PASUNDAN EKSPRES - Ponpes Al Hanifiyah mengungkapkan kronologis penganiayaan santri yang berinisial BBM (24) asal Banyuwangi.
Kementerian Agama Ungkap Status Izin PPTQ Al Hanifiyyah
Kepala Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur, Mohammad As'adul Anam, mengungkapkan bahwa PPTQ Al Hanifiyyah tidak memiliki izin operasional pesantren.
Meskipun telah beroperasi sejak 2014, pesantren ini tidak memiliki izin resmi dari Kementerian Agama.
Pesantren tersebut dihuni oleh 74 santri putri dan putra, dengan jumlah 19 orang santri putra.
BACA JUGA:5 Fakta Kasus Kematian Santri Ponpes Al Hanifiyah Kediri: Korban Sempat Minta Dijemput Ibunya
BACA JUGA:Seorang Santri Pondok Pesantren di Kediri Tewas Dianiaya, Polisi Tetapkan 4 Tersangka
Mohammad As'adul Anam juga mengekspresikan kesedihannya atas kejadian tersebut, mengatakan bahwa kekerasan di lingkungan pesantren sangat disayangkan.
Dia juga mengonfirmasi bahwa salah satu pelaku adalah kerabat korban, yakni AF (16) asal Denpasar, Bali.
Sementara itu, keempat pelaku lainnya, yaitu MN (18) asal Sidoarjo, MA (18) asal Nganjuk, dan AK (17) asal Surabaya, telah ditahan di Polres Kediri Kota.
Kronologi Menurut Kapolres Kediri Kota
Kapolres Kediri Kota, AKBP Bramastyo Priaji, menjelaskan bahwa polisi telah menangkap empat pelaku yang diduga terlibat dalam penganiayaan santri di PPTQ Al Hanifiyyah, Mojo, Kabupaten Kediri.
BACA JUGA:Polisi Berhasil Tangkap Pria yang Memukul Perempuan Hingga Terkapar di Cimahi
Korban, BBM (14), merupakan adik kelas dari para pelaku, dan berasal dari Banyuwangi.
Peristiwa penganiayaan diduga terjadi berulang kali, mungkin karena adanya kesalahpahaman di antara para pelaku.
Kronologi Menurut Pengasuh Ponpes Al Hanifiyah
Pengasuh PPTQ Al Hanifiyah, Fatihunada, mengaku bahwa dirinya tidak mengetahui detail peristiwa tersebut.
Pada Jumat, 23 Februari 2024, pengasuh Ponpes Al Hanifiyah, Fatihunnada menyatakan penyebab santri yang berinisial BBM (14) asal Banyuwangi tersebut karena terjatuh dan terpeleset di kamar mandi.
Saat itu, tidak ada dugaan adanya tindak kekerasan.
Fatihunada juga menyatakan bahwa ia tidak sempat melihat langsung kejadian tersebut karena tengah mengurus keperluan untuk pemulangan jenazah. (pm)