Lembaran foto tua itu lekat di mata. Foto lusuh orang tua mewakil sungkem mudik tahun ini. Mudik! Perjalanan pulang rutin tahunan yang memaknai perjalanan panjang lelakon hidup. Bahwa ada tempat pulang untuk kembali ke muasal, yaitu pangkuan ibu.
Pangkuan yang memberi keteduhan, ketenangan dan dipenuhi limpahan keberkahan, kasihsayang dan doa yang tak hingga. Pangkuan yang tak tergantikan oleh siapapun dan apapun. Kini pangkuan itu, telah tiada. Tergantikan tunggul nisannya.
Pulang! Setiap orang harus dan akan kembali. Sebab setiap orang punya muasal. Yang taktahu pulang tak tahu akar sejarah. Muasal adalah pangkal dan akar berkah. Mudik, sejatinyahanya untuk menemui kembali pangkal berkah. Mengisi kembali kekosongan nurani darikasih sayang dan keridhoan. Yang tergerus pekatnya laku lampah mbleling. Mengejar hasrathedon dan keserakahan.
Sanak kadang, tak sama. Namun sama dalam muara kebersamaan di tunggul nisan orang tua. Tunggul nisan yang kini menjadi perekat sanak yang semakin pudar ikatannya. Pudar atasjalan hidup masing-masing, bercabang, dan menjauh dari pangkal. Kembali menyatu ketikamudik, ketika balik pada pelukan ibu, pada sentuhan nisannya.
Bisa jadi setiap diri telah berkembang, beranak pinak dan berjubel dengan label dalamarungan kehidupannya. Peran dan label itu tak akan pernah lepas dari empunya doa dan keberkahan. Tak mungkin sematan mentereng label jabatan dan hiasan kekayaan yang bergelimpang itu hadir, tanpa doa dan keberkahan muasal berkah, -ibu-orang tua.
Pulang kembali ke nisan adalah pengingat kita bukan siapa-siapa, jika tanpa muasal. Muasalyang memberi kehidupan. Muasal yang tak pernah mengharap balas jasa. Dan kita takmemperlakukan akar hidup itu semulia mungkin, ketika mereka hidup.
Pulang adalah ziarah batin untuk menemukan kembali titik berkah dari muasal. Menimbakembali untaian doa dan restu. Menurunkan ego, bukan justru membusungkan kesombonganatas keberhasilan dan capaian. Pangkal hidup itu tak butuh capaian egois yang takmemberkahi. Yang dibutuhkannya adalah kerekatan galur hidup sanak saudara. Yang ditakutinya adalah keretakan turunannya.
Ziarah batin antar sanak pada satu galur hidup. Untuk mengobati ketakutannya, menjagaajaran serta amanahnya.
Pulang adalah memaknai kembali perjalanan hidup untuk berbakti kepada muasal. Walaumereka telah tiada. Dan muasal itu mewariskan sanak kerabat yang juga harus dimulyakan, bukan diabaikan. (Kang Marbawi 070425)