PASUNDAN EKSPRES- Yo, guys! Pernah nggak sih ngerasa kalau pendidikan di Indonesia kayak berantakan banget?
Bocil-bocil masih bingung singkatan MPR, bahkan ada yang mikir Garut itu negara Eropa, serius!
Nggak heran juga sih kalau kita lihat data, banyak anak-anak yang masih belum bisa baca.
Ini jelas berpengaruh ke tingkat pengangguran yang makin tinggi, soalnya lapangan kerja nggak cukup buat jumlah penduduk kita yang melimpah ruah.
Nah, kalau ngomongin pengangguran, Indonesia punya rekor sendiri nih. Data BPS 2020 nunjukin kalau kita jadi negara dengan tingkat pengangguran tertinggi di ASEAN.
Banyak orang yang akhirnya nyalahin generasi Z, padahal mereka mayoritas sekarang. Gen Z dibilang beban negara, tapi bener nggak sih? Hmm, menurut gue sih, nggak juga.
Justru yang lebih beban itu para pejabat yang digaji gede, tapi kerjanya nggak sesuai sama jobdesknya, setuju nggak?
Dan ngomong-ngomong soal presiden, kita baru aja ngeliat pelantikan Pak Prabowo buat periode 2024-2029.
Harapan gue sih, kita bisa comeback dari situasi yang nggak kondusif ini, apalagi dengan tantangan buat maksimalin bonus demografi.
Percuma dong, usia produktif banyak, tapi yang nganggur 9,8 juta orang. Itu malah nambah masalah!
Kita nggak bisa tutup mata juga sama ekspektasi Gen Z yang kadang terbang tinggi work-life balance, kesehatan mental, dan lain-lain.
Tapi, sebenernya nggak bisa sepenuhnya nyalahin mereka. Kenapa? Karena dukungan dari generasi sebelumnya belum maksimal.
Bayangin aja, Gen Z dituntut buat maju, tapi pendidikan aja masih amburadul. Gimana caranya mereka jadi pinter kalau gurunya sendiri kurang perhatian dan digaji minim?
Sistem pendidikan kita sekarang katanya mau niruin Finlandia, negara dengan pendidikan terbaik.
Tapi, kalau copy-paste aja tanpa ngeliat kondisi masyarakat, ya jelas nggak bakal cocok.
Masyarakat kita belum siap, bro. Di Finlandia, kurikulumnya berkembang sesuai budaya dan masyarakat mereka.
Sementara di sini, ya kita semua tau lah, kesadaran buat belajar aja masih minim.
Jadi, kalau terus nyalahin Gen Z, atau pemerintah doang, nggak bakal selesai masalahnya.
Kita sendiri juga harus introspeksi, gimana cara kita manfaatin fasilitas yang ada.
Anggaran pendidikan kita gede, tapi hasilnya ke mana? Yang sampai ke masyarakat cuma sedikit.
Kasus-kasus kayak baut jembatan hilang, alat deteksi gempa lenyap, bahkan jalanan yang baru dicor diterobos begitu aja, ini bukti kalau nggak cuma sistem yang salah, tapi kesadaran masyarakat juga perlu dibenerin.
Intinya, guys, kita semua punya peran. Mau generasi manapun, pemerintah atau masyarakat, kuncinya ada di kolaborasi biar negara ini bisa maju. Jadi, stop blaming, let’s start acting!