News

Dr Gugyh Susandy Ungkap Alasan Pasar Rakyat Sukamelang Sepi

Pasar Rakyat Sukamelang
KOMENTARI PASAR: Akademisi dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sutaatmadja (STIESA) Dr Gugyh Susandy SE MSi CBM. MUHAMMAD FAISHAL/PASUNDAN EKSPRES

SUBANG-Akademisi dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sutaatmadja (STIESA) Dr Gugyh Susandy SE MSi CBM angkat bicara soal sepinya Pasar Rakyat Sukamelang. 

Sebelum jauh mengomentari soal sepinya itu, dirinya menjelaskan bagaimana konsep pasar sebenarnya. Ia mengatakan, pasar merupakan people dan bukan place. 

"Sebetulnya pasar itu adalah (people) orang, bukan tempat (place). Orang-orang yang memiliki kebutuhan, keinginan, dan daya beli (demand), maka terciptalah pasar, tanpa harus adanya tempat fisik, maupun non fisik. Oleh sebab itu, ada namanya pasar online dan pasar offline," ucapnya kepada Pasundan Ekspres di STIESA, Selasa (23/7).

Gugyh menjelaskan, masih adanya pasar yang membutuhkan tempat merupakan konsekuensi dari saluran distribusi. 

"Kalaupun pasar itu membutuhkan tempat, itu sebetulnya adalah konsekuensi logis dari saluran distribusi atau distribution channel, dimana pengusaha itu mendistribusikan barangnya supaya lebih mudah sampai di tangan konsumen," ucapnya. 

Meskipun demikian, ia bilang ke depannya pada era pasar modern lewat dengan sistem online akan menjadi lebih banyak. 

"Era pasar modern ke depan itu people sebetulnya, bukan distribution channel. Mungkin sekarang belum 50:50, untuk saat ini pasar online masih 40 persen dan pasar offline 60 persen. Akan tetapi ke depannya trendnya akan ke online," ucapnya. 

Ia mencontohkan keadaan Pasar Tanah Abang di Jakarta yang saat ini sudah sepi. Namun, Gugyh menambahkan jika masyarakat Subang masih membutuhkan pasar offline dan belum semua orang mendapatkan akses perdagangan elektronik (marketplace), maka pasar tersebut harus diperhatikan bagaimana pengelolaannya. 

Dalam aspek pengelolaannya, Gugyh membagi pasar tersebut menjadi dua, yakni pasar yang dikelola dan dimiliki oleh pihak swasta, dan ada pasar yang dikelola dan dimiliki oleh pemerintah. Ia mengatakan pasar yang dikelola cenderung sering bermasalah, dibanding milik swasta. 

"Pasar yang swasta ini kecenderungannya minim masalah secara publik, karena itu pasar persaingan sempurna. Kalaupun ada masalah dengan konsumen soal keterbukaan harga, kualitas produk, dan lainnya. Yang memiliki kecenderungan sering ada masalah itu adalah pasar milik pemerintah," ucapnya. 

Ia menjelaskan, pasar milik pemerintah yang biasanya menjadi persoalan adalah kenyamanan fasilitas. Hal tersebut biasanya dikarenakan manfaat dari retribusi yang dipungut tidak dirasakan secara langsung. 

"Perbedaan retribusi daerah dan pajak daerah adalah dari sisi pengembalian manfaatnya. Keduanya sama-sama pungutan dari pemerintah daerah, hanya saja pajak daerah manfaatnya tidak dikembalikan secara langsung, sedangkan retribusi daerah dikembalikan secara langsung," ucapnya. 

Dalam konteks Pasar Rakyat Sukamelang, dirinya mengatakan kondisi sepi yang dialami Pasar Rakyat Sukamelang merupakan sebuah akibat yang mungkin disebabkan oleh tidak adanya permintaan. 

"Pasar yang nampak terbengkalai dan mungkin tidak ada PAD-nya merupakan sebuah akibat atau indikasi. Penyebabnya mungkin di sana tidak terbentuk demand," ucapnya. 

Lebih lanjut lagi, ia mengatakan salah satu yang mempengaruhi permintaan ke suatu pasar adalah sistem penjualannya. 

"Aspek pembentuk demand di pasar itu berdasarkan sistem penjualannya. Karena pasar itu sistemnya menarik orang untuk membeli produk, berarti mungkin saja ada hubungannya dengan rekayasa lalu lintasnya," ucapnya. 

Dirinya bilang mungkin saja akses transportasi ke pasar tersebut tidak 24 jam. Kemudian beberapa jalur yang masuk ke Pasar Rakyat Sukamelang mungkin tidak menyambung ke 30 kecamatan di Kabupaten Subang, atau paling tidak 8 kelurahan di Kecamatan Subang. 

Adapun kemungkinan yang lainnya adalah disebabkan oleh jenis produk yang diperjualbelikan di pasar tersebut. 

"Mungkin saja produk-produk yang dihasilkan di sana adalah produk yang tidak tahan lama yang sifatnya bahan baku. Kalau seperti itu, Pasar Rakyat Sukamelang itu pasti ramainya di malam hari, karena di siang hari bahan baku tersebut pasti sudah diolah dan dinikmati," ucapnya. 

Gugyh bilang jika pada siang hari pasar tersebut tampak sepi, kemungkinan barang-barang yang dibutuhkan orang-orang di siang hari seperti sabun, pakaian, dan lainnya tidak tersedia di sana. 

"Jika kemungkinan tersebut benar, berarti bisa dikatakan bahwa segmentasi pasar tradisional itu berbeda dengan pasar modern yang menyediakan barang-barang yang digunakan untuk waktu yang lama," ucapnya. 

Ia mengatakan, jika Pasar Rakyat Sukamelang mencoba untuk mengembangkan melebar ke segmen yang lain, maka akses dan keragaman produknya harus diperbanyak.(fsh/ysp) 

 

Berita Terkait
Terkini Lainnya

Lihat Semua