PASUNDAN EKSPRES- Baru-baru ini, muncul kabar bahwa harga mie instan akan naik hingga tiga kali lipat.
Jika sebelumnya harga sebungkus mie instan sekitar Rp3.000-an, kini diprediksi akan naik menjadi Rp12.000-an.
Kabar ini tentunya mengagetkan banyak orang, mengingat mie instan adalah salah satu makanan favorit masyarakat Indonesia. Namun, apa sebenarnya penyebab kenaikan harga ini?
Kenaikan harga mie instan ini terkait erat dengan konflik yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina.
Kedua negara ini merupakan penyalur gandum terbesar di dunia. Data menunjukkan bahwa sekitar 40% gandum dunia berasal dari Rusia dan Ukraina.
Dengan adanya perang yang tak kunjung usai, pasokan gandum dari kedua negara ini terhenti.
Ukraina memiliki sekitar 180 juta ton gandum yang tidak bisa diekspor ke negara lain akibat konflik ini.
Hal ini menyebabkan pasokan gandum global menipis, termasuk di Indonesia. Sebagai negara yang bergantung pada impor gandum untuk produksi mie instan, Indonesia sangat terdampak oleh situasi ini.
Kekurangan pasokan gandum menyebabkan harga bahan baku naik drastis, yang pada akhirnya mempengaruhi harga jual mie instan.
Kenaikan harga mie instan ini tentu akan berdampak signifikan bagi masyarakat Indonesia.
Mie instan adalah makanan yang sangat populer dan sering dijadikan pilihan makanan praktis dan murah.
Dengan harga yang naik tiga kali lipat, banyak orang akan mempertimbangkan ulang untuk membeli mie instan.
Selain itu, kenaikan harga ini juga dapat mempengaruhi industri makanan dan minuman yang menggunakan mie instan sebagai bahan dasar.
Pengusaha kecil hingga besar akan merasakan dampaknya, terutama dalam hal biaya produksi yang meningkat.