SUBANG-Seorang oknum guru sekolah dasar (SD) berinisial S (57 tahun) di wilayah Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Subang, ditangkap oleh Polres Subang atas dugaan mencabuli lima siswinya.
Guru yang mengajar kelas lima tersebut diduga melakukan tindakan tidak senonoh saat jam pelajaran matematika.
Kapolres Subang, AKBP Ariek Indra Sentanu mengungkapkan, pelaku melakukan pencabulan saat berkeliling di kelas menanyakan pemahaman siswi terhadap materi pelajaran.
"Ketika pelajaran matematika, S akan mengajar sambil berjalan keliling kelas. Saat itulah, S melangsungkan aksinya," Ungkapnya kepada awak media, Kamis (6/6).
Ariek menjelaskan, konologis kejadian ini terungkap pada Selasa, 19 September 2023, sekitar pukul 08.00 WIB di salah satu SD di Kecamatan Cipeundeuy.
Tersangka S, yang juga merupakan wali kelas, diduga melakukan tindakan cabul terhadap korban berinisial SO dengan menempelkan kemaluannya ke lengan korban saat mengajar di kelas.
Setiap melakukan aksinya, S memilih jam pelajaran matematika untuk berkeliling kelas sambil menanyakan pemahaman siswa dan siswi terhadap pelajaran.
“Selain korban SO, terdapat empat korban lainnya yang juga menjadi sasaran tindakan cabul S, yaitu ND, DA, RA, dan NR,” jelasnya.
Dia menyebut, beberapa siswa di kelas tersebut sering melihat S mengajar dengan resleting celana terbuka yang ditutupi oleh buku yang digunakannya.
Tersangka S diamankan oleh Polres Subang pada hari Minggu, 02 Juni 2024, sekitar pukul 12.30 WIB, setelah diserahkan oleh warga pada hari Sabtu, 01 Juni 2024.
“Tindakan cabul dilakukan dengan cara menempelkan kemaluan tersangka ke lengan korban saat menjelaskan pelajaran,” kata Ariek.
Ariek menambahkan, beberapa siswi sering melihat S mengajar dengan resleting celana terbuka yang ditutupi oleh buku.
Dari pengakuan S, terungkap bahwa dirinya nekat melakukan aksi pencabulan karena merasa tidak puas dengan kehidupan seksualnya di rumah.
Atas perbuatannya, pelaku dijerat dengan Pasal 82 Jo Pasal 76E Undang- Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang- Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. S terancam hukuman minimal lima tahun dan maksimal 15 tahun penjara.
“Saat ini, Polres Subang masih melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk mengumpulkan bukti dan keterangan dari para korban serta saksi lainnya,” tutupnya.
Kasus ini menambah deretan panjang kasus kekerasan seksual di lingkungan pendidikan yang seharusnya menjadi tempat aman bagi para siswa untuk belajar.
Pihak kepolisian mengimbau kepada masyarakat, terutama orang tua, untuk lebih waspada dan segera melaporkan jika menemukan atau mengetahui tindakan serupa di lingkungan sekolah.
Merespon kejadian tersebut, Dinas Pengendalian Penduduk, KB, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Subang akan segera melakukan pendampingan terhadap korban pencabulan guru SD.
Kepala DP2KBP3A Kabupaten Subang Nunung Suryani berterima kasih kepada media yang telah mengangkat kasus tersebut.
"Terima kasih buat media yang sudah mengangkat kasus tersebut," ucapnya.
Ia mengutuk keras perbuatan tidak terpuji yang dilakukan oleh oknum guru tersebut. Menurutnya seorang guru seharusnya jauh dari perilaku menyimpang seperti itu.
"Tentunya ini merupakan perbuatan yang sangat keterlaluan yang dilakukan oleh orang yang seharusnya melindungi anak-anak, malah menjadi penjahat yang sangat merugikan masa depan anak," ucapnya.
Nunung mengatakan, DP2KBP3A akan segera melakukan pendampingan kepada korban agar dapat mengurangi rasa trauma yang dirasakan.
"Kami pasti akan mendampingi korban untuk bisa mengurangi trauma yang mereka alami," ucapnya.
Ia berharap pelaku pelecehan terhadap anak tersebut agar dapat dihukum seberat-beratnya.
"Saya berharap untuk para pelaku kekerasan dan pelecehan terhadap anak agar dihukum seberat-beratnya biar memberikan efek jera kepada pelaku," ucapnya.(cdp/fsh/ysp)
Kasus Pencabulan Siswa di Subang
Tersangka
- Oknum guru SD (57) di Cipeundeuy
- Sebagai wali kelas
Modus
- Tersangka mengajar sambil berkeliling di kelas
- Tersangka menempelkan alat kemaluan kepada korban
- Tersangka melakukan aksinya berulang kali
Korban
- Sebanyak lima siswa SD