Subang

Ponpes Kebangsaan Siti Aminah Pasir Maung Berbasis Ketahanan Pangan, Sejalan dengan Program Presiden Prabowo

Para santri Ponpes Kebangsaan Siti Aminah Pasir Maung ketika sedang menanam tanaman.
Para santri Ponpes Kebangsaan Siti Aminah Pasir Maung ketika sedang menanam tanaman.

SUBANG-Ponpes Kebangsaan Siti Aminah Pasir Maung di Kampung Cigore, Desa Tenjolaya, Kecamatan Kasomalang, berbasis ketahanan pangan. 

Ponpes Kebangsaan Siti Aminah Pasir Maung, KH Muhammad Abdul Mukmin atau biasa dipanggil Abah Maung mengungkapkan awal cerita didirikannya pesantrennya itu. 

"Kita beli tanah di sana pembebasan ada 2 hektare. Mengingat sekarang sudah hampir hilang generasi petani, maka diciptakanlah kader-kader petani yang tangguh, mandiri, dan disesuaikan dengan program pemerintah saat ini," ucapnya. 

Berangkat dari sana, ia pun bertekad membuat suatu pesantren berbasis ketahanan pangan. 

"Oleh kesadaran itu, kami pun menciptakan satu pesantren yang berbasis ketahanan pangan dan pertanian," ucapnya. 

Konsep berbasis ketahanan pangan itu, ia katakan sejalan dengan program dari Presiden RI, Prabowo Subianto. 

Menurutnya, pesantrennya ini diperlukan oleh generasi muda saat ini yang semakin jauh dari hidup berdampingan dengan alam. 

"Kebanyakan pesantren sekarang ke arah modern, makan tinggal catering, cucinya laundry, serba enak. Jadi santri itu berjauhan dengan alam. Kalau semua generasi seperti itu siapa yang bertanggung jawab terhadap alam?," ucapnya. 

Adanya program ketahanan pangan yang dilakukan di pesantren tersebut membuat para santrinya menjadi tidak kesulitan mendapatkan makanan. 

"Makan semua santri di sini digratiskan, semua dari hasil pertanian itu," ucapnya. 

Berbagai jenis tanaman pun telah ditanam di lahan pesantren milik Abah Maung itu. 

"Kalau sekarang selain padi, juga lagi ada cabai, singkong, kemangi. Sebelumnya ada jagung, jadi setiap musim berganti tanaman," ucapnya. 

Konsep ketahanan pangan dari pesantrennya itu dapat membuat santri dan masyarakat kecil di sekitarnya menjadi lebih sejahtera. 

"Misalkan sekarang cabai lagi mahal-mahalnya. Orang beli cabai, kita jual cabai, jadi santri bisa sejahtera, bahkan juga tanaman padi yang ada digarap oleh masyarakat kecil, dan sebagian hasilnya untuk mereka," ucapnya. 

Selain pertanian, dirinya juga mengatakan pesantrennya juga memiliki program ketahanan pangan di bidang peternakan. 

"Kami baru saja panen, ada peternakan domba, dan juga ikan. Satu jalur (tambak ikan) bisa menghasilkan 5 kwintal lebih," ucapnya. 

Sambil memperlihatkan dua program ketahanan pangan tersebut, ia mengatakan seluruh lahan baik pertanian dan peternakan merupakan kepemilikan pribadi. 

"Semua ini sudah milik pribadi dan sudah bersertifikat," ucapnya. 

Ponpes Kebangsaan Siti Aminah Pasir Maung sendiri ia ceritakan telah berdiri selama dua tahun dan saat ini telah memiliki santri sebanyak kurang lebih 200 orang. Umur santri dari rentang 6 sampai dengan 53 tahun. 

"Latar belakangnya beda-beda, mulai dari anak dari mantan geng motor, mantan napi, mantan pecandu narkoba, anak broken home, anak yatim, dan lainnya. Jadi kami memberdayakanorang yang dulunya bermasalah," ucapnya. 

Untuk menjadi santri di pesantren tersebut, Abah Maung mengatakan tidak memerlukan biaya apapun asalkan memiliki niat untuk belajar. 

"Tidak ada biaya, asal mau nyantri aja di sini. Tapi kalau ada yang mau ngasih silahkan saja," ucapnya. 

Dari segala bentuk upaya yang dilakukan untuk pesantrennya itu, dirinya bilang pengelolaan pesantrennya masih dilakukan secara mandiri. 

"Belum ada pihak lain yang turut membantu, cuman masih di bawah binaan TNI POLRI," ucapnya. 

Melihat kondisi tersebut, ia berharap pemerintah dapat peka terhadap situasi di pesantren seperti miliknya dan turut ikut membantu pengembangan santri yang ada. 

"Harapannya pemerintah bisa melek dengan pesantren seperti ini, jangan dipanggil di kala butuh saja. Karena, sejauh ini dana operasional kami tanggung sendiri," ucapnya.(fsh/ysp) 

 

Berita Terkait
Terkini Lainnya

Lihat Semua