PASUNDAN EKSPRES - Pemerintah Amerika Serikat telah menegakkan tekanan yang kuat pada TikTok, memaksa ByteDance untuk menjual aplikasi tersebut kepada perusahaan di luar wilayah China.
Ancaman AS untuk memblokir TikTok menjadi nyata jika ByteDance menolak untuk melepaskan kendalinya atas aplikasi tersebut.
Namun, ada laporan yang menyiratkan bahwa ByteDance lebih memilih untuk menutup TikTok daripada menjualnya. Hal ini disebabkan oleh keyakinan bahwa teknologi dan algoritma yang menjadi inti dari TikTok memiliki nilai yang jauh lebih besar daripada bisnis mereka di Amerika Serikat.
BACA JUGA:Penampilan iPhone 16 yang Besar-Besaran Mengalami Perubahan Drastis, Intip Bocorannya
Empat sumber dari Reuters yang berada di AS mengungkapkan bahwa ByteDance tidak berniat untuk menjual TikTok.
Alasan di balik keputusan tersebut adalah karena algoritma yang dimiliki TikTok dianggap sebagai aset yang sangat vital bagi keseluruhan operasi bisnis ByteDance.
Faktanya, algoritma TikTok telah dianggap lebih canggih dibandingkan dengan yang dimiliki oleh platform-platform besar lainnya seperti Google, Instagram, atau YouTube.
Meskipun TikTok hanya menyumbang sebagian kecil dari pendapatan dan jumlah pengguna total ByteDance, penutupan TikTok di Amerika Serikat dianggap sebagai opsi yang lebih menguntungkan daripada menjual aplikasi tersebut ke perusahaan Amerika Serikat.
ByteDance sendiri telah mengeluarkan pernyataan melalui platform media sosialnya, Toutiao, yang menegaskan bahwa mereka tidak memiliki niat untuk menjual TikTok.
Pernyataan tersebut muncul setelah laporan dari The Information yang mengindikasikan bahwa ByteDance sedang mempertimbangkan untuk menjual bisnis TikTok tanpa menyertakan algoritmanya.
Algoritma TikTok telah lama menjadi perbincangan di industri teknologi, dengan teknologi dan data yang dimilikinya dianggap lebih unggul dibandingkan dengan algoritma platform sosial besar lainnya.
Algoritma tersebut dianggap sebagai inti dari seluruh operasi bisnis ByteDance, yang juga telah dipandang sebagai aset penting yang harus dilindungi oleh pemerintah China.
Namun, ada pihak-pihak, seperti akademisi dan mantan pegawai ByteDance, yang berpendapat bahwa algoritma bukanlah satu-satunya kunci kesuksesan TikTok. Mereka menekankan pentingnya kombinasi antara algoritma dengan format video pendek yang menjadi ciri khas TikTok.
Sebelum kehadiran TikTok, keberhasilan perusahaan media sosial diyakini tergantung pada kemampuan mereka untuk menghubungkan teknologi dengan koneksi sosial penggunanya.
Namun, TikTok muncul dengan pendekatan yang berbeda dengan menggunakan algoritma untuk memahami minat pengguna, bukan berdasarkan "grafik sosial" seperti yang dilakukan oleh Instagram atau Facebook.
CEO TikTok, Shou Zi Chew, menggambarkan algoritma TikTok sebagai teknologi yang didasarkan pada "sinyal minat".
Meskipun teknologi algoritma berbasis minat dimiliki juga oleh perusahaan lain, TikTok berhasil membuatnya lebih efektif dengan menggabungkannya dengan format video pendek.
Format video pendek tersebut membuat algoritma TikTok menjadi lebih dinamis, mampu melacak perubahan minat dan preferensi pengguna dengan akurasi yang tinggi.
Selain itu, format video pendek juga memungkinkan TikTok untuk mengumpulkan data preferensi pengguna dengan lebih cepat daripada platform lain seperti YouTube.
Selain keunggulan dalam teknologi, TikTok juga memiliki keunggulan strategis dalam hal pemasaran konten.
Mereka secara aktif memberikan rekomendasi konten di luar minat pengguna, sehingga memungkinkan mereka untuk memahami preferensi pengguna dengan lebih baik dan membuat pengguna lebih lama berinteraksi dengan aplikasi.
Selain itu, TikTok juga menggunakan taktik pengelompokan pengguna melalui penggunaan hashtag, yang memungkinkan mereka untuk mempelajari perilaku, minat, dan ideologi pengguna dengan lebih efektif.
Salah satu keunggulan lain dari TikTok adalah sumber daya manusia yang digunakan untuk memberikan label khusus kepada konten dan pengguna.
Meskipun ini bukanlah ahli teknologi atau komputer, namun pekerja ini memiliki peran penting dalam membantu TikTok untuk memahami preferensi pengguna secara lebih mendalam.
Dengan berbagai keunggulan teknologi dan strategi bisnisnya, TikTok telah menjadi sasaran perhatian yang signifikan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah Amerika Serikat.
BACA JUGA:Cara Akses WhatsApp di Android dan iPhone Tanpa Password, Yuk Simak Penjelasannya!
Namun, kesuksesan TikTok dalam menggabungkan teknologi dengan format konten yang unik telah membuatnya sulit untuk ditiru oleh pesaingnya.
(hil/hil)