PASUNDAN EKSPRES- Siapa nih yang suka debat soal bahan bakar? Nggak jarang, obrolan seputar bensin jadi topik panas di forum otomotif, baik mobil maupun motor.
Perdebatan soal "bensin mana yang lebih bagus" ini kayak nggak ada ujungnya deh.
Mulai dari Grade A, B, C, sampai akhirnya muncul pendapat kalau bensin lokal Indonesia dianggap lebih jelek dibandingkan produk luar negeri. Tapi, benarkah demikian?
Ternyata, salah satu hal yang bikin perdebatan ini makin seru adalah soal oktan.
Banyak yang fokus ke angka oktan bahan bakar, padahal, ada faktor lain yang juga nggak kalah penting.
Misalnya, kebersihan bensin itu sendiri! Di beberapa negara seperti Jepang atau Taiwan, bensin dengan oktan 90 sudah dianggap cukup banget, bahkan kadang hanya 88.
Bedanya, bensin di sana bersih dan filtrasinya bagus.
Perbedaan Kualitas Bensin Lokal vs Luar Negeri
Faktanya, kualitas bahan bakar itu ditentukan oleh banyak hal, salah satunya tingkat oktan dan kandungan zat aditif.
Nah, di Indonesia, bensin yang umum digunakan sekarang adalah Pertalite, yang punya oktan 90.
Sebelumnya, kita juga punya Premium dengan oktan 88, tapi sekarang Premium udah kayak ninja, hilang tanpa jejak.
Lalu, apa sih oktan itu? Simpelnya, oktan adalah angka yang menunjukkan seberapa baik bahan bakar bisa menahan tekanan sebelum terbakar secara spontan di dalam mesin.
Semakin tinggi angka oktannya, semakin bagus bahan bakarnya untuk mencegah knocking atau getaran yang bisa merusak mesin.
Namun, selain oktan, yang nggak kalah penting adalah kandungan sulfur dalam bahan bakar.
Semakin tinggi kandungan sulfur, semakin jelek kualitas bensinnya.
Sayangnya, bensin di Indonesia terkenal punya kadar sulfur yang cukup tinggi. Ini bikin bensin kita lebih 'kotor', yang nggak cuma berdampak ke mesin, tapi juga ke lingkungan dan kesehatan kita.
Polusi di kota besar, terutama Jakarta yang sering macet, juga salah satu akibatnya.
Kenapa Bensin Luar Lebih "Bersih"?
Banyak yang bilang kalau bensin luar negeri tuh beda banget sama bensin lokal.
Salah satu indikatornya bisa dilihat dari sisa pembakaran di ruang bakar mesin.
Kalau pakai bensin lokal, biasanya bekasnya tuh hitam pekat, sedangkan bensin luar nggak begitu.
Selain itu, bensin luar juga cepat nguap tanpa meninggalkan bekas minyak, beda sama bensin lokal yang sering bikin mesin terasa berminyak.
Faktor lain yang bikin bensin lokal kalah saing adalah teknologi kilang minyak di Indonesia yang udah ketinggalan zaman.
Banyak kilang minyak kita belum diperbarui, jadi kemampuan untuk menghasilkan bahan bakar berkualitas tinggi pun terbatas.
Di negara-negara maju seperti Jepang atau Korea Selatan, kilang minyak mereka sudah pakai teknologi mutakhir yang bisa memproduksi bensin dengan kandungan sulfur rendah dan oktan tinggi.
Subsidi dan Kebijakan Pemerintah
Satu hal lagi yang nggak bisa kita abaikan adalah kebijakan pemerintah terkait subsidi bahan bakar.
Di Indonesia, bensin seperti Premium dulu dan sekarang Pertalite, disubsidi oleh pemerintah agar harganya terjangkau.
Tapi, subsidi ini juga bikin beban pemerintah jadi berat, sehingga fokus utama tetap pada harga yang murah, bukan kualitas bahan bakar.
Sementara itu, di negara tetangga seperti Malaysia, mereka bisa memproduksi bahan bakar dengan kualitas yang lebih baik. Kok bisa?
Teknologi kilang minyak yang lebih canggih, plus kebijakan energi yang lebih mendukung, memungkinkan mereka menghasilkan bensin yang lebih bersih dan ramah lingkungan.
Jadi, gimana menurut kalian? Setuju atau ada pendapat lain? Yuk, kita diskusi di kolom komentar!