Nasional

Apa Itu Rebo Wekasan? Tradisi Masyarakat di Hari Rabu Terakhir Bulan Safar

Apa Itu Rebo Wekasan? Tradisi Masyarakat di Hari Rabu Terakhir Bulan Safar
Apa Itu Rebo Wekasan? Tradisi Masyarakat di Hari Rabu Terakhir Bulan Safar (Foto: NU Online)

PASUNDAN EKSPRES - Simak selengkapnya informasi mengenai Rebo Wekasan yang merupakan tradisi masyarakat yang dilakukan di hari Rabu terakhir di bulan Safar.

Rabu Wekasan atau dikenal dengan Rebo Wekasan merupakan sebuah tradisi yang berkembang di sebagian masyarakat Indonesia, khususnya di Pulau Jawa dan dilakukan secara turun temurun.

Tradisi Rebo Wekasan dilaksanakan pada hari Rabu terakhir di bulan Safar berdasarkan pada penanggalan Kalender Hijriah.

Bagi masyarakat yang masih menjalankan tradisi ini, mereka akan menggelar ritual-ritual khusus untuk menyambut datangnya Rebo Wekasan.

Lantas, bagaimana sejarah Rebo Wekasan bisa ada dan kini menjadi tradisi turun temurun yang masih dilakukan oleh sebagian masyarakat?

Sejarah Rebo Wekasan

Dikutip dari laman Warisan Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ada beberapa versi tentang sejarah Rebo Wekasan ini.

Versi pertama, Rebo Wekasan sudah ada sejak tahun 1784 dan sampai sekarang upacara ini masih tetap dilestarikan. 

Pada zaman itu, hidup seorang tokoh Kyai bernama Mbah Faqih Usman atau dikenal dengan nama Kyai Wonokromo Pertama atau Kyai Welit. 

Kyai tersebut diceritakan memiliki kelebihan ilmu yang sangat baik di bidang agama maupun bidang ketabiban atau penyembuhan penyakit. 

Pada masa itu, masyarakat Wonokromo meyakini bahwa Mbah Kyai mampu mengobati penyakit dan metode pengobatan yang digunakan oleh Mbah Kyai adalah dengan cara disuwuk, yakni dibacakan ayat-ayat Al-Qur'an pada segelas air yang kemudian diminumkan kepada pasiennya sehingga pasien tersebut dapat sembuh. 

Hal itu kemudian terdengar oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I. Untuk membuktikan berita tersebut kemudian mengutus empat orang prajuritnya supaya membawa Mbah Kyai Faqih menghadap ke keraton dan memperagakan ilmunya itu. Ternyata, ilmu itu mendapat sanjungan dari Sri Sultan HB I karena memang terbukti manjur.

Sepeninggal Mbah Kyai, masyarakat juga meyakini bahwa mandi di pertempuran Kali Opak dan Kali Gajahwong dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan mendatangkan berkah, sehingga setiap Rebo Wekasan masyarakat berbondong-bondong untuk mencari berkah. 

Versi kedua, Upacara Rebo Wekasan ini tidak terlepas dari Keraton Mataram dengan Sultan Agung yang dulu pernah memiliki keraton di wilayah Bantul, Yogyakarta. Upacara adat ini sudah diselenggarakan sejak tahun 1600. 

Pada masa pemerintahan Mataram, muncul wabah penyakit atau pagebluk. Kemudian, penguasa Mataram mengadakan ritual untuk menolak bala wabah penyakit ini.

Adapun ritual itu dilaksanakan oleh Kyai Welit dengan membuat tolak bala yang berbentuk rajah bertuliskan Arab. 

Rajah ini kemudian dimasukkan ke dalam bak yang sudah diisi air lalu dipakai untuk mandi dengan harapan agar masyarakat dapat sembuh dan terhindar dari marabahaya.

Makna Rebo Wekasan

Selain itu, Rebo Wekasan memiliki makna mendalam bagi masyarakat yang masih menjalankan tradisi ini.

Tradisi ini bertujuan sebagai sarana tolak bala atau mencegah dari marabahaya yang dipercaya banyak turun di bulan Safar.

Tidak hanya itu, makna lain dari Rebo Wekasan adalah sebagai bentuk penghormatan kepada Kyai Welit yang merupakan sosok ulama yang menjadi cikal bakal tradisi ini berkembang di masyarakat.

Kapan Rebo Wekasan pada Tahun 2024?

Lantas, pada tanggal berapa tradisi Rebo Wekasan dilaksanakan di tahun 2024?

Mengacu pada Kalender Hijriah 2024 yang diterbitkan oleh Kementerian Agama RI, bulan Safar dimulai pada 6 Agustus 2024.

Sedangkan hari Rabu terakhir di bulan Safar jatuh pada hari Rabu, 4 September 2024 atau tanggal 30 Safar 1446 Hijriah. (inm)

Berita Terkait
Terkini Lainnya

Lihat Semua