PASUNDAN EKSPRES - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) buka suara terkait fenomena penutupan pabrik dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang marak terjadi di Jawa Barat. Data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) menunjukkan, pada periode Januari-Maret 2024, PHK di Jawa Barat berdampak kepada 2.650 pekerja.
Ketua Umum Apindo Shinta W Kamdani menjelaskan, mayoritas pabrik yang tutup bergerak di sektor padat karya, khususnya tekstil dan garmen. Alasan utamanya adalah biaya operasional yang tinggi, terutama biaya tenaga kerja (labor cost) dan upah minimum provinsi (UMP) yang lebih tinggi dibandingkan daerah lain.
"Banyak pengusaha yang memilih pindah ke Jawa Tengah atau Jawa Timur karena UMP di sana lebih rendah," ujar Shinta.
Selain itu, peningkatan produktivitas juga menjadi faktor penting. Industri padat karya membutuhkan upaya keras untuk meningkatkan produktivitas agar bisa bersaing.
Meski demikian, Shinta menekankan bahwa ketersediaan bahan baku juga menjadi faktor penentu.
Di tengah badai PHK ini, Shinta optimistis kondisinya tidak separah saat pandemi Covid-19. Ia juga menekankan pentingnya menjaga iklim usaha yang kondusif dan menekan biaya operasional.
Sebagai informasi tambahan, data Kemnaker menunjukkan PHK di Jawa Barat selama Januari-Maret 2024 terbanyak terjadi di sektor tekstil dan garmen, dengan rincian:
-Januari: 306 pekerja
-Februari: 654 pekerja
-Maret: 1690 pekerja
BACA JUGA:Aktor Senior Dorman Borisman Meninggal Dunia di Usia 73 Tahun
Kasus terbaru adalah PHK 233 karyawan oleh PT Sepatu Bata Tbk (BATA) menyusul penutupan pabriknya di Purwakarta per 30 April 2024.
Apindo terus berkoordinasi dengan pemerintah untuk membantu pengusaha dan mencari solusi agar meminimalisir PHK dan dampaknya terhadap pengangguran.