Teknologi TikTok yang Membuat AS Cemas dan Evaluasinya

Teknologi TikTok yang Membuat AS Cemas dan Evaluasinya/foto ilustrasi TikTok via Screenshot pexels/@cottonbro studio
PASUNDAN EKSPRES - Pemerintah Amerika Serikat telah menegakkan tekanan yang kuat pada TikTok, memaksa ByteDance untuk menjual aplikasi tersebut kepada perusahaan di luar wilayah China.
Ancaman AS untuk memblokir TikTok menjadi nyata jika ByteDance menolak untuk melepaskan kendalinya atas aplikasi tersebut.
Namun, ada laporan yang menyiratkan bahwa ByteDance lebih memilih untuk menutup TikTok daripada menjualnya. Hal ini disebabkan oleh keyakinan bahwa teknologi dan algoritma yang menjadi inti dari TikTok memiliki nilai yang jauh lebih besar daripada bisnis mereka di Amerika Serikat.
BACA JUGA:Penampilan iPhone 16 yang Besar-Besaran Mengalami Perubahan Drastis, Intip Bocorannya
BACA JUGA: Cara Pinjaman 500 Ribu Langsung Cair Tanpa KTP Lewat Aplikasi Ini
Empat sumber dari Reuters yang berada di AS mengungkapkan bahwa ByteDance tidak berniat untuk menjual TikTok.
Alasan di balik keputusan tersebut adalah karena algoritma yang dimiliki TikTok dianggap sebagai aset yang sangat vital bagi keseluruhan operasi bisnis ByteDance.
Faktanya, algoritma TikTok telah dianggap lebih canggih dibandingkan dengan yang dimiliki oleh platform-platform besar lainnya seperti Google, Instagram, atau YouTube.
Meskipun TikTok hanya menyumbang sebagian kecil dari pendapatan dan jumlah pengguna total ByteDance, penutupan TikTok di Amerika Serikat dianggap sebagai opsi yang lebih menguntungkan daripada menjual aplikasi tersebut ke perusahaan Amerika Serikat.
BACA JUGA: Apple Ungkap Deretan Fitur Aksesibilitas di iOS 19 Menjelang WWDC 2025
ByteDance sendiri telah mengeluarkan pernyataan melalui platform media sosialnya, Toutiao, yang menegaskan bahwa mereka tidak memiliki niat untuk menjual TikTok.
Pernyataan tersebut muncul setelah laporan dari The Information yang mengindikasikan bahwa ByteDance sedang mempertimbangkan untuk menjual bisnis TikTok tanpa menyertakan algoritmanya.
Algoritma TikTok telah lama menjadi perbincangan di industri teknologi, dengan teknologi dan data yang dimilikinya dianggap lebih unggul dibandingkan dengan algoritma platform sosial besar lainnya.
Algoritma tersebut dianggap sebagai inti dari seluruh operasi bisnis ByteDance, yang juga telah dipandang sebagai aset penting yang harus dilindungi oleh pemerintah China.
Namun, ada pihak-pihak, seperti akademisi dan mantan pegawai ByteDance, yang berpendapat bahwa algoritma bukanlah satu-satunya kunci kesuksesan TikTok. Mereka menekankan pentingnya kombinasi antara algoritma dengan format video pendek yang menjadi ciri khas TikTok.
Sebelum kehadiran TikTok, keberhasilan perusahaan media sosial diyakini tergantung pada kemampuan mereka untuk menghubungkan teknologi dengan koneksi sosial penggunanya.
Namun, TikTok muncul dengan pendekatan yang berbeda dengan menggunakan algoritma untuk memahami minat pengguna, bukan berdasarkan "grafik sosial" seperti yang dilakukan oleh Instagram atau Facebook.
CEO TikTok, Shou Zi Chew, menggambarkan algoritma TikTok sebagai teknologi yang didasarkan pada "sinyal minat".