Otomotif

Gagal Total! Kenapa Motor Bebek-Matic Gak Laku di Pasar?

Gagal Total! Kenapa Motor Bebek-Matic Gak Laku di Pasar?

PASUNDAN EKSPRES- Motor matic kini mendominasi pasar, menjadi pilihan utama bagi konsumen.

Seluruh produsen motor, termasuk Kawasaki yang terkenal dengan motor besarnya, turut bermain di segmen ini.

Bentuk dan ukuran motor matic sangat beragam, mulai dari besar, sedang, hingga kecil, dan semuanya cukup diminati.

Bahkan produsen seperti Suzuki yang tidak begitu dominan di pasar, tetap bisa menjual motor matic dengan baik. Ini berbanding terbalik dengan masa lalu, ketika motor bebek merajai jalanan.

Motor bebek dan matic memiliki perbedaan signifikan dalam desain. Motor bebek cenderung memiliki bentuk yang lebih konvensional, sementara motor matic lebih modern dan praktis.

Kedua jenis motor ini pernah mendominasi di eranya masing-masing. Namun, era motor bebek kini telah usai, digantikan oleh popularitas motor matic.

Eksperimen Gabungan Bebek-Matic

Bagaimana jika ada produsen yang mencoba menggabungkan dua dunia ini, menciptakan motor bebek dengan fitur matic?

Yamaha dan Honda pernah mencoba langkah berani ini. Yamaha memperkenalkan Yamaha Lexam, sementara Honda merilis Honda Revo AT.

Sayangnya, eksperimen ini gagal total. Data penjualan menunjukkan bahwa dalam setahun, hanya terjual 5.116 unit Revo AT dan 6.769 unit Lexam pada tahun 2011.

Revo AT sebenarnya cukup unik. Meski menggunakan mesin bebek Revo, motor ini dilengkapi dengan transmisi CVT matic dan sistem pendinginan ganda untuk CVT dan mesin.

Selain itu, Revo AT sudah menggunakan teknologi injeksi penuh generasi ketiga dengan sensor O2 dan katalis konverter.

Sementara itu, Lexam menggunakan transmisi CVT jenis YCAT (Yamaha Compact Automatic Transmission) yang diklaim lebih tahan lama dan minim getaran. Namun, Lexam masih menggunakan karburator pada saat itu.

Penyebab Kegagalan

Beberapa faktor menjadi penyebab kegagalan kedua motor ini. Pertama, segmen motor bebek-matic belum terbentuk di pasar, dan tidak ada edukasi yang memadai dari produsen.

Konsumen lebih memilih motor dengan konsep yang jelas bebek atau matic. Kombinasi ini terasa aneh, terutama bagi pengendara yang terbiasa menggunakan kaki kiri untuk mengganti gigi pada motor bebek.

Selain itu, harga motor ini juga dinilai terlalu mahal. Pada tahun 2011, Honda Revo AT dijual seharga Rp15,8 juta, sedangkan Yamaha Lexam seharga Rp16,4 juta.

Harga ini lebih tinggi dibandingkan motor matic konvensional seperti Yamaha Mio atau Honda Vario pada masa itu.

Perawatan motor ini juga dinilai rumit dan mahal. Dengan menggunakan CVT dan rantai untuk menghubungkan roda belakang, motor ini tidak efisien.

Motor matic lebih praktis dalam hal penggunaan ruang bagasi dan kenyamanan berkendara.

Akhirnya, ketidakpastian pasar membuat motor ini tidak diminati.

Konsumen khawatir dengan nilai jual kembali yang rendah, sehingga mereka memilih bermain aman dengan motor matic atau bebek konvensional.

Eksperimen bebek-matic menunjukkan bahwa tidak semua inovasi dapat diterima pasar.

Kurangnya edukasi dan branding yang tepat menjadi faktor utama kegagalan ini.

Yamaha Lexam dan Honda Revo AT dihentikan produksinya pada tahun 2013, menandai berakhirnya upaya untuk menggabungkan dua segmen motor ini.

Jika saja ada edukasi dan promosi yang lebih baik, mungkin segmen bebek-matic masih bisa bertahan hingga kini. Namun, kenyataannya, motor ini tetap menjadi inovasi yang gagal total.

Berita Terkait
Terkini Lainnya

Lihat Semua