Subang

TPS3R BUMDes Wantilan di Subang Kelola Sampah Berbasis Bank

BUMDes Wantilan
Direktur BUMDes Wantilan, Dede Sulaeman saat mengangkut sampah menggunakan armada cator.(Zaenal Abidin/Pasundan Ekspres)

SUBANG-Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle atau Tempat Pengolahan Sampah (TPS3R)  Desa Wantilan Kecamatan Cipeunduey terus berupaya meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasis lingkungan. 

Direktur BUMDes Wantilan, Dede Sulaeman mengungkapkan, bahwa saat ini pengelolaan sampah melalui TPS 3R Taruna Resik telah berkembang melalui program bank sampah yang menyasar warga sebagai nasabah aktif. Program ini tidak hanya bertujuan mengurangi volume sampah, tetapi juga memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat.

Pengangkutan sampah hasil pilahan dilakukan oleh tim pengangkut ke setiap titik atau rumah warga yang telah menjadi nasabah bank sampah TPS 3R Taruna Resik. "Sampah-sampah tersebut dikumpulkan di TPS 3R untuk kemudian dipilah kembali sesuai jenisnya oleh tim pemilah. Setelah proses ini, seluruh hasil pilahan akan dikirim ke Pusat Daur Ulang (PDU) sebagai bahan baku," ungkapnya.

Ia juga menjelaskan bahwa jenis-jenis sampah yang dikumpulkan mencakup botol plastik jenis PET, gelas plastik, kertas seperti buku bekas, kardus, ember plastik, kaleng, serta jenis logam lainnya. Dengan memilah dan mengelompokkan sampah, proses daur ulang dapat dilakukan lebih efisien dan memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar.

Dede Sulaeman mengharapkan masyarakat dapat semakin cerdas dalam memperlakukan sampah. Edukasi tentang pemilahan sampah dari rumah sangat penting, dan dengan menjadi nasabah bank sampah, warga dapat secara langsung merasakan manfaat ekonominya. Hal ini juga menjadi bagian dari upaya membangun budaya peduli lingkungan sejak dari rumah.

Namun demikian, Dede juga mengungkapkan tantangan besar yang masih dihadapi. TPS 3R Taruna Resik beroperasi dengan sistem usaha jasa pengelolaan sampah yang dibiayai dari iuran warga, perusahaan, dan penjualan hasil pilahan. 

Sayangnya, masih banyak warga yang belum taat membayar iuran bulanan, sehingga operasional seringkali tidak seimbang antara pemasukan dan pengeluaran, atau "Lebih besar pasak daripada tiang." "Tidak hanya itu masalah lainnya adalah keterbatasan dalam perawatan dan perbaikan armada pengangkut seperti dump truck dan baktor. Untuk melakukan perbaikan, pihak pengelola harus terlebih dahulu mengajukan permohonan ke pemerintah desa, padahal kebutuhan perbaikan seringkali bersifat mendesak dan tidak bisa menunggu lama," ujarnya.

Di sisi lain, program bank sampah memberikan alternatif pendapatan bagi warga. Sampah hasil pilahan yang ditimbang akan dikonversi langsung ke nilai rupiah dan bisa ditabung. Pencairan tabungan ini bisa dilakukan kapanpun selama hari dan jam kerja TPS 3R, sesuai dengan saldo yang dimiliki masing-masing nasabah.

Untuk mengatasi kendala operasional, pihak pengelola saat ini tengah melakukan pengembangan di pusat daur ulang. Salah satunya adalah dengan membangun pos bank sampah di delapan titik yang dianggap berpotensi di lingkungan desa. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pusat daur ulang dengan pasokan bahan baku yang lebih stabil.

Dengan adanya pasokan bahan baku yang berkelanjutan, TPS 3R Taruna Resik diharapkan mampu melakukan subsidi silang terhadap kebutuhan operasional yang selama ini masih terbebani. "Maka dengan rasa terima kasih kepada seluruh warga yang telah mendukung program ini dan berharap ke depan partisipasi masyarakat semakin meningkat," pungkasnya.(znl/sep)

Terkini Lainnya

Lihat Semua