PASUNDAN EKSPRES- Dalam rapat Komisi II DPR RI bersama Komisi Pemilihan Umum (KPU), berbagai isu penting mencuat terkait penggunaan anggaran KPU.
Salah satu topik hangat yang dibahas adalah penggunaan private jet oleh KPU untuk keperluan monitoring logistik Pemilu, termasuk perjalanan ke Bali.
Anggota DPR mempertanyakan urgensi penggunaan private jet yang dianggap tidak efisien dan boros anggaran negara.
Anggota DPR mengkritik keras keputusan KPU yang menggunakan private jet untuk mengawasi logistik Pemilu, mengingat masih ada waktu satu bulan sebelum hari Pemilu dan pengiriman logistik melalui jalur darat masih memungkinkan.
"Apa urgensinya memakai private jet untuk memonitor logistik ke Bali? Semua bisa pakai darat, tidak ada yang harus pakai private jet," ungkap salah satu anggota DPR dalam rapat tersebut.
Selain itu, DPR juga mempertanyakan jumlah petugas yang dikirim ke Kuala Lumpur untuk menjadi panitia Pemungutan Suara Ulang (PSU) dan metode perjalanan mereka.
"Berapa jumlah petugas dari Indonesia yang dibawa ke Kuala Lumpur? Kenapa harus sebanyak itu yang dibawa? Apakah menggunakan pesawat charter?" tanya anggota DPR dengan nada skeptis.
Di tengah diskusi, muncul pula tudingan mengenai gaya hidup mewah beberapa anggota KPU, termasuk dugaan dugem (hiburan malam) dan tindakan asusila.
Tudingan ini menambah panas suasana rapat. Ketua KPU, Hasyim Asyari, merespon bahwa tudingan ini perlu dibuktikan dan menyarankan agar hal-hal pribadi dibahas secara tertutup untuk menjaga etika dan menghindari fitnah.
Hasyim menjelaskan bahwa penggunaan private jet dilakukan untuk memastikan logistik Pemilu tepat waktu, mengingat waktu yang sangat terbatas.
"Kita hanya punya waktu 75 hari untuk pengadaan logistik di Pemilu 2024. Jika logistik gagal, siapa yang akan diminta tanggung jawab?" ujar Hasyim, menekankan pentingnya ketepatan waktu dalam proses ini.
Rapat yang berlangsung hingga malam hari akhirnya diusulkan untuk dilanjutkan dengan pembentukan Panitia Kerja (Panja) guna mendalami isu-isu tersebut.
"Kita bentuk saja Panja dan kita akan bedah lagi lebih dalam nantinya," usul salah satu anggota DPR.
Dalam penutup rapat, anggota DPR mengingatkan pentingnya menjaga etika dan transparansi dalam setiap tindakan, mengingat anggaran yang besar dan tanggung jawab KPU kepada masyarakat.
"Etika dan marwah harus dijaga. Jangan sampai rapat ini menjadi bahan bully di luar," tegas seorang anggota DPR.
Isu penggunaan private jet oleh KPU dan tudingan pelanggaran etika telah memicu perdebatan sengit di DPR.
Pembentukan Panja diharapkan dapat mengungkap kebenaran dan memastikan bahwa anggaran negara digunakan secara efisien dan sesuai dengan tujuan Pemilu yang jujur dan adil.