PASUNDAN EKSPRES - Tim nasional pria Inggris kembali mencatatkan sejarah di bawah asuhan manajer Gareth Southgate dengan mencapai final pertama mereka di luar negeri pada Euro 2024. Namun, harapan mereka untuk mengakhiri penantian 58 tahun akan trofi utama pupus setelah kalah 2-1 dari Spanyol di Berlin.
Southgate menggambarkan turnamen keempatnya ini sebagai "roller coaster yang absolut" dengan persiapan paling rumit yang pernah dialaminya. Selama sebulan, tim ini menarik perhatian negatif yang sulit diabaikan, namun mereka tetap menghasilkan momen-momen mengesankan dalam perjalanan mereka menuju final kedua berturut-turut di ajang Euro.
Masalah Awa
Jauh sebelum bola pertama ditendang, Inggris telah memvisualisasikan kemenangan di Euro 2024. Setelah mengumpulkan 26 pemainnya di St George's Park pada akhir pekan 8-9 Juni, Southgate memperlihatkan mereka video momen olahraga terbesar Inggris seperti final Piala Dunia Rugby 2003 dan kemenangan seri Ashes 2005 oleh tim kriket. Gambar-gambar pengangkatan trofi diselingi dengan pemandangan para penggemar yang berbaris di jalan-jalan untuk parade di Trafalgar Square.
Southgate kemudian menggambarkan keterlibatan Inggris sebagai "bukan pertandingan sepak bola, tapi acara nasional." Pesan jelasnya adalah untuk memberi tahu kelompok muda ini — 12 di antaranya belum pernah mengikuti turnamen senior — tentang kesempatan mereka untuk menciptakan sejarah dan mendapatkan tempat tak terhapuskan di hati bangsa.
Untuk membentuk dinamika tim, dibentuklah kelompok kepemimpinan baru yang terdiri dari empat orang. Ketidakhadiran Jordan Henderson dan Harry Maguire, yang tidak bisa membuktikan kebugaran mereka, memicu perombakan. Kyle Walker menggantikan Henderson sebagai wakil kapten di bawah Harry Kane. Jude Bellingham, yang saat itu baru berusia 20 tahun, dan Declan Rice diangkat ke dalam kuartet tersebut. Malam sebelum mereka berangkat ke Jerman dari bandara Birmingham, Pangeran William mengunjungi skuad dan menyampaikan beberapa kata penyemangat.
Mereka berangkat dengan Southgate yang berbicara secara terbuka tentang banyaknya masalah kebugaran dalam skuad, yang paling jelas adalah Luke Shaw yang belum mewakili Inggris atau klubnya, Manchester United, sejak 18 Februari karena cedera hamstring. Namun, ada banyak kekhawatiran lainnya, melukiskan gambaran keseluruhan yang diakui Southgate sebagai yang terburuk yang pernah dia ketahui: Bellingham diistirahatkan untuk pertandingan pemanasan melawan Bosnia dan Herzegovina serta Islandia setelah musim yang panjang di Real Madrid; Kane masih merasakan dampak buruk dari masalah punggung yang mengakhiri musimnya di Bayern Munich lebih awal; Bukayo Saka melewatkan pertandingan terakhir Arsenal musim ini karena masalah otot dan bermain peran terbatas dalam pertandingan pemanasan; Marc Guéhi baru saja kembali dari absen tiga bulan karena cedera lutut; John Stones hanya memulai satu pertandingan Liga Premier untuk Manchester City sejak pertengahan Maret dan harus keluar di babak pertama melawan Islandia karena cedera kaki.
Inggris tiba di markas mereka, Weimarer Land Spa & Golf Resort di pinggiran Blankenhain, pada 10 Juni. Stones mengalami sakit dan melewatkan satu hari latihan, tetapi selain Shaw yang menjalani program individu, skuad penuh Inggris berlatih secara konsisten menjelang pertandingan pembuka melawan Serbia.
Persiapan yang Rumit
Meski penuh dengan masalah cedera, persiapan timnas Inggris tetap berjalan. Bellingham, yang baru saja menjalani musim panjang bersama Real Madrid, diistirahatkan dalam pertandingan pemanasan. Kane, yang juga masih merasakan cedera punggung, bermain dengan hati-hati. Saka, Guéhi, dan Stones, meski mengalami cedera di penghujung musim, tetap berusaha untuk fit dan siap menghadapi tantangan di Jerman.
Saat memasuki pertandingan pertama mereka melawan Serbia, tim ini sudah melewati berbagai rintangan. Mereka menunjukkan ketahanan dan semangat juang yang tinggi, meski hasil akhirnya tidak sesuai harapan.
Perjalanan di Jerman
Pertandingan pembuka melawan Serbia berjalan sesuai rencana, namun tantangan lebih besar menanti. Inggris terus menunjukkan performa yang stabil meski harus menghadapi tim-tim kuat. Mereka berhasil mencapai final kedua berturut-turut di ajang Euro, sebuah pencapaian yang patut diapresiasi. Namun, di final, keberuntungan tidak berpihak pada mereka. Spanyol, dengan permainan yang lebih unggul, berhasil mengalahkan Inggris dan mengamankan trofi.
Meskipun gagal meraih trofi, perjalanan timnas Inggris di Euro 2024 ini tetap menjadi catatan penting dalam sejarah sepak bola mereka. Pencapaian ini menunjukkan bahwa di bawah asuhan Southgate, Inggris terus berkembang dan semakin mendekati kesuksesan besar di masa depan. Tim ini kini harus merenungkan perjalanan mereka dan mencari cara untuk melangkah lebih jauh di turnamen berikutnya.
Kini, timnas Inggris harus menghadapi pertanyaan-pertanyaan tentang masa depan mereka. Bagaimana mereka akan mengatasi masalah kebugaran yang terus menghantui? Bagaimana mereka bisa memaksimalkan potensi pemain muda seperti Bellingham dan Rice? Southgate dan timnya harus mencari jawaban untuk memastikan bahwa Inggris tidak hanya kembali ke final, tetapi juga membawa pulang trofi yang telah lama dinantikan.
Dengan segala tantangan dan hambatan, perjalanan Inggris di Euro 2024 adalah cerita tentang ketahanan, semangat, dan harapan. Meski gagal meraih trofi, pencapaian ini tetap menjadi bukti bahwa Inggris memiliki potensi besar untuk sukses di masa depan. Kini, saatnya bagi tim ini untuk belajar dari pengalaman ini dan mempersiapkan diri untuk tantangan berikutnya, dengan harapan bahwa suatu hari nanti, impian mereka untuk meraih trofi utama akan terwujud.