PASUNDAN EKSPRES- Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia di tahun 2024 mencapai sekitar 280 jutaan jiwa.
Dari angka itu, mayoritas penduduk Indonesia berada di kelas menengah sebuah kelas sosial yang sering dianggap nanggung.
Mereka tidak terlalu kaya untuk menikmati hidup secara berlebihan, tapi juga tidak cukup miskin untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Dalam situasi ini, mereka sering terjebak dalam ketidakpastian ekonomi.
Kelas menengah masih bisa memenuhi kebutuhan dasar, seperti makan tiga kali sehari, meskipun mungkin hanya dengan lauk sederhana seperti kangkung, tahu, atau tempe.
Dari segi pendidikan pun, mereka tidak cukup miskin untuk menerima beasiswa, namun biaya sekolah swasta yang lebih baik mungkin tetap di luar jangkauan.
Jadi, hidup kelas menengah bisa dibilang cukup serba salah punya akses tapi terbatas.
Definisi Kelas Menengah Menurut World Bank
Menurut World Bank, kelas menengah di Indonesia adalah mereka yang memiliki pengeluaran per bulan sekitar Rp2 juta hingga Rp6 juta per kapita.
Dengan rentang pendapatan tersebut, mereka dianggap memiliki daya beli yang cukup, meskipun tetap ada keterbatasan dalam mengakses fasilitas atau layanan kelas atas.
Jumlah kelas menengah di Indonesia sangat signifikan, yaitu mencapai 66,35% dari total penduduk.
Tidak heran, kelompok ini memiliki peran besar dalam perekonomian Indonesia, terutama dalam konsumsi harian.
Faktanya, konsumsi mereka berkontribusi hingga 81,49% dari total konsumsi nasional.
Ini menjadikan mereka sebagai tulang punggung ekonomi, meski dalam kehidupan sehari-hari mereka juga sering kali merasa terjepit.
Middle-Income Trap: Jebakan Kelas Menengah
Indonesia sudah lebih dari 30 tahun terjebak dalam fenomena middle-income trap, di mana negara berada dalam level pendapatan menengah tapi sulit untuk naik menjadi negara berpendapatan tinggi.
Ini terjadi karena produktivitas tenaga kerja yang masih rendah dibandingkan negara-negara industri maju.
Akibatnya, ekonomi negara hanya tumbuh sekitar 4% per tahun, jauh di bawah target pertumbuhan 6% yang dibutuhkan untuk keluar dari jebakan ini.
Selain itu, ketimpangan antar wilayah di Indonesia masih sangat terlihat.
Beberapa daerah masih berada di bawah kategori lower middle-income, dengan pendapatan per kapita di bawah 4.200 USD atau sekitar Rp5 juta per bulan.
Dilema Kelas Menengah
Salah satu tantangan terbesar bagi kelas menengah adalah posisi mereka yang serba nanggung.
Mereka tidak cukup kaya untuk menikmati hidup mewah, tapi juga tidak cukup miskin untuk menikmati berbagai fasilitas keringanan pajak dan bantuan sosial.
Misalnya, ambang batas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) di Indonesia adalah Rp54 juta per tahun, atau sekitar Rp4,5 juta per bulan.
Jika pendapatan sedikit di atas angka ini, mereka harus membayar pajak tanpa mendapatkan banyak bantuan.
Situasi ini menjadikan kelas menengah sebagai kelompok yang paling rentan mereka seakan berada di tengah tanpa keistimewaan, baik dari segi bantuan pemerintah maupun akses penuh ke layanan premium.
Kesimpulan
Kelas menengah di Indonesia memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas ekonomi, tetapi mereka juga menghadapi tantangan yang tidak kecil.
Terjebak di antara kelas miskin dan kaya, kelas menengah sering kali harus berjuang lebih keras hanya untuk mempertahankan status quo.
Dalam kondisi ekonomi yang stagnan, kelas ini semakin terancam, dan tanpa kebijakan yang mendukung, mereka bisa kehilangan peran pentingnya dalam waktu dekat.