Oleh: Dadan Hermawan, M.Pd.
(Kepala SDN Pelita Karya Jalancagak & Founder TBBM Teras Ilalang Subang)
Tragedi meninggalnya 11 orang akibat tergulingnya bis yang mengangkut siswa-siswi SMK yang sedang melaksanakan acara perpisahan berbuntut panjang. Bukan hanya soal kemungkinan adanya kelalaian beberapa pihak yang terkait kegiatan perpisahan tersebut, juga berimbas pada penyelidikan kemungkinan adanya pelanggaran izin opersional kendaraan, uji KIR yang tidak dilalui oleh kendaraan hingga yang paling miris berimbas pada banyaknya masyarakat yang menyuarakan agar kegiatan sekolah yang bersifat perjalanan di hentikan, salah satunya study tour, dan pihak yang banyak ditekan adalah sekolah.
Suara ini makin dipersulit dengan serta mertanya para pejabat mengeluarkan surat edaran larangan bagi sekolah mengadakan study tour, sehingga semakin menggiring opini bahwa study tour adalah kegiatan yang salah di adakan di sekolah. Belum lagi moment ini dijadikan sebagai pelampiasan untuk mengeluarkan unek-unek bagi sekian banyak orang tua/wali siswa yang mungkin selama ini merasa terbebani oleh biaya yang harus dikeluarkan oleh dirinya ketika sekolah anak-anak mereka mengadakan study tour, dan semuanya dicurahkan di media yang paling mudah mereka akses dan dianggap paling aman adalah media sosial, maka riuhlah beragam conten tentang stoudy tour meramaikan laman portal-portal media sosial mulai dari whatsapp, facebook tiktok dan sebagainya.
Banyak hal yang bisa kita kaji dan diskusikan dari kejadian ini, jika kita mencari yang akan dijadikan kambing hitam pun akan banyak sekali kemungkinan yang akan tersalahkan, mulai dari sekolah, travel pengelola perjalanan, PO Bus, dan yang lainnya. Namun pada tulisan ini saya hanya akan focus pada apakah study tour itu benar-benar tidak bermanfaat sehingga banyak yang menyuarakan dihentikan, ditutup dan dilarang diadakan.
Mari kita besaram-sama diskusikan dengan jernih dan focus pada esensi manfaat dan kekurangan study tour, karena jangan sampai kita menyelesaikan masalah dengan cara yang tidak tepat. Memberantas hama tikus yang merusak padi namun dengan cara membakar lumbung padinya, atau menghilangkan benalu pada pohon dengan cara menebang pohonnya.
Pada hakiaktnya, study tour adalah salah satu metode pembelajaran yang sudah dikembangkan sejak lama dan bukan hanya ada di Indoensia, dalam dunia pendidikan disebut metode pembelajaran karya wisata. Adalah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara mengunjungi suatu tempat, untuk kemudian siswa mengadakan penelitian, pengamatan dan segala hal yang membuat siswa mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dan pengalaman senyata-nyatanya tentang sesuatu yang dipelajarinya. Menurut Mulyasa (2005) Metode karya wisata adalah untuk memperoleh pengalaman belajar, terutama pengalaman langsung dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah. Meskipun banyak hal yang bersifat non akademis, namun tujuan umum pendidikan berkaitan dengan pengembangan wawasan pengalaman tentang dunia luar dapat dicapai. Metode karya wisata ini dapat meningkatkan motivasi dan merangsang kreativitas siswa dalam belajar, karena siswa bertemu langsung dengan apa yang mereka pelajari, bukan hanya sekedar gambar atau videonya saja apalagi hanya sekedar cerita dari guru. Metoda karya wisata ini pun menjadi salah satu kegiatan pembelajaran yang contektual, pembelajaran yang didasari oleh teori pengajaran dan pembelajaran kontruktivisme. Proses pembelajaran yang nantinya tidak hanya membuat motivasi dan kreativitas belajar anak meningkat karena memberikan pengalaman konkrit, namun juga memberikan dampak hasil belajar yang permanen pada otak anak. Karena ketika anak belajar hanya dengan mendengarkan cerita dari guru, sangat berbeda kebermaknaannya pada anak dengan cara anak belajar dengan melihat apa yang mereka pelajari, apalagi hingga mereka menyentuh, merasakan dan memiliki pengalaman nyata bersama objek yang mereka pelajarinya. Dalam dunia pendidikan dikenal istilah aku dengar aku lupa, aku lihat aku ingat, aku lakukan aku mengerti.
Sebagai contoh, ketika seorang guru akan menjelaskan tentang hewan Alpaca kepada seluruh siswanya yang belum pernah mendengar apalagi melihat hewan Alpaca. Ketika guru hanya mengajarkannya dengan bercerita tentang apa itu Alpaca, bagaimana bentuknya, seperti apa suaranya, bagaiana jalannya dan sebagainya, selesai bercerita bisa jadi dari semua anak yang ada akan memiliki pemahaman yang tidak sama tentang apa itu Alpaca, mereka memiliki khayalan dan persepsi yang sangat mungkin tidak sama, walaupun sumbernya dari guru yang sama dan dari penjelasan yang sama. Tapi akan sangat berbeda ketika tanpa harus dijelaskan kemudian anak-anak tersebut dipertemukan langsung dengan hewan Alpaca, dia dapat melihatnya langsung, menyentuh bulunya, meraba badannya, mendengarkan suaranya dan segala hal yang ada pada Alpaca. Kemudian setelah semua anak bertemu dengan Alpaca, terus mereka dipinta menceritakan Alpaca yang baru saja ditemuinya, maka saya yakin semua anak dapat mencertakan walau mungkin dengan gaya bahasa masing-masing namun persepsi dan esensi tentang hewan Alpaca sama dipikiran semua anak, padahal gurunya tak sedikitpun memberikan penjelasna. Mungkin sebagian orang bisa berkata, kalau hal seperti itu tidak harus mendatangkan atau menemui langsung hewannya, cukup dengan melihat gambar atau videonya. Iya benar untuk menjelaskan bisa dilakukan dengan menunjukan gambar atau videonya, dan itu lebih bermakna dari sekedar menceritakan saja. Namun tetap saja jika kita ingin memberikan kebermaknaan yang mendalam dan mempermanenkan materi pelajaran pada ingatan anak akan lebih permanen tersimpan dalam memory otak anak ketika mereka bertemu langsung dan mendapatkan pengalaman nyata. Silahan kita bayangkan apa yang pernah dijelaskan dan ditunjukan oleh guru-guru kita dulu jaman sekolah di SD/SMP/SMA. sebarapa banyak yang masih teringat dalam pikiran kita? kemudian bandingkan dengan pengalaman nyata yang pernah kita alami ketika kecil di masa yang sama, mana yang masih lebih banyak diingat antar ayang kita alami langsung dengan yang hanya guru ceritakan dan tunjukan ?
Banyak manfaat dari kegiatan karya wisata/study tour, diantarnya :
Mendorong motivasi dna kreativitas belajar siswa, melahirkan fun learning activity, mengasah imajinasi, mengasah aktivitas fisik, mendorong siswa belajar lebih banyak dari benda-benda atau hal-hal lain yang ada disekitar, membangun keterampilan sosial, membangun kultur kerjasama, mendorong sikap mandiri dalam menyelesaikan masalah, tidak memerlukan banyak peralatan, membangun hubungan emosional antara guru, murid dan objek pelajaran, mendorong siswa lebih mensyukuri dan mencintai lingkungan, serta menigkatkan kebermakaan belajar.
Di sisi lain kekurangan karya wisata/study tour adalah:
Fasilitas dan biaya yang mungkin cukup besar jika lokasinya jauh, butuh persiapan matang untuk merancang dan mendesain kegiatan, butuh koordinasi matang, butuh keterampilan mengkondisikan siswa banyak, jika tidak pandai maka unsur rekreasi bisa lebih besar daripada tujuan utama unsur studynya.
Masih banyak yang dapat kita bahas dan kaji lebih dalam tentang apa manfaat study tour / metode pembelajaran karya wisata ini, namun setidaknya penjelasan di atas mudah-mudahan memberikan gambaran sederhana tentang apakah benar study tour harus dihapus ?
Berkaca pada tragedi meninggalnya siswa-siswi SMK dalam perjalanan perpisahan yang kemudian dipersepsikan sama dengan study tour, kita dapat melakukan evaluasi sebagai bahan refleksi kita bersama. Study tour tetap sangat bermanfaat dalam pembelajaran, namun prosedur dan tahapan serta sintak-sitak metodenya benar-benar dilaskanakan, mari kita jernih menyikapi dan memahami masalah tanpa harus mengedepankan emosi sesaat. Banyak pihak pula yang harus berbenah agar esensi dan marwah luhur study tour / karya wisata yang memiliki banyak manfaat tidak jadi hilang karena salah orientasi dan tehnis pengelolaan pada pelaksanaannya.
Guru, orang tua, travel pengelola perjalanan, dan dinas-dinas terkait harus bersinergi membenahi dan menjaga esensi kegiatan yang bersifat tour, agar benat-benar terjamin keamanan dan kenyamanannya, serta terjaga studynya dan bukan tersisa tournya saja.*