Opini

Pojokan 205: Pilihan

Kang Marwabi
Kang Marwabi

Pada akhirnya, semua orang harus memilih. Terlepas pilihannya tepat atau tidak.

 

Soal pilihan, itu menjadi bagian penting dalam hidup. Hingga ada orang yang selalu bimbang dengan pilihan. Karena terlalu banyak pilihan atau tak tahu, mana yang harus dipilih.

 

Dan setiap pilihan selalu ada konsekuensi. Ada resiko. Tak ada pilihan pun, tetap ada resiko.

 

Tak selalu resiko itu berkaitan dengan hasil yang buruk. Banyak juga resiko yang didapat, berakhir dengan sukses.

 

Tengok buku petunjuk hidup sukses yang dikarang banyak orang. Dalam dan luar negeri. Yang best seller atau sekedar numpang nampang nama. Pembaca silahkan memilih sendiri, tips sukses membuat pilihan. Yang bertebaran, bak kacang goreng tumpah.  Tinggal pungut!

 

Boleh lebih dari satu tips atau semua tips dicoba. Macam tips masakan ala William Wongso. Sesuai selera saja.

 

Tak berdosa, jika membaca buku-buku cara keluar dari persoalan dan tegar menghadapi penderitaan. Atau ikut jalan, sekokoh batu karang di lautan diterjang gelombang dan badai.

 

Bisa juga membaca buku, jurus menghadapi masalah tanpa masalah, ala moto Pegadaian.

 

Mencoba tips tegak berdiri, teguh pada prinsip ketika hujan badai melanda. Sonder payung. Itu juga halal.

 

Lirik juga saran motivator-motivator ulung soal bertahan ditengah angin topan badai kegagalan. Silahkan saja, tinggal pilih. Asal mau baca.

 

Berbagai macam tips tersebut hanya triger -pemicu, untuk membuka pikiran. Selebihnya ada pada diri sendiri.

 

Sisanya adalah pilihan dari diri kita sendiri. Apakah mau berubah atau tetap pada titik tumpu awal-mental.  Dan ini lagi-lagi adalah soal pilihan. 

 

Pilihan itu berkaitan dengan apa yang dicari dan dipunyai. Apa yang dihadapi dan diyakini.

 

Perlu juga mendengar pilihan nurani yang tak pernah kita dengar. Karena kita sendiri tak pernah kenal dan berdialog dengan nurani kita.

Pantas hati kita tak pernah mendengar bisikan nurani. Menjadi bebal dan tumpul!

 

Nurani yang menyimpan nilai dan prinsip. Yang mewanti-wanti kepada kita untuk tak pernah dan jangan pernah menggadaikan nilai dan prinsip dengan keserakahan dan ketamakan. Ini tips ke 13 yang sering dihindari oleh banyak orang. 

 

Sebab setiap orang, biasanya selalu mencari sesuatu yang menguntungkan diri. Sama seperti orang berjualan dan atau bekerja. Mencari profit adalah tujuan. Entah laba natura atau posisi dan koneksi.

 

Maka ketika terbentur sesuatu yang tak menguntungkan atau mengganggu laba, bereaksi dengan berlebihan. Mencoba menyingkirkan, bertahan dan melawan.

 

Atau lari tungganglanggang. Seperti dikejar macam ompong.

 

Ada lagi tipikal pembela koneksi agar tetap punya surplus. Sebab ganjaran selalu ada pada setiap koneksi. Tak jarang pula membabi buta membela “tuannya”.  

 

Yang pindah koneksi pun tak sedikit, karena surplus yang didapat lebih besar pada patron baru. Teman lama ditinggal.

 

Hidup adalah soal konektifitas diri pada kepentingan, tujuan dan sekitar. Juga soal terkoneksi pada siapa dan pada apa. Pun posisi diri dalam ekosistem konektifitas tersebut.

 

Melahirkan orang-orang pragmatism, opportunis. Ini tipikal pertama dari tips sukses. Ada juga tipikal konektifitas pembersih lidah-asal bapak senang atau sipahit lidah, penyebar hoaxs. Ini level ke dua dari tips sukses.

 

Pilihan model penyambung lidah, perantara kepentingan pun bisa. Memilih sebagai pelayan dalam konektifitas sosial pun tak akan rugi.  Tips sukses ke tujuh.

 

Menempatkan diri pada setiap konektifitas sosial, budaya, politik dan ekonomi adalah juga soal pilihan.

 

Ketepatan pilihan posisi ini, menyandar kepada seberapa dewasa kita dalam memaknai -bukan menafsui, pengalaman interaksi dalam ekosistem konektifitas sosial kita. Konektifitas punya aturan dan nyawanya sendiri.

 

Kedewasaan itulah yang akan menentukan pilihan konektifitas itu tepat atau tidak. Ini adalah titik awal hidup.  Tips sukses versi lain.(*)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tag :

Berita Terkait