Biodiversitas: Pilar Pembangunan Keberlanjutan di Indonesia

Hingga saat ini, informasi mengenai kepunahan suatu organisme itu dinilai dari berkurangnya jumlah individu dalam suatu populasi spesies. Padahal ada aspek lain yaitu ukuran efektif populasi spesies yang diukur dari keragaman genetik yang ada didalamnya dimana dapat mengakibatkan kepunahan spesies itu sendiri. Aspek tentang keragaman genetik inilah yang saat ini masih tidak di ada dalam pertimbangan negara Indonesia dalam melakukan konservasi organisme.
Oleh karena itu, untuk mencapai perlindungan lingkungan yang berkelanjutan, keseimbangan antara ketiga skala biodiversitas—ekosistem, spesies, dan genetik—harus terus dijaga. Jika kebijakan hanya berfokus pada melindungi ekosistem tanpa memperhatikan spesies yang hidup di dalamnya atau variasi genetiknya, maka upaya tersebut tidak akan lengkap dan tidak akan menjamin keberlanjutan jangka panjang. Sebagai contoh, dalam upaya restorasi hutan mangrove di Indonesia, perhatian diberikan tidak hanya kepada ekosistem mangrove, tetapi juga terhadap spesies-spesies yang tinggal di sana serta variasi genetik dari spesies mangrove yang lebih tahan terhadap perubahan lingkungan.
Ini menunjukkan bahwa keberhasilan pelestarian bergantung pada sinergi antara melindungi ekosistem secara luas dan menjaga keanekaragaman spesies serta variasi genetiknya. Pendekatan ini mampu mengintegrasikan skala ekosistem, spesies, dan genetik dalam satu strategi yang mendukung kelestarian jangka panjang serta pencapaian SDG.
Sebagai warga negara Indonesia, kita semua memiliki peran penting dalam menjaga biodiversitas di sekitar kita, tidak hanya dari sisi pemerintah saja. Masyarakat memainkan peran aktif dalam skala lokal, sedangkan pemerintah memiliki tanggung jawab besar dalam merancang dan menegakkan kebijakan yang dapat melindungi biodiversitas di seluruh negeri. Akan tetapi, ada saja sejumlah perilaku yang masih bertentangan dengan tujuan pelestarian ini baik itu dari sisi masyrakat ataupun sisi pemerintah. Hal ini menimbulkan dampak negatif yang signifikan terhadap lingkungan dan menghambat pencapaian Sustainable Development Goals (SDG).
Banyak contohnya, seperti: Perburuan liar dan perdagangan satwa ilegal; Penebangan Hutan dan pembukaan lahan untuk pertanian maupun ekspansi perkebunan; Kurangnya kesadaran lingkungan karena masih banyak orang tidak peduli terhadap isu-isu lingkungan;
Pemberian izin konsesi lahan yang berlebihan, tumpang tindih, rawan konflik, dan tidak diawasi secara ketat; Lemahnya penegakan hukum lingkungan yang ada kaitannya dengan melindungi biodiversitas, seperti UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; Proyek infrastruktur yang merusak ekosistem; dan Dilema antara mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga kelestarian lingkungan.
Untuk mengatasi kontradiksi ini, perlu adanya perubahan sikap dan kebijakan dari masyarakat serta pemerintah. Masyarakat perlu lebih sadar diri akan pentingnya menjaga keanekaragaman hayati dan beralih ke praktik yang lebih ramah lingkungan, seperti mendukung produk-produk berkelanjutan dan ikut serta dalam program rehabilitasi lingkungan. Pemerintah, di sisi lain, harus lebih konsisten dalam menegakkan hukum lingkungan dan mengintegrasikan perlindungan biodiversitas ke dalam semua kebijakan pembangunan.
Kita semua warga negara Indonesia memiliki kekuatan besar untuk membantu menjaga alam Indonesia. Setiap langkah kecil yang kita ambil dapat memberikan dampak besar, terutama jika dilakukan bersama-sama. Mari kita bersama-sama menjaga kelestarian hutan, lautan, dan satwa liar Indonesia untuk masa depan yang lebih baik. Lingkungan yang sehat akan membawa kehidupan yang lebih baik bagi kita semua. Dengan terlibat aktif dalam menjaga keanekaragaman hayati, baik melalui tindakan sehari-hari maupun partisipasi dalam kegiatan lingkungan, kita dapat memastikan bahwa generasi mendatang masih bisa menikmati kekayaan alam Indonesia yang kita miliki sekarang.(")