Tekno

Dampak Tak Terduga: Mengapa Bersikap Sopan pada ChatGPT Membebani Biaya OpenAI

Dampak Tak Terduga: Mengapa Bersikap Sopan pada ChatGPT Membebani Biaya OpenAI
Dampak Tak Terduga: Mengapa Bersikap Sopan pada ChatGPT Membebani Biaya OpenAI (Image From: Pexels/Airam Dato-on)

PASUNDAN EKSPRES - Di era digital yang semakin maju, berinteraksi dengan kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT telah menjadi bagian dari keseharian banyak orang.

Tidak jarang, pengguna menggunakan bahasa sopan seperti "tolong" atau "terima kasih" saat meminta bantuan dari AI.

Namun, siapa sangka, sikap sopan ini ternyata memiliki dampak besar terhadap biaya operasional OpenAI, perusahaan pengembang ChatGPT.

CEO OpenAI, Sam Altman, baru-baru ini mengungkapkan bahwa penggunaan kata-kata sopan saat berinteraksi dengan ChatGPT dapat menyebabkan lonjakan biaya listrik yang signifikan.

Melalui akun X miliknya, Altman menjawab pertanyaan seorang warganet tentang pengaruh interaksi sopan terhadap keuangan OpenAI.

Dilansir dari New York Post, Sabtu (26/4), Altman menyebut bahwa puluhan juta dolar bisa dihabiskan. 

Mengapa Bahasa Sopan Membebani OpenAI?

Penyebab utama dari lonjakan biaya ini adalah cara kerja ChatGPT itu sendiri. ChatGPT beroperasi menggunakan model bahasa besar atau large language models (LLMs) yang memerlukan daya komputasi super besar.

LLM ini berjalan di atas ribuan GPU berkinerja tinggi di pusat-pusat data, yang secara konstan mengkonsumsi energi dalam jumlah fantastis.

Sebagai gambaran, satu respons singkat dari AI, seperti menjawab sebuah paragraf atau membuat email, bisa mengonsumsi sekitar 0,14 kilowatt-jam (kWh) listrik, yaitu setara dengan menyalakan 14 lampu LED selama satu jam.

Bayangkan bila interaksi tersebut dikalikan dengan miliaran permintaan yang diterima ChatGPT setiap harinya, maka konsumsi listrik membengkak secara drastis.

Penggunaan kata tambahan seperti "tolong" atau "terima kasih" memperpanjang konteks percakapan, yang secara teknis membuat model harus bekerja lebih keras dan lebih lama untuk memahami dan merespons.

Akibatnya, kebutuhan daya untuk memproses permintaan meningkat, yang langsung berdampak pada biaya listrik dan operasional pusat data.

Pusat Data dan Dampaknya terhadap Lingkungan

Seiring dengan meledaknya penggunaan AI, pusat data kini menyumbang sekitar 2% dari konsumsi listrik global.

Angka ini diprediksi akan terus meningkat tajam, seiring adopsi AI generatif yang semakin luas di berbagai sektor, mulai dari pendidikan, bisnis, hingga layanan kesehatan.

Penggunaan energi yang tinggi tidak hanya berdampak pada biaya, tetapi juga pada jejak karbon.

Hal ini menjadi perhatian serius bagi perusahaan teknologi, yang kini dituntut untuk mencari cara mengoptimalkan efisiensi energi dan berinvestasi dalam sumber energi terbarukan.

Perlukah Tetap Sopan kepada AI?

Meski secara teknis berkontribusi pada lonjakan biaya dan konsumsi listrik, bersikap sopan dalam berinteraksi dengan AI tetap dianggap penting oleh banyak pakar.

Kurtis Beavers dari tim desain Microsoft Copilot menyatakan bahwa bahasa sopan memicu respons AI yang lebih kolaboratif dan profesional.

Menurut Beavers, saat AI menangkap nada sopan, model cenderung membalas dengan gaya bahasa yang serupa.

Ini berpengaruh besar dalam membentuk interaksi yang lebih positif, terutama di lingkungan profesional di mana chatbot digunakan untuk mendukung pekerjaan sehari-hari.

Faktanya, survei tahun lalu menunjukkan bahwa 67% pengguna di Amerika Serikat secara rutin menggunakan bahasa sopan saat berinteraksi dengan chatbot AI.

Ini menunjukkan bahwa budaya kesopanan digital tetap menjadi perhatian, bahkan saat berbicara dengan mesin.

(ipa)

Terkini Lainnya

Lihat Semua