidak hanya menjadi tanggung jawab tenaga kesehatan, tetapi masyarakat juga perlu memahami cara memberikan pertolongan pertama saat terjadi masalah kesehatan.
Pelatihan Bantuan Hidup Dasar ini dirancang untuk membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan dalam menangani situasi darurat medis, seperti henti jantung mendadak, tersedak, atau pingsan.
Para peserta dilatih oleh tenaga medis profesional yang berpengalaman dalam teknik Resusitasi Jantung Paru (RJP), penanganan saluran napas yang tersumbat, dan penggunaan Automated External Defibrillator (AED).
Pelatihan ini juga merupakan bagian dari inisiatif berkelanjutan Pusat Krisis Kesehatan untuk memperluas jangkauan pelatihan kesehatan di seluruh Indonesia.
Dengan melibatkan semua provinsi dan bekerja sama dengan 11 Regional Pusat Krisis Kesehatan, kegiatan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif yang luas, tidak hanya dalam konteks pelatihan individual, tetapi juga dalam meningkatkan kesiapsiagaan komunitas secara keseluruhan. (inm)