SUBANG-Pasar Rakyat Sukamelang, yang dibangun dengan anggaran sebesar Rp5,5 miliar, kini terlihat terbengkalai dan mirip dengan 'sarang hantu'.
Dibangun pada tahun 2014 dengan menggunakan anggaran APBN dan APBD provinsi, pasar ini awalnya diharapkan menjadi pasar bersih yang modern dan representatif. Namun, realitasnya sekarang jauh dari harapan.
Saat tim Pasundan Ekspres mengunjungi lokasi, ditemukan banyak tempat yang kosong dan kotor. Dinding-dinding pasar dipenuhi lumut, dan hanya ada dua pedagang yang masih berjualan di dalamnya.
Bangunan yang seharusnya menjadi pusat aktivitas ekonomi kini tampak kumuh dan tidak terawat.
Mei, seorang pedagang kunyit yang masih bertahan di pasar ini, menceritakan bahwa sejak pertama kali ia datang, kondisi pasar memang sudah memprihatinkan.
"Tempatnya memang sudah seperti ini (kumuh) saat saya datang. Prinsip saya adalah 'ngereyeuh', yang artinya dikerjakan saja sedikit-sedikit nanti juga ada hasilnya," ucapnya.
Mei mengatakan, fasilitas di pasar ini memang sejak awal sudah dalam kondisi yang kurang baik. Ia juga mengungkapkan bahwa pada tanggal 27 Juni lalu, ada kunjungan dari pemerintah dengan rencana untuk menjadikan pasar ini sebagai toko pakaian.
"Saya sudah sempat pindah lapak dan sudah ada yang memilih tempat-tempat, tapi sampai sekarang belum ada kelanjutannya lagi," kata Mei.
Siti, seorang pedagang warung kopi, juga berbagi kisahnya. Menurutnya, saat pertama kali ia datang, pasar ini sudah ada keramaian. Namun, seiring berjalannya waktu, banyak pedagang yang pindah ke Pasar Pujasera, meninggalkan Pasar Rakyat Sukamelang dalam keadaan sepi.
"Bagi saya tidak masalah, saya tetap bertahan di sini. Kenapa harus pindah-pindah, nanti ujung-ujungnya modal lagi," ucap Siti.
Siti mengapresiasi fasilitas pasar yang cukup lengkap, seperti luasnya tempat, kebersihan, fasilitas WC, dan mushalla. Namun, ia menyayangkan adanya tarik menarik antar pedagang dan saling menjelekkan satu sama lain, yang akhirnya membuat pasar ini sepi.
Meskipun kondisinya memprihatinkan, Siti masih mampu meraih pendapatan yang cukup dari menjual kopi, mie rebus, dan cemilan.
"Tiap malam Minggu ada pasar mingguan, pendapatan minimal saya Rp3,5 juta. Hari biasa pendapatan mencapai Rp400 ribu," jelas Siti.
Menurutnya, berdagang di Pasar Rakyat Sukamelang tidak perlu kontrak. Pedagang hanya membayar biaya distribusi keamanan, listrik, dan kebersihan.
Siti juga menanggapi rencana renovasi pasar yang disebut oleh Mei. Ia bersyukur jika memang ada tanggapan dari pihak pemerintah untuk merenovasi pasar ini.
"Jika pedagang dari Pasar Pujasera dan Pasar Panjang dipindahkan ke sini, Alhamdulillah. Mungkin dengan banyaknya orang, pendapatan bisa meningkat karena di sini banyak tetangga dan saudara (pedagang)," tambahnya.
Pasar Rakyat Sukamelang dibangun dengan harapan besar untuk menjadi pusat ekonomi baru di Subang. Namun, realitas yang dihadapi sekarang sangat jauh dari ekspektasi. Ketidakmampuan untuk menarik pedagang dan pengunjung, ditambah dengan kurangnya perawatan dan fasilitas yang memadai, membuat pasar ini menjadi tempat yang sepi dan terbengkalai.(hdi/ysp)