Opini

Biodiversitas: Pilar Pembangunan Keberlanjutan di Indonesia

opini

Oleh: Aziz Akbar Mukasyaf, S.Hut., M.Sc., Ph.D.
(Afiliasi: Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta)

Pernahkah kamu membayangkan sebuah tempat di mana kamu bisa menemukan ribuan jenis bunga yang berbeda warna dan bentuk? atau mungkin sebuah hutan yang dihuni oleh berbagai macam hewan unik yang tidak bisa kamu temukan di tempat lain? Indonesia adalah tempat seperti itu. Kita seharusnya patut bersyukur bahwa negara kita ini sering disebut sebagai surga bagi para pecinta alam karena memiliki kekayaan alam yang luar biasa, terutama dalam hal keanekaragaman hayati atau biodiversitas. Ada beberapa alasan mengapa Indonesia memiliki biodiversitas yang sangat tinggi.

Pertama, letak geografis Indonesia yang berada di antara dua benua besar, Asia dan Australia, serta dua samudra, Hindia dan Pasifik, membuat kondisi alam di Indonesia sangat beragam. Contoh yaitu ada hutan hujan tropis yang lebat, gunung-gunung tinggi, pantai yang indah, dan terumbu karang yang kaya akan kehidupan.

Kedua, sejarah geologis Indonesia yang panjang dan kompleks juga berperan penting. Negara Indonesia ini merupakan negara kepulauan, yang terdiri dari banyak pulau. Proses pembentukan pulau-pulau di Indonesia yang terjadi selama jutaan tahun telah menciptakan berbagai jenis habitat yang unik.

 Ketiga, negara Indonesia terletak di garis khatulistiwa membuat Indonesia memiliki iklim tropis. Iklim tersebut terdiri dari musim kemarau dan musim penghujan, dimana di Indonesia sangat mendukung pertumbuhan berbagai jenis tumbuhan dan hewan.

Mungkin banyak diantara kita yang tidak tahu bahwa biodiversitas itu sendiri memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Selain sebagai sumber makanan dan obat-obatan, biodiversitas juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Biodiversitas, atau keanekaragaman hayati, adalah istilah yang mencakup seluruh variasi kehidupan di Bumi, baik tumbuhan, hewan, mikroorganisme, maupun ekosistem tempat mereka hidup.

Biodiversitas tidak hanya meliputi jumlah spesies yang ada, tetapi juga variasi genetik dalam spesies tersebut dan perbedaan antar ekosistem. Menurut Konvensi Keanekaragaman Hayati (CBD), biodiversitas memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan ekologi dan keberlanjutan fungsi ekosistem. Selain itu, biodiversitas juga memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan budaya yang signifikan bagi manusia, mulai dari penyediaan sumber pangan, obat-obatan, hingga jasa lingkungan seperti penyerapan karbon dan penyediaan air bersih (CBD, 1992). Konsep biodiversitas berkaitan erat dengan ketahanan ekosistem terhadap perubahan lingkungan. Dengan menjaga keanekaragaman hayati, ekosistem dapat berfungsi lebih stabil dan tahan terhadap gangguan, seperti perubahan iklim atau invasi spesies asing. Oleh karena itu, tujuan utama dari pelestarian biodiversitas adalah untuk mempertahankan keseimbangan ekologis yang dapat mendukung kehidupan manusia dan menjaga sumber daya alam untuk masa depan.

Pasti banyak diantara kalian yang tidak tahu bahwa biodiversitas sebenarnya terbagi menjadi tiga skala utama kan? yaitu ekosistem, spesies, dan genetik, dimana masing-masing memiliki peran penting dalam menjaga keanekaragaman hayati secara keseluruhan. 

1)  Keanekaragaman Ekosistem: Ini mencakup variasi ekosistem di suatu wilayah geografis tertentu, seperti hutan hujan tropis, lahan basah, padang rumput, dan terumbu karang. Setiap ekosistem memiliki fungsi unik yang mendukung kehidupan berbagai spesies di dalamnya. Misalnya, ekosistem hutan hujan tropis di Indonesia tidak hanya berperan sebagai penyerap karbon global, tetapi juga sebagai habitat bagi ribuan spesies tumbuhan dan hewan endemik. Menjaga keanekaragaman ekosistem penting untuk mempertahankan berbagai fungsi ekologis yang diperlukan oleh manusia, seperti penyediaan oksigen, air bersih, serta penyerapan dan penyimpanan karbon (Gaston, 2000).

2)  Keanekaragaman Spesies: Ini mengacu pada jumlah dan variasi spesies dalam suatu ekosistem. Setiap spesies memiliki peran spesifik dalam ekosistem, mulai dari produsen hingga predator puncak. Di Indonesia, spesies-spesies endemik seperti Harimau Sumatra dan Orangutan Kalimantan sangat penting dalam rantai makanan dan ekologi hutan hujan. Kehilangan satu spesies dapat mengganggu keseimbangan ekosistem secara keseluruhan, yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi spesies lain dan manusia yang bergantung pada ekosistem tersebut untuk keberlangsungan hidup (Purvis & Hector, 2000).

3) Keanekaragaman Genetik: Variasi genetik dalam populasi spesies memberikan kemampuan bagi organisme untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Misalnya, keanekaragaman genetik pada varietas padi memungkinkan beberapa varietas untuk bertahan dalam kondisi yang berbeda, seperti kekeringan atau serangan hama. Menurunnya keanekaragaman genetik dalam suatu populasi dapat meningkatkan risiko kepunahan karena organisme ukuran populasi efektif tidak stabil. Pada akhirnya, hal tersebut berakibat pada kemampuan adaptasi terhadap perubahan lingkungan maupun penyakit menjadi menurun. (Frankham, 1996).

Sebagai salah satu negara dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, Indonesia memiliki tanggung jawab besar dalam melindungi biodiversitasnya. Tentu saja hal tersebut tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan kita. Maka dari itu perlu adanya langkah-langkah strategis yang harus diambil oleh pemerintah Indonesia untuk mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDG), khususnya tujuan 14 (Life Below Water) – fokus pada konservasi dan penggunaan berkelanjutan ekosistem laut, samudera, dan sumber daya kelautan dan 15 (Life on Land) – mencakup perlindungan, pemulihan, dan peningkatan penggunaan berkelanjutan ekosistem daratan, termasuk hutan, lahan basah, pegunungan, dan padang rumput. Untuk mendukung pencapaian SDG, penerapan yang seimbang dalam menjaga biodiversitas harus dilakukan secara holistik, mencakup perlindungan ekosistem, spesies, dan keanekaragaman genetik.

Akan tetapi, dalam konteks pelaksanaan kebijakan lingkungan, keanekaragaman ekosistem  lah yang sering kali menjadi fokus utama karena memang ekosistem berperan sebagai kerangka penopang seluruh kehidupan. Ekosistem menyediakan berbagai jasa lingkungan yang esensial, seperti penyediaan oksigen, air bersih, pengaturan iklim, dan penyimpanan karbon.

Perlindungan ekosistem yang dilakukan melalui kawasan konservasi seperti taman nasional, cagar alam, dan kawasan lindung sangat penting untuk menjaga stabilitas lingkungan secara keseluruhan. Namun yang perlu diperhatikan disini adalah hanya berfokus pada perlindungan ekosistem saja tidak cukup untuk jika kita ingin mencapai pembangunan yang keberlanjutan. Upaya perlindungan harus dilengkapi dengan perhatian juga terhadap keanekaragaman spesies yang hidup di dalamnya dan variasi genetik yang terdapat di dalam populasi spesies tersebut.

Keanekaragaman spesies memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Setiap spesies memiliki peran unik dalam rantai makanan dan ekologi, seperti menjadi produsen energi (tumbuhan), konsumen (herbivora dan karnivora), serta dekomposer (mikroorganisme). Kehilangan satu spesies dapat mempengaruhi seluruh ekosistem dan merusak keseimbangan ekologis. Oleh karena itu, perlindungan terhadap spesies, terutama yang terancam punah, sangat penting agar ekosistem yang dilindungi tetap berfungsi secara optimal. 

Selain itu, keanekaragaman genetik dalam suatu populasi spesies memungkinkan adaptasi terhadap perubahan lingkungan seperti perubahan iklim, penyakit, atau tekanan dari spesies lain. Populasi yang memiliki variasi genetik tinggi lebih mampu bertahan dari ancaman eksternal, sementara populasi dengan keragaman genetik rendah lebih rentan terhadap kepunahan. 

Hingga saat ini, informasi mengenai kepunahan suatu organisme itu dinilai dari berkurangnya jumlah individu dalam suatu populasi spesies. Padahal ada aspek lain yaitu ukuran efektif populasi spesies yang diukur dari keragaman genetik yang ada didalamnya dimana dapat mengakibatkan kepunahan spesies itu sendiri. Aspek tentang keragaman genetik inilah yang saat ini masih tidak di ada dalam pertimbangan negara Indonesia dalam melakukan konservasi organisme.

Oleh karena itu, untuk mencapai perlindungan lingkungan yang berkelanjutan, keseimbangan antara ketiga skala biodiversitas—ekosistem, spesies, dan genetik—harus terus dijaga. Jika kebijakan hanya berfokus pada melindungi ekosistem tanpa memperhatikan spesies yang hidup di dalamnya atau variasi genetiknya, maka upaya tersebut tidak akan lengkap dan tidak akan menjamin keberlanjutan jangka panjang. Sebagai contoh, dalam upaya restorasi hutan mangrove di Indonesia, perhatian diberikan tidak hanya kepada ekosistem mangrove, tetapi juga terhadap spesies-spesies yang tinggal di sana serta variasi genetik dari spesies mangrove yang lebih tahan terhadap perubahan lingkungan.

Ini menunjukkan bahwa keberhasilan pelestarian bergantung pada sinergi antara melindungi ekosistem secara luas dan menjaga keanekaragaman spesies serta variasi genetiknya. Pendekatan ini mampu mengintegrasikan skala ekosistem, spesies, dan genetik dalam satu strategi yang mendukung kelestarian jangka panjang serta pencapaian SDG.

Sebagai warga negara Indonesia, kita semua memiliki peran penting dalam menjaga biodiversitas di sekitar kita, tidak hanya dari sisi pemerintah saja. Masyarakat memainkan peran aktif dalam skala lokal, sedangkan pemerintah memiliki tanggung jawab besar dalam merancang dan menegakkan kebijakan yang dapat melindungi biodiversitas di seluruh negeri. Akan tetapi, ada saja sejumlah perilaku yang masih bertentangan dengan tujuan pelestarian ini baik itu dari sisi masyrakat ataupun sisi pemerintah. Hal ini menimbulkan dampak negatif yang signifikan terhadap lingkungan dan menghambat pencapaian Sustainable Development Goals (SDG). 

Banyak contohnya, seperti: Perburuan liar dan perdagangan satwa ilegal; Penebangan Hutan dan pembukaan lahan untuk pertanian maupun ekspansi perkebunan; Kurangnya kesadaran lingkungan karena masih banyak orang tidak peduli terhadap isu-isu lingkungan;

Pemberian izin konsesi lahan yang berlebihan, tumpang tindih, rawan konflik, dan tidak diawasi secara ketat; Lemahnya penegakan hukum lingkungan yang ada kaitannya dengan melindungi biodiversitas, seperti UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; Proyek infrastruktur yang merusak ekosistem; dan Dilema antara mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga kelestarian lingkungan.

Untuk mengatasi kontradiksi ini, perlu adanya perubahan sikap dan kebijakan dari masyarakat serta pemerintah. Masyarakat perlu lebih sadar diri akan pentingnya menjaga keanekaragaman hayati dan beralih ke praktik yang lebih ramah lingkungan, seperti mendukung produk-produk berkelanjutan dan ikut serta dalam program rehabilitasi lingkungan. Pemerintah, di sisi lain, harus lebih konsisten dalam menegakkan hukum lingkungan dan mengintegrasikan perlindungan biodiversitas ke dalam semua kebijakan pembangunan.

Kita semua warga negara Indonesia memiliki kekuatan besar untuk membantu menjaga alam Indonesia. Setiap langkah kecil yang kita ambil dapat memberikan dampak besar, terutama jika dilakukan bersama-sama. Mari kita bersama-sama menjaga kelestarian hutan, lautan, dan satwa liar Indonesia untuk masa depan yang lebih baik. Lingkungan yang sehat akan membawa kehidupan yang lebih baik bagi kita semua. Dengan terlibat aktif dalam menjaga keanekaragaman hayati, baik melalui tindakan sehari-hari maupun partisipasi dalam kegiatan lingkungan, kita dapat memastikan bahwa generasi mendatang masih bisa menikmati kekayaan alam Indonesia yang kita miliki sekarang.(")

Berita Terkait
Terkini Lainnya

Lihat Semua