Nasional

Kenapa Begitu Sulit Memberantas Kemiskinan?

Kenapa Begitu Sulit Memberantas Kemiskinan? (Sumber Foto GoodStats)

PASUNDAN EKSPRES- Kali ini, kita akan membahas satu topik yang sangat erat dengan realitas ekonomi Indonesia, yaitu kemiskinan. Apa yang terlintas dalam pikiran kita saat mendengar kata "kemiskinan" di Indonesia?

Apakah kita berpikir bahwa masih banyak orang yang hidup dalam kondisi sulit, atau malah percaya bahwa kemiskinan semakin berkurang?

Menilik Data Kemiskinan

Jika kita merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase penduduk miskin di Indonesia mengalami penurunan sejak era reformasi.

Dari tingkat yang mencapai 23,4 persen pada tahun 1999, pada tahun 2018, angka tersebut bahkan mencapai satu digit pertama kali dalam sejarah. Namun, seberapa relevan definisi kemiskinan menurut BPS?

Menurut BPS, orang dianggap miskin jika pengeluaran maksimalnya hanya sekitar 15.750 rupiah per hari. Namun, banyak kritik muncul terkait definisi ini, karena tidak mencerminkan kondisi kehidupan yang sebenarnya.

Jika kita menggunakan standar internasional dengan batas dua dolar per hari, persentase orang miskin Indonesia dapat mencapai 40 persen.

Tantangan dan Faktor Penyebab Kemiskinan

Meskipun angka kemiskinan menurun, penurunan tersebut semakin lambat. Beberapa faktor kompleks terkait kemiskinan perlu kita pahami.

Salah satunya adalah pola pikir keliru yang tanpa sadar tertanam dalam masyarakat, seperti sikap pasrah dan terima nasib. Risiko terjebak dalam lingkaran kemiskinan struktural membuat sulit bagi banyak orang untuk berubah.

Faktor kedua adalah sulitnya akses pendidikan berkualitas, terutama bagi mereka yang berasal dari latar belakang ekonomi rendah. Keterbatasan akses pendidikan dan kondisi belajar yang tidak kondusif di rumah membuat anak-anak miskin kesulitan mengubah nasib mereka melalui pendidikan.

Faktor ketiga adalah keterbatasan akses sumber daya, baik dalam hal pembiayaan maupun fasilitas publik. Orang miskin seringkali terisolasi dari layanan perbankan dengan bunga pinjaman yang tinggi, membuat mereka rentan menjadi korban rentenir atau tengkulak.

Kemiskinan Struktural

Kemiskinan struktural terjadi ketika faktor sosial dan lingkungan menghambat masyarakat miskin keluar dari kondisi sulit.

Sebuah penelitian dari Semeru Institute menyatakan bahwa 40 persen anak yang lahir dari keluarga miskin tetap miskin saat dewasa. Ini mencerminkan adanya kesulitan yang besar bagi mereka untuk keluar dari jurang kemiskinan.

Meskipun tantangan ini kompleks, bukan berarti tidak ada solusi. Peran aktif pemerintah dalam menyusun kebijakan yang meringankan beban ekonomi masyarakat miskin, memberikan akses pendidikan berkualitas, dan meningkatkan akses sumber daya, menjadi kunci untuk memutus rantai kemiskinan.

Dalam kondisi ini, perencanaan yang terstruktur dan bertahap, serta pemberdayaan masyarakat, dapat membantu menciptakan kesempatan yang lebih baik bagi mereka yang masih hidup dalam kemiskinan struktural.

Dengan cara ini, kita bisa berharap bahwa kemiskinan di Indonesia tidak hanya menjadi data statistik, tetapi juga menjadi tantangan bersama yang dapat diatasi bersama-sama.

Jadi, itulah sedikit gambaran tentang misteri kemiskinan di Indonesia. Mari kita terus berdiskusi dan mencari solusi agar Indonesia dapat melangkah menuju masa depan yang lebih sejahtera. Sampai jumpa di artikel selanjutnya terimakasih.

Berita Terkait
Terkini Lainnya

Lihat Semua