Kejujuran di Kampus atau di Sekolah itu Jadi Barang Mahal atau Murah?

Kejujuran di Kampus atau di Sekolah itu Jadi Barang Mahal atau Murah?

Oleh :

1.Drs.Priyono,MSi (Dosen dan Wakil Dekan I Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta)

2.Rosyid Muswindiarto,SSI (Guru SMAN 1 Cepu,Blora)

                  

BACA JUGA: Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2025 di Tingkat Kabupaten Subang

Beberapa tahun yang lalu, ketika kami dari Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta mengadakan road show dengan memberikan pelatihan aplikasi sistem informasi geografis(SIG) dari SMA ke SMA yang lain dan kebetulan saat itu  di  SMU Muhammadiyah Temanggung, Jawa Tengah,dimana beberapa mahasiswa Geografi UMS berasal dari sekolah yang kami datangi. Tujuan dari road show ke SMA baik negeri maupun swasta untuk memberi bekal siswa tentang aplikasi SIG dalam pembelajaran sekaligus mempromosikan Fakultas Geogrfai UMS. Mata saya terfocus pada  sebuah ruangan di sekolah itu banyak berkerumun para siswa pada menikmati makanan, layaknya di sebuah restoran dan tanpa ada yang menjaganya. Setelah saya dekati dan cermati dari dekat ternyata memang sebuah kantin swalayan tanpa ada yang menunggu dan tertulis” Kantin Kejujuran ”. Kantin kejujuran ini juga pernah diterapkan di SMUN 1 Cepu, Blora tapi setelah dievaluasi ternyata merugi maka program yang bagus itu tidak dilanjutkan karena siswa belum bisa jujur.Sebuah penanaman perilaku jujur yang luar biasa dimulai dari apa yang dimakan oleh siswa dari sebuah SMU swasta dan negeri berbasis religi di sebuah pegunungan dan kota kaya minyak dan bagaimana dia memperoleh makanan , Jika semua diperoleh dengan halal maka makanan yang masuk dalam perut akan menjadi barokah. 

Berbeda dengan pemandangan di atas, kita pernah jumpai di sebuah Kampus besar, mahasiswa sering kehilangan hp atau barang berharga lainnya, membuang sampah dan puntung rokok sembarangan ternyata setelah dimonitor lewat CCTV, justru yang mengambil dan melakukan buang sampah adalah oknum mahasiswa sendiri. Ketika dipanggil dan diinterogasi, dia tidak mengaku tetapi setelah CCTV bicara, dia gak bisa apa apa.  Ini kasus yang menyedihkan dan memalukan di Kampus Swasta besar dan ternama , masih terjadi oknum mahasiswa melakukan tindakan tidak terpuji. Semoga mereka segera sadar dan kembali ke jalan yang benar. Janganlah kejujuran menjadi barang yang mahal di Kampus tetapi kejujuran menjadi sebuah nilai yang melekat pada penghuni Kampus. Kasus semacam itu sering terjadi di Kampus ternama dan setelah managemen Universitas menggunakan teknologi CCTV untuk memonitor , akhirnya ada penurunan yang significant. Bentuk pelanggaran tidak hanya itu saja tapi sampai pada perilaku menyimpang hubungan lain jenis hingga perilaku nyontek dan bekerja sama dalam pelaksanaan ujian.

Kejujuran mengacu pada karakter seseorang, salah satunya siswa sampai mahasiswa. Kejujuran sebaiknya menjadi prinsip yang harus dipegang teguh dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari hari baik di lingkungan rumah, masyarakat maupun di lingkungan Kampus. Kejujuran juga harus diterapkan di berbagai bidang kehidupan, baik di kantin, saat diskusi maupun di ruang ujian. Pendek kata kejujuran untuk saat dan situasi apapun,  dimanapun dan kapanpun atau kejujuran  yang menyeluruh atau kaffah. Kejujuran adalah akhlak yang mulia yang harus terpatri pada setiap insan termasuk insan Kampus. Ketidakjujuran mahasiswa bisa membuat nilai akademik mahasiswa menjadi bagus, tetapi menjadi hal yang buruk ketika mahasiswa tersebut untuk mencari pekerjaan. Dikarenakan ilmu yang didapat pada masa kuliah tidak bisa diterapkan pada saat bekerja yang disebabkan ketidakjujuran. Kejujuran memang harus dipraktekakan bukan retorika belaka. Tujuan kuliah bukan mendapatkan nilai tetapi mendapatkan ilmu kemudian mengaplikasikan untuk kebaikan umat.

Kita harus berusaha untuk jujur dan adil saat ujian. Kenapa harus adil? Ya karena sama saja kita tidak menghargai teman kita yang sudah belajar dengan tekun. Kita pun juga bisa rugi apabila mencontek atau tukar jawaban dengan teman kita. Rugi? Apabila kita mencontek atau tukar jawaban dengan teman sedangkan kita saja tidak tau apakah jawaban teman kita benar atau salah. Beruntung kalau benar, kalau sudah salah kita sendiri yang merasakan ketidak adilan itu.Nah, kenapa sih, banyak mahasiswa itu yang tidak jujur saat mengerjakan ujian? Alasan dasar mahasiswa tidak jujur saat ujian paling banyak yaitu, takut apabila mendapatkan nilai jelek, tidak bisa mengerjakan sendiri, dan alasan karena sibuk dengan organisasi atau unit kegiatan mahasiswa di universitas.

BACA JUGA: Krisis Identitas di Era Media Sosial: Analisis Tahap Psikososial Remaja Menurut Erik Erikson

Ada berbagai cara supaya mahasiswa tidak perlu dan tidak membiasakan untuk mencontek atau curang saat ujian:

1.Memiliki filosofi : hasil yang maksimal dan memuaskan itu akan tercapai bila disertai upaya yang keras yang dilakukan sendiri dan dicapai dengan sebuah kejujuran dan akan menjadi barokah sehingga setiap kegiatan bernilai ibadah bukan musibah.

2.Memperhatikan Guru/Dosen saat menjelaskan: kebanyakan mahasiswa tidak memperhatikan Dosen saat berlangsungnya kegiatan belajar. Ada yang berbicara sendiri dengan teman, mengoperasikan gadget, bermain game, dll. Ada juga mahasiswa yang memperhatikan tetapi sebenarnya dia itu mengantuk atau melamun, jadi materi yang disampaikan itu tidak ada yang dipahami.

3.Memahami materi yang disampaikan Dosen: banyak mahasiswa yang merasa terbebani saat belajar, karena sebagian orang melakukan teknik menghafal bukan memahami. Padahal sebagian Dosen/Guru memberikan soal tidak semuanya tentang menghafal, melainkan analisis. Akibatnya kita menjadi bingung saat diberikan soal yang modelnya analisis. Ketika dosen memberi tugas atau latihan bertujuan untuk meningkatkan pemahaman bukan memberi beban. Filosofi ini yang perlu dipegang.

4.Tidak malu bertanya kepada Dosen jika belum jelas materi apa yang disampaikan: terkadang mahasiswa takut dianggap bodoh dan minder dengan teman sekelasnya yang pandai materi tersebut.

5.Jangan terlalu menuntut diri: nilai yang kita dapat tidak harus sempurna: nah, kenapa orang suka curang dan mencontek? Karena takut mendapatkan nilai jelek. Kita tidak harus mendapat nilai bagus, tidak ada untungnya jika kita mendapatkan nilai bagus tetapi hasil mencontek. Kalau bisa dapat nilai bagus dengan cara yang jujur kenapa tidak? 6.Berdoa dan Tawakal: yang terakhir adalah berdoa dan tawakal. Sebelum ujian, baiknya kita berdoa terlebih dahulu dan berserah diri kepada Allah SWT agar dimudahkan dan mendapatkan hasil terbaik. Betapa bangganya kita apabila mendapatkan hasil yang baik dengan jujur.

Dosen dan tenaga kependidikan harus memberi dan menjadi contoh tentang kejujuran. Mulai dari mengajar dengan tepat waktu,memberi kuliah dengan fakta yang jujur sampai nilai juga harus diperoleh dengan kejujuran. Jangan sampai terjadi pekerjaan ujian belum diserahkan pada dosen tapi nilai sudah keluar atau pekerjaan ujian dikoreksi oleh mahasiswa yang ditunjuk. Termasuk tanggung jawab dosen pada saat mengawasi ujian. Tunjukkan komitment yang tinggi bahwa  pengawasan adalah bagian dari  siklus pembelajaran sehingga amanah ini harus dijaga dengan baik dan penuh tanggung jawab.

Bentuk perilaku tidak jujur dan curang saat ujian ditunjukkan pada saat ujian dengan mencontek. Hal ini dilakukan karena ingin mendapatkan hasil yang baik tanpa kerja keras. Mahasiswa melakukan hal itu dengan cara memanfaatkan kesempatan. Kita harus membiasakan diri untuk berperilaku jujur. Menerapkan budaya jujur dan tidak melakukan kecurangan. Kita juga harus lebih percaya diri dan selalu berdoa serta tawakal kepada Allah SWT agar mendapatkan hasil tebaik.


Berita Terkini