PASUNDAN EKSPRES- Megawati Soekarno Putri, bukan hanya tokoh politik terkenal, namun juga seorang wanita yang merasakan lika-liku cinta.
Lahir dari pasangan proklamator Ir. Soekarno dan Fatmawati, Megawati tumbuh dalam lingkungan yang sarat dengan politik dan nasionalisme.
Kisah perjalanan cintanya dimulai sejak usia dini, ketika Megawati harus menyembunyikan diri di perkebunan kopi di Madiun, Jawa Timur, menghadapi ancaman Agresi Militer Belanda.
Pengalaman traumatis ini membentuk karakter tegar dan berani yang kemudian menjadi ciri khas kepemimpinannya.
Setelah perang berakhir, Megawati menetap di Jakarta, tinggal di Istana Merdeka. Dalam istana, ia disapa dengan panggilan Adis atau Ega, dan dikenal sebagai anak yang aktif.
Perjalanan pendidikannya dimulai di Universitas Pajajaran, namun terhenti ketika ia memutuskan mendampingi ayahnya setelah kejatuhan dari kekuasaan.
Megawati mengikat janji suci pernikahan dengan Surindro Subjarso, seorang Letnan 1 di Angkatan Udara Indonesia.
Namun, kebahagiaan rumah tangga mereka terhenti ketika Surindro meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat di perairan Biak pada 1971.
Pergulatan emosional Megawati tak berhenti di situ. Ia menemukan cinta baru dalam sosok Hasan Gamal Ahmad Hasan, seorang pengusaha dan diplomat Mesir.
Namun, pernikahan mereka hanya bertahan tiga bulan karena tidak adanya restu keluarga Soekarno.
Meski demikian, Megawati terus melangkah. Pada tahun 1973, ia menikah dengan Taufik Kemas, seorang politikus keturunan Sumatera.
Pernikahan ini melahirkan harmoni dan putri mereka, Puan Maharani, yang juga menjadi tokoh politik terkemuka di Indonesia.
Pada awal 1980-an, Megawati mulai merambah dunia politik. Terpilih sebagai Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada 1993, namanya mulai dikenal secara nasional.
Ia memimpin Indonesia sebagai presiden kelima pada 2001, di tengah kompleksitas dan tantangan politik.
Pernikahan Megawati dengan Taufik tidak hanya menciptakan ikatan cinta yang kokoh, tetapi juga memainkan peran besar dalam politik Indonesia modern.
Rumah tangga mereka menjadi sasaran tekanan politik, menghadapi badai politik orde baru. Keteguhan Megawati tidak hanya terlihat dalam karir politiknya, tetapi juga dalam perjalanan cintanya.
Pernikahan dengan Taufik Kemas, yang dipenuhi gejolak politik, tidak pernah tergoyahkan. Meskipun Taufik meninggal pada 2013, Megawati tetap setia pada kenangan dan dedikasinya dalam dunia politik.
Kisah cinta Megawati Soekarno Putri menggambarkan bahwa cinta dapat muncul di tengah lika-liku kehidupan dan mengubah arah hidup seseorang.
Meskipun jalan cinta tidak selalu berakhir dengan kebahagiaan abadi, Megawati menjadi simbol kekuatan wanita di panggung politik Indonesia, memberikan inspirasi bagi banyak perempuan.