Kemenag Rilis Layanan TelePontren dalam Peringatan Hari Anak Nasional

Kemenag Rilis Layanan TelePontren dalam Peringatan Hari Anak Nasional

Perilisan Telepontren. (Foto: laman resmi Kemenag)

Menurut Eny, pesantren bisa dijadikan contoh dan belajar praktik baik dalam mencegah perundungan anak. Sebab, sejak dulu, pesantren sudah teruji menjadi lembaga pendidikan yang memberikan peran yang sarat tentang dengan moral dan nilai-nilai baik.

"Kita semua juga sudah memahami banyak sekali tokoh nasional yang hadir di tengah-tengah kita berasal dari pondok pesantren," ucap Eny.

Eny menjelaskan, salah satu kultur pesantren adalah adanya relasi yang kuat antara kiai dan santri. Kearifan dan kebijakan para pengasuh pondok pesantren ikut membentuk karakter para santrinya.

Selain itu, kultur senioritas dan junioritas di pesantren juga kuat. "Tidak ada yang salah dengan kultur senioritas dan junioritas ini, asal sang senior dibekali dengan kemampuan, kemauan, dan kecakapan untuk menjadi bijaksana dan arif serta bertanggung jawab," ujarnya.

Hal senada juga disampaikan dr. Elvine Gunawan, SpKJ yang menjadi narasumber dalam talkshow tersebut turut memberi penjelasan. 

"Pola pendidikan senior dan junior penting sekali bahkan di pola pendidikan usia remaja, karena remaja harus tahu hirarki sosial, namun bukan tentang kepatuhan yang buta," jelas dr. Elvine.

Dalam acara tersebut, hadir Wakil Penasihat DWP Kemenag RI Tanti Kristiani, Ketua DWP Kemenag RI Hilda Ainisysyifa, pengurus DWP Kemenag, perwakilan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, utusan Komisi Perlindungan Anak Indonesia, serta para kyai dan ratusan santri.

Hadir juga Kepala Biro Humas Data dan Informasi Akhmad Fauzin dan sejumlah pejabat Kemenag RI. Terhubung melalui aplikasi zoom, lebih seribu peserta dari pengurus DWP Kanwil Kemenag Provinsi, PTKN, Kab/Kota, Madrasah & KUA se-Indonesia dan para santri pesantren. (inm)


Berita Terkini